Selasa, 31 Desember 2024

PENEMUAN TERAKHIR DENGAN WANITA YANG KUCINTAI

 PENEMUAN TERAKHIR DENGAN WANITA YANG KUCINTAI


KASIR4D - Pertemuan Terakhir dengan Wanita yang Kucintai  


Hari itu biasa saja, tidak ada something spesial yang terjadi. Keesokan harinya, Mas Bagas mengajakku pergi makan dan jalan-jalan di mall. Eh.., ternyata dia mengajak ceweknya. Ternyata ceweknya ini kost cuma sekitar 300 meter dari rumah Mas Bagas. Namanya Yeni tapi pangg*lannya Yeyen. Anaknya cakep juga, masih kuliah, umurnya 21 tahun.

Kulitnya putih kekuningan meskipun keturunan Jawa tulen, tingginya sekitar 164 cm, beratnya 46 kg, tapi pinggulnya cukup besar, bodinya asyik juga, dan p*yud*ranya lebih besar dari rata-rata cewek Indonesia. So, dengan mobil Panther itu Mas Bagas dan Yeyen duduk berdua di depan sedangkan aku yang duduk di bagian tengah dicuekin oleh mereka. Kami berputar-putar di Tunjungan Plaza, makan di sebuah restoran sea food sampai kenyang lalu kembali lagi ke tempat kos Yeyen.

Lalu setelah mobil diparkir, kami bertiga masuk ke tempat kosnya dan langsung masuk kamarnya. Hmm.., sempat terpikir olehku, sebenarnya itu tempat kos cewek atau cowok, soalnya ada beberapa ciban yang nongkrong di situ. Di dalam kamar Yeyen, aku disetelin sebuah VCD p*rn*, sambil diberi coklat Silver Queen, sementara Mas Bagas dan Yeyen bermesraan berdua, berc*uman dan berc*mbu.

Ah.., aku juga sempat berkenalan dengan adik Yeyen yang bernama Lenny, yang mondar-mandir keluar masuk kamar. Lenny bertubuh lebih pendek dari Yeyen, lebih coklat kulitnya, dan bodinya lebih langsing, cuma sayangnya p*yud*ra dan pant*tnya juga lebih “tidak menantang” dibandingkan Yeyen.

Cuma yang lebih disayangkan lagi Lenny seorang per*kok berat dan hari itu dia sedang sakit tenggorokan. Setelah selesai menyetel VCD-nya sampai 45 menit non-stop, Aku matikan TV dan playernya. Eh, tiba-tiba Mas Bagas nyeletuk, “Don.., kasih waktu 5 menit, dong..?”

Aku sudah mulai merasakan gelagat kurang baik dari pasangan itu. Tapi ya terpaksa, aku melenggang keluar kamar, tapi baru sampai di pintu, aku lihat di ruang tamu banyak ciban yang lagi ngobrol dengan Lenny sambil mer*kok. kemudian akupun kembali ke kamar Yeyen.


Lalu aku berkata, “Ah tidak usah dech, aku di sini saja, lagi tidak mood ngobrol sama orang-orang itu. Lakuin saja deh, aku tidak ngeliat”. Terus terang saja Mas Bagas kaget, “Heh! Kon ‘jik cilik ngono kok..” (kamu itu masih kecil gitu kok). Kesel juga aku dibilang masih kecil.

Lalu aku berusaha meyakinkan mereka, “Jangan kuatir lah.., aku sudah biasa kok ngeliatin ginian..”
Akhirnya setelah beberapa perdebatan ringan dan berkat kelihaianku berdiplomasi mereka mengijinkan juga aku untuk di dalam kamar saja, tapi dengan syarat aku tidak boleh macam-macam apalagi melaporkan ke orang tuanya. Setelah pintu kukunci, aku cuma bersandar saja di pintu dengan perasaan gembira.

Mas Bagas lalu tidur telentang di ranjang, lalu Yeyen mulai jongkok di atasnya dan menc*umi wajah Mas Bagas, sedangkan Mas Bagas cuma diam saja, matanya merem, tangannya mengusap-usap punggung Yeyen. Sesekali Yeyen melihat ke arahku, mungkin memeriksa apakah aku mulai terangs*ng, dan memang benar aku terangs*ng.

Dan juga melihat gerakan Yeyen yang kelihatannya sudah “professional” dan c*uman-c*umannya yang ganas seperti di film **, sepertinya Yeyen ini bukan pertama kalinya mak*ng love. Yeyen mulai menc*umi Mas Bagas langsung ke mulutnya, dan beberapa kali mereka bersilat l*dah dan terlihat jelas karena jarakku dan jarak mereka berdua cuma sekitar 3 meter.

“Hmmhh.., hmmhh..”, mereka berc*uman sambil mendes*h-des*h, membuatku yang sejak tadi sudah tegang memikirkan hal yang tidak-tidak jadi semakin tegang saja. Setelah puas mel*mat bibir dan l*dah Mas Bagas, Yeyen mulai bergerak ke bawah, menc*umi dagunya, lalu lehernya.

Mas Bagas ketika itu mengenakan T-Sh*rt yang di bagian kerahnya cuma ada dua kancing, so karena Mas Bagas terlalu besar badannya (gemuk) maka Yeyen cuma menyingkapkannya dari bawah lalu menc*umi d*d*nya yang montok dan putih. Mas Bagas ini memang WNI Keturunan Cina.


“Hmmhh.., aduh Yen nikmat Yen..”, begitu rint*han Mas Bagas. Yeyen menc*uminya kadang cepat, lalu lambat, cepat lagi, memang sepertinya begitu style anak yang satu ini. Sedangkan aku semakin tidak tahan saja, kepingin juga d*d*ku dic*umin oleh cewek, uhh.., tapi aku masih menahan diri dan terus menempel pada pintu.

“Ihh.., hmmh.., hh.., ihh..”, Mas Bagas terus mendes*h sementara Yeyen mulai menc*umi perutnya, lalu pusarnya, sesekali Mas Bagas berteriak kecil kegelian. Karena aku sangat terangs*ng, aku mulai mer*ba-r*ba diriku sendiri. “Sialan!” pikirku, “Ngapain juga gitu ahh..

Akhirnya Yeyen mulai membuka risleting Mas Bagas, pertamanya pelan sekali, namun tiba-tiba “wrett” ditarik dengan cepat sekali sehingga Mas Bagas kaget, matanya terbuka sebentar, lalu tersenyum dan merem kembali, sedangkan kedua tangannya mengelus-elus rambut Yeyen.

Yeyen langsung memegang-megang kem*lu*n Mas Bagas dan digosok-gosok dengan tangannya dari luar, “Ahh.., hh.., Hmmhmh.., Ohh Yenn..”, Mas Bagas cuma bisa mendes*h. Lalu setelah puas menggosoknya dari luar, dia mulai menyingkap cel*na d*lam Mas Bagas dan tersembullah kem*lu*n Mas Bagas yang sudah tegang keluar dari sarangnya.

“Nylupp!”, Kem*luan Mas Bagas langsung dik*lum oleh Yeyen. Stylenya masih seperti tadi, kadang pelan, lalu cepat, kadang pelan, lalu cepat, bikin kaget saja ini anak main s*ksnya. Sementara Mas Bagas sibuk mer*mas-r*mas rambut Yeyen saking enaknya, aku yang tidak kuasa menahan n*fsu sibuk mer*mas-r*mas kem*lu*nku sendiri sambil tetap bersadar di pintu.

Ahh.., aku benar-benar merasa serba salah waktu itu, dan mereka tidak mengacuhkanku sama sekali. Dasar.., Yang membuataku nyaris tertawa karena kem*lu*n Mas Bagas yang sepertinya keseretan gara-gara Yeyen tidak melepaskan cel*na d*lam Mas Bagas terlalu ke bawah, jadi seperti tercekik dech.



“Ehmm.., Ehmm..” Mungkin sekitar 5 menit Yeyen meng*lum kem*lu*n Mas Bagas, ternyata selama itu juga dia belum keluar sama sekali, Yeyen bilang, “Zan.., sekarang giliran kamu yach?” Mas Bagas cuma tersenyum, lalu dia bangkit sambil melepaskan celana panjang dan cel*na d*lamnya, sedangkan Yeyen sekarang yang ganti tiduran, lalu memejamkan mata.

Sedangkan aku benar-benar kebingungan dan tidak tahu mau berbuat apa, aku benar-benar pingin buka baju dan join dengan mereka tapi ahh.., kacau sekali pikiranku ketika itu. Mas Bagas mulai melakukan persis apa yang dia lakukan ke Yeyen sebelumnya.

Nyaris persis sama, aku sampai heran apa memang sudah janjian ya mereka. Mas Bagas mulai menc*um bibir Yeyen, cuma Mas Bagas menc*umnya dengan stabil, pelan terus, berbeda dengan Yeyen yang style s*ksnya aku akui lumayan unik. “Hmmh.., mymmynm..”, Sayang Mas Bagas sepertinya tidak profesional, cara menc*umnya walau pelan, terlalu tergesa menuju ke bawah.

Yeyen mencoba melepaskan t-sh*rt Mas Bagas, lalu Mas Bagas langsung melepasnya dan meletakkan di sebelahnya. Mas Bagas pun mulai menc*umi leher Yeyen. Sementara tangannya mer*ba-r*ba p*yud*ra Yeyen yang aduhai, “Hmhmhhm.., Hmhmhmh..” Mereka berdua terus mendes*h keenakan.

Aduh, pemandangan yang cukup menggelikan sekaligus mengga*rahkan itu benar-benar membuatku kewalahan pada diriku sendiri, diam-diam aku mulai melepaskan t-sh*rt yang kupakai dan mengger*yangi tubuhku sendiri. Mas Bagas mulai tidak sabar dan langsung mencopoti kancing demi kancing yang ada di kemeja yang dikenakan Yeyen.

Tersembullah p*yud*ra Yeyen yang begitu aduhai, putih mulus sekali seperti p*yud*ra Chinese, Yeyen segera mengangkat punggungnya, lalu Mas Bagas mencopot kancing **-nya yang berwarna krem. Wah.., p*yud*ra Yeyen benar-benar besar dan mengga*rahkan dengan p*ting s*s*nya yang tebal dan berwarna coklat tua.

“Ahh.., Hmm.., Hmm..”, Mereka berdua saling melenguh setiap kali Mas Bagas memainkan lid*hnya di atas p*yud*ra dan p*ting s*s* Yeyen. “Hmmh.., Hmhh..”, Setelah puas mel*mat p*ting s*s* Yeyen bergantian, Mas Bagas akhirnya menjil*ti perut Yeyen dan ingin melepaskan roknya.

Yeyen mengangkat pant*tnya, lalu Mas Bagas membuka risleting r*knya dan pelan-pelan melepaskan r*k yang dipakai Yeyen. Setelah sampai di lutut, Mas Bagas berhenti dan langsung menc*umi kem*lu*n Yeyen yang masih tertutup cel*na d*lam itu dengan cepat dan g*nas.

“Ahh.., Ahh..”, Yeyen meng*rang dan mendes*h keras keenakan. Aku yang sejak tadi terangs*ng menjadi semakin terangs*ng mendengar des*han Yeyen yang sangat mengga*rahkan, membuatku tidak tahan dan mulai memegangi kem*lu*nku sendiri, menggesek-gesekkannya dengan tanganku.


Akhirnya Mas Bagas melepaskan cel*na d*lam Yeyen dan langsung menc*umi kem*lu*nnya dengan g*nas sekali. Rambut di kem*lu*n Yeyen cukup tipis, sehingga memudahkan Mas Bagas menjil*tinya sepuasnya. Sesekali kudengar “Slurrp.., slurrp..”, sepertinya Mas Bagas suka sekali menyedot kem*lu*n Yeyen.

“Ahh.., Zan.., Ahh.., Zan.., Enak Zan..”, des*han Yeyen semakin keras saja karena merasa nikmat, seakan tidak peduli kalau terdengar orang di luar. Tidak berapa lama kemudian, Mas Bagas berhenti lalu bertanya, “Yen, boleh sekarang?” Sambil tetap merem, Yeyen cuma tersenyum dan mengangguk.

“Pelan-pelan yach..”, bisik Yeyen mesra. Kemudian Mas Bagas memasukkan pen*snya ke dalam kem*lu*n Yeyen, “Uh.., uhh.., Ahh..”, Sedikit kesulitan yang mereka hadapi, sekarang Mas Bagas sudah mulai asyik menggesek-gesekkan pen*snya dalam v*gin* Yeyen. “Ahh.., ahh.., aduh.., ahh..”,

Mereka berdua saling mendes*h sambil terus melanjutkan permainannya. Yeyen masih tetap dengan stylenya, kadang menarikan pinggulnya pelan-pelan, lalu cepat, pelan lagi. “Ahh.., Ahh.., Ahh..”, Mas Bagas memaju-mundurkan badannya pelan-pelan sedangkan Yeyen asyik menggoyang-goyangkan pinggulnya dengan tempo yang tidak beraturan.

Aku jadi semakin tidak tahan melihat apa yang mereka lakukan, aku segera berjalan menuju kamar mandi, langsung kulepas celana panjang dan cel*na d*lamku dan kugesek-gesek kem*lu*nku sendiri cepat-cepat.
“Ahh.., Hmmh.., Ahh..”, Aku mendes*h-des*h kecil dengan apa yang kulakukan terhadap diriku sendiri.

Lalu.., “aahh..”, Aku org*sme, sp*rmaku semuanya terjatuh di lantai kamar mandi. Tubuhku rasanya nikmat sekali beberapa saat, lalu terasa lemas dan sepertinya aku merasa bersalah telah melakukannya. Aku segera menyiram ceceran sp*rma di lantai kamar mandi, melepas seluruh bajuku dan mandi.

Setelah segar, aku hampir tidak percaya waktu keluar ternyata mereka masih saja bermesraan bers*tubuh. Aku langsung berjalan keluar kamar, sedangkan mereka tidak menghiraukanku sama sekali, benar-benar g*la..!
Di luar, aku duduk-duduk saja di ruang tamu sambil ngobrol dengan Lenny dan teman-temannya yang kebetulan ciban semua.


Mereka menawariku rokok tapi aku tolak. Setelah beberapa menit melakukan percakapan yang membosankan dan bikin mual, aku cuek saja dan asyik melihat TV, sambil menunggu Mas Bagas dan Yeyen selesai melakukan aktivitasnya. Menit demi menit berlalu, g*la.., lama sekali.

Sekitar satu jam kemudian, muncullah mereka berdua dari pintu kamar Yeyen. “Gilaa..”, pikirku, lama sekali mereka begituan. Mas Bagas dan Yeyen tersenyum geli pertama kali melihatku, mungkin mereka menganggap tingkahku di dalam kamar tadi lucu, lalu Mas Bagas bertanya.

“Don, kamu mau ikut renang?”.
“Mau sich.., tapi aku tidak bawa celana renang tuch..”, jawabku agak kecewa.
“Tidak pa-pa kok, ntar kita bisa pinjam celana renang di sana..”.

Ya sudah, akhirnya jadi dech.., Setelah berpamitan, Mas Bagas dan aku pulang. Di rumah kami langsung mempersiapkan segala kebutuhan renangnya. Jam menunjukkan sekitar pukul 16.30, kami bersiap pergi. Tepat waktu Mas Bagas hendak menyalakan mobil, ada suara teriakan.

Ternyata sepupu Mas Bagas, “Mobilnya mau dibawa papanya lho..”, katanya.
“Sial!” gerutu Mas Bagas.
Terus akhirnya Mas Bagas telepon taksi, beberapa menit kemudian datang, lalu kami ke tempat kos Yeyen dulu untuk menjemput Yeyen.

Eh, ternyata tidak hanya Yeyen yang ikut, tapi adiknya, Lenny, diajak serta. Aku tanya pada Lenny,
“Lho, kok kamu ikut, katanya sakit tenggorokan. Nanti ikut renang?”.
“Iya dong.., tidak Papa, nemenin Yeyen nich..” jawabnya enteng.
Wah, nekat juga ini anak, pikirku.

Taksi kami langsung meluncur ke Graha Residen, di sana ada kolam renangnya yang cukup besar dan ramai, termasuk para turis. Yeyen, Lenny, dan aku yang belum bisa berenang cuma berputar-putar saja di pinggiran, sedangkan Mas Bagas berkelana ke sana ke mari dengan bebasnya.

Waktu ada kesempatan, aku tanya pada Mas Bagas soal Yeyen. Ternyata dia baru kenal Yeyen dua minggu, dan pertemuan pertamanya di kolam renang. Seminggu kemudian mereka langsung pacaran, lalu besoknya mereka melakukan hub*ngan badan.

Mas Bagas baru pertama kali itu bersengg*ma, sedangkan Yeyen sepertinya sudah berkali-kali, soalnya kata Mas Bagas, Yeyen sudah tidak per*wan lagi. Mas Bagas juga bilang, “Kata Yeyen tuh si Lenny masih per*wan, dianya agak menyesal juga pacaran sama Yeyen, bukan sama Lenny yang masih per*wan”.

Aku sempat ngobrol juga sama Lenny, yang sepertinya cuma bersandar saja di pinggiran. Sekitar jam 19.00 kami selesai renang dalam keadaan menggigil kedinginan, lalu setelah itu memanggil taksi Zebra, karena entah kenapa, Graha Residen hanya menyediakan taksi Zebra.

Tidak kuduga, ternyata taksinya lama sekali datangnya, kami ngobrol-ngobrol lama juga. Mas Bagas asyik ngobrol dengan Yeyen, sedangkan Lenny yang kelihatannya dicuekin mulai kuajak ngobrol. Ternyata Lenny ini masih SMU kelas 2. Selain suka r*kok, katanya dia juga suka min*man k*ras.

Hmm, aku jadi mikir apakah dia juga suka obat-obatan dan.., free s*ks. Tapi aku tidak berani menanyakannya, terlalu dini ah. cuma yang aku perhatikan, Lenny agak tersipu-sipu menjawab pertanyaanku, dan dia tidak berani menatapku secara langsung, malah sepertinya menunduk terus. Good sign, pikirku.


Mungkin sekitar setengah jam kemudian baru taksinya datang. Lama banget sich.. Akhirnya sampai juga, setelah mengantarkan Yeyen dan Lenny, saya dan Mas Bagas pulang. Aku asyik memikirkan pengalamanku barusan, memperhatikan orang melakukan hubungan s*ks.

Sekitar jam 20.30, Mas Bagas mengajakku pergi, mau mengembalikan VCD. Ya sudah, aku ikut saja, siapa tahu diajak makan juga, berhubung perutku mulai lapar nich. Walau naik sepeda motor, kami tidak pakai helm, katanya tempat persewaan VCD-nya dekat.

Eh, ternyata memang dekat sekali dan tidak melewati jalan raya. Setelah itu Mas Bagas bertanya, “Don, aku mau mampir ke tempat Yeyen nich.. Kamu ikut tidak?”. Walau perutku agak keroncongan, berhubung aku “kangen” juga sama Lenny, pingin ngerjain gitu, akhirnya aku setuju.

Sesampainya di sana, ternyata banyak orang nongkrong di ruang tamu rumah kos itu. Uniknya, yang cewek cuma dua, Yeyen dan Lenny, lainnya ciban semua, ada 4 orang. Aneh sekali, pikirku. Begitu sampai, Mas Bagas langsung berc*uman dengan Yeyen lalu mereka langsung masuk kamar dan.., klik, Aduh.., mau ngapain lagi mereka, g*la bener..

Terpaksa, karena aku sudah telanjur di sana, aku ngobrol dengan orang-orang di situ. Aku sebetulnya lebih suka mengobrol dengan Lenny, tapi sayang teman-temannya selalu menggangguku. “Ih kamu ganteng dech, kita main s*ks yuk..”. Agak senang juga aku dipuji tapi main s*ks dengan mereka, mimpi saja tidak.

Lalu akhirnya aku punya ide, aku tanya Lenny,
“Kamu satu kamar sama Yeyen, yach?”
“Tidak tuch, aku sewa kamar sendiri”, jawabnya.
Kebetulan, pikirku, “Hmm.., di mana tuch, aku lihat dong..”

Sesuai perkiraanku, akhirnya dia mau menunjukkan kamarnya. Kamarnya persis di depan kamar Yeyen, dan lebih tidak rapi dibanding kamar Yeyen. Sambil pura-pura mengamati kamarnya, aku lalu menutup pintu agar dia tidak curiga, aku langsung bertanya padanya, “Kamu suka tinggal di sini?”.

Lalu akhirnya kami ngobrol dan bercanda di atas ranjangnya, bersandar di tembok. Seperti yang kuduga, dia masih terus menunduk tersipu-sipu menjawab pertanyaanku, tidak seperti waktu dia ngobrol dengan teman-temannya, menguatkan istingku kalau sebetulnya dia suka padaku.

Di tengah-tengah obrolan, aku tanya,
“Lenny, kamu kan suka nger*kok, apa tidak dimarahi cowokmu tuh?”.
Dia tertawa kecil, lalu menjawab, “Suka-suka aku dong, Don, aku belum punya cowo tuch..”.

Ahh.., kebetulan sekali, pikirku, lalu aku menggodanya,
“Ah masa..? Aku tidak percaya ah.., Kamu kan cantik.., pasti banyak cowok yang ngelirik kamu..”
Rupanya dia agak GR juga dengan pujianku, lalu sambil ketawa lirih dia cuma bilang, “Ah kamu..”.

“Iya bener lhoh..” Dia diam sebentar, lalu dia menoleh ke arahku, dan mulai memandangku. Aku menatapnya, lalu aku tersenyum. Kami berpandangan beberapa saat. Hmm, betapa cantiknya dia, pikirku. Merasa ada kesempatan, segera kuarahkan tangan kananku pelan-pelan ke tangan kirinya, lalu kugenggam dan kur*mas pelan-pelan.

Dia agak kaget dan menghela napas panjang, seolah tidak tahu apa yang harus dia lakukan. Pelan-pelan pula, badanku kuhadapkan ke arahnya dan kutaruh tangan kiriku di pinggangnya, lalu wajahku mulai mendekati wajahnya. Aku mulai bisa merasakan nafasnya yang semakin cepat dan tidak beraturan.

Akhirnya dia memejamkan mata, lalu kuc*um lembut keningnya, lalu pipi kanannya, lalu pipi kirinya. Aku terdiam sebentar. Matanya masih tetap terpejam. lalu perlahan-lahan kuc*um bibirnya yang lembut itu. Dia membalas dengan menggerak-gerakkan mulutnya. Aku memeluknya, lalu kami saling meng*lum bibir, lalu memainkan l*dah.., Hmm nikmat sekali.

Beberapa saat kemudian, aku hentikan permainan bib*r itu lalu aku terdiam. Matanya terbuka, tatap matanya serasa seperti bertanya-tanya. Lalu aku menc*umi bibirnya lagi sambil pelan-pelan merebahkannya di atas ranjang. Dia menurut saja, membuatku semakin bern*fsu.

Lalu aku c*um dia pelan-pelan sedangkan tanganku mer*ba-r*ba dan mer*mas-r*mas p*yud*ranya yang cukup besar, “Emhh.., Emh..” dia cuma melenguh saja membuat ga*rahku menjadi semakin naik saja. Segera kusingkapkan T-Sh*rt yang dipakainya ke atas, lalu kuc*umi dan kujil*ti d*d*nya yang aduhai itu,



“Ahh.., Emhh..”, badannya bergoyang-goyang kecil, membuat n*fsuku semakin naik. Waktu mau kubuka kancing **-nya, dia mengangkat badannya sehingga memudahkanku, lalu kujil*ti p*tingnya dan kuhis*p-his*p selama beberapa menit, “Emhh.., Ahh.., Ahh..”

Aku sudah tidak tahan lagi, langsung kubuka celana panjangnya lalu kupelorotkan, kujil*ti kem*lu*nnya dari luar sebentar, lalu segera kupelorotkan juga. Hmm.., ternyata rambut kem*lu*nnya masih lebat, jauh lebih lebat daripada kakaknya, sedangkan lub*ng kem*lu*nnya masih sangat rapat.

Ahh.., baru percaya aku kalau dia masih per*wan. Kujil*ti cl*toris v*gin*nya yang sangat mengga*rahkan itu, dia terengah-engah, “Ahh.., Ahh..”, dan sesekali tubuhnya menggel*njang. Kuhis*p-his*p dan kujil*ti bagian dalam lub*ngnya. Hmm.., nikmat sekali, cair*n yang keluar langsung saja kutelan.

Aku sudah tidak sabar lagi, tidak sampai 5 menit aku menjil*ti v*gin*nya, segera kupelorotkan celana panjang dan cel*na d*lamku lalu pelan-pelan kumasukkan pen*sku ke dalam lub*ng sengg*ma Lenny. Uhh.., agak sulit juga tapi berhubung cair*nnya sudah cukup banyak, akhirnya masuk juga, kurasakan ada sesuatu yang menghalangi laju pen*sku, sepertinya sel*put dar*nya namun kuteruskan saja pelan-pelan.

“Aduh!”, pekiknya. “Lenny, sakit ya? Tahan ya..”, Aku terdiam sebentar, menunggu agar sakitnya hilang, lalu mulai kumasukkan lebih dalam lagi pelan-pelan. “Lenny, masih sakit..?”. “Iya.., tapi sudah agak.., ahh..”, Pelan-pelan sekali kumaju-mundurkan pen*sku di dalam v*gin*nya.

Hmm, benar-benar nikmat.., benar-benar rapat sekali v*gin*nya, menjepit pen*sku yang merasa keenakan. “Ahh.., ahh.., hmmhh..” akhirnya dia mulai merasa nikmat, aku jadi berani mempercepat gerakanku. “Ahh.., Ahh.., Ahh..” Mungkin cuma sekitar 3 menit, dia sudah mulai terangs*ng sekali.

”Ah.., Don.., Ah Don.., Aku sepertinya mau.., ahh..”, Sepertinya dia mau org*sme, akhirnya kupercepat gerakanku dan, “Ahh.., Ahh nikmat Don.., aduh nikmat sekali Don..”. Aku belum org*sme, lalu kutarik pen*sku dan kugesek-gesek sendiri dengan cepat dengan tanganku. “Ahh..”, akhirnya aku org*sme juga, sp*rmaku bertebaran di perutnya.

Setelah kami membersihkan sp*rmaku, kami mandi bersama-sama, setelah itu kami ngobrol-ngobrol juga di atas ranjang, sambil bermesraan layaknya orang pacaran. Tapi sungguHPun begitu, aku tidak mencintai dia sama sekali dan tidak menganggapnya sebagai pacar, walaupun sebetulnya aku sendiri juga belum punya pacar, jahat juga yah aku.

Beberapa puluh menit kemudian pintu diketuk oleh Mas Bagas dan akhirnya kamipun pulang, sampai di rumah sudah sekitar jam 11 malam. Begitu melelahkan.., namun begitu nikmat. Aku baru bisa tidur sekitar jam 2 pagi, entahlah, membayangkan macam-macam.

Kunjungi Kami Di 

Website : cuekasir4d.com
WHAT'SAPP : +62 821-3639-2252
TELEGRAM : +62 821-1785-1681

👇Klik link di bawah👇


Semenjak itu aku sudah tidak pernah lagi bertemu dengannya, pernah aku mencoba meneleponnya tapi karena ada gangguan Telkom (suara tidak jelas, crosstalk) maka terpaksa tidak dilanjutkan, dan aku tidak pernah meneleponnya lagi. Tanggal 26 Mei kemarin aku pulang ke kota K. Mungkin nanti awal Juni aku mau ke Surabaya lagi, bertemu dengan dia. “Ahh..”, akan kunantikan saat itu



Senin, 30 Desember 2024

SEKRETARIS YANG MENGGODAKU DI SETIAP KESEMPATAN

 SEKRETARIS YANG MENGGODAKU DI SETIAP KESEMPATAN


KASIR4D - Sekretaris yang Menggodaku di Setiap Kesempatan  


Sebuah kisah yang telah ku alami sendiri, cerita ini berawal dari pekerjaan ku yang sangat padat. Perkenalkan sebut saja aku Didi, awal cerita… dikarenakan perkerjaan ku yang sangat sibuk di kantor, sehingga saat dikantor aku tidak kenal waktu jam kerja..

Mungkin aku tidak menyadari bahwa selama ini sekertaris ku sering menggoda aku dengan cara2 yang kadang tidak masuk akal, tapi dikarenakan sibuk nya pekerjaan ku selama ini aku tidak hirau kan sekertarisku ini. Padahal sekertarisku ini sudah menikah, tetapi belum dikarunia anak.

Ya mungkin dia belum ingin mempunyai anak terlebih dahulu.. Singkat cerita pada suatu hari, saat itu kerjaan ku kembali menumpuk dan belum lagi ada project baru yang akan masuk. aq meminta sekertarisku itu untuk lembur membatu ku menyiapkan semua materi untuk perentasi di depan clien baru besok.

Disaat anak2 buahku sudah pulang semua, tinggal alah dikantor hanya aku dan sekertarisku ini. Pekerjaan ini membuatku sangat pusing, aku meminta tolong kepada sekertarisku ini(panggil saja Nanda) untuk membelikan ku minumat softdrink di luar kantor yang kebetulan berdekatan dengan sebuah supermarket.

Ntah apa yang tersirat dipikiran Nanda ini, disaat aq sedang sibuk2 nya dengan pekerjaan itu dan kepalaku sudah mulai mumet dengan semua pekerjaan itu, dia masuk keruangan ku dengan membawa sekantung plastik belanjaan dengan tanpa busana sama sekali.


Aku terkejut seketika, dalam pikiranku apakah ini sungguh kenyataan apa yang ada didepan mataku, beberapa x aku mengkucek2 mataku tanda aq masih blm percaya apa yang ada dihadapanku ini. Aku hanya bisa terpana dengan kemolekan tubuh Nanda yang selama ini tidak pernah aku perhatikan,

Kalau menurut aku Nanda itu orangnya lumayan cantik, dengan tubuh yang tinggi sekitar 160n dan ukuran D*D* sekitar 36c dan pant*t yang besar sehingga jika berjalan seperti bebek saja(hehehee..). Disaat itu aku masih terperanga tak bisa berkata apa2, dan tubuhku kaku seketika.

Tiba tiba dia mendakati ku dengan wajah yang penuh n*fsu, seperti n*fsu yang tidak pernah tersampaikan saja.. Aku hanya bengong melihat dia berjalan ke arah ku dan lalu dia duduk tepat dipangkuanku yang mana d*d* nya itu menempel tepat dimukaku, lalu dia bebisik pelan di telingaku

“Pak Aku Sudah Lama Memperhatikan Bapak dan Selalu Memancing-Mancing Bapak Agar Bapak Bisa Melihatku, Tpi Bapak Terlalu Sibuk Dengan Pekerjaan. Aku Sangat Bern*fsu Kepada Bapak”
Serontak aq menjawab,”Maaf Nanda selama ini aku tidak memperhatikanmu dikarenakan perkerjaan yang sangat padat”,

Lalu dia menjawab dengan nada yang penuh n*fsu “Pak mau aku servis ga pak malam ini, karna sudah beberapa hari aku tidak dapat jatah dari suamiku”.
Lalu aku berfikir betapah bodohnya aku ini selama ini yg slalu menghiraukan sekretarisku yg s*xy nan men*fsukan ini, tanpa panjang lebar aku langsung saja meny*dot put*ng Nanda yang lumayan besar itu.


Nanda pun mendes*h karna sed*taku yang membuat dia semakin berga*rah, dan tanganku sambil mer*mas2 pant*t Nanda yang sebar itu. Sekitar 5 menitan Nanda pun bangun dari pangkuanku lalu duduk diatas meja kerjaku dengan selangk*ngan yg menganga didepan mataku,

Aku melihat sebuah v*gina yang kecoklatan yang di tumbuhi sedikit bulu2 yang dia rawat sehingga terlihat semakin s*xy v*gina Nanda itu, Tanpa berfikir panjang aku langsung tanjap gas untuk mej*lati v*gina yang menantangku tuh merajanginya itu.

Dan Nanda pun mendes*h sambil menekan kepalaku dengan kedua tangannya agar aku tidak menghenikan jil*tan2 kenikmata itu. Belum lama kumainkan l*dahku dikem*lu*n Nanda itu dia langsung sampai titik puncaknya yang mana kleluarlah cairan asin dari v*gina Nanda itu.

Setelah Nanda mencapai puncaknya dia pun bangun dari mejaku lalu melucuti clana ku, diraihnya pen*s ku yang sudah membesar lalu dia mainkan jari jemari lentiknya dikesitar ujung pen*sku ini, tak lama kemudia dia memasukkan pen*sku kedalam mulutnya yang s*xy tersebut.

Aku pun dibuat tak berdaya disaat b*ji ku ini dis*dot dan dijil*t sampai aku mendes*h lumayan keras “Terus Nanda, jgn hentikan permainanmu ini” serntak kata yg terucap dari mulutku. sekitar 10-15 menit Nanda terus memainkan pen*sku kedalam mulutnya dan sesekali meng*c*knya juga sampai batasnya,

Aku mulai merasakan bahwa sebentar lagi akan ada yang keluar dari mulut pen*s ku ini, disaat aq ingin keluar Nandapun berkata “Pak ayo keluarin pak, aku ingin sekali meminum cairan sp*rma bapak ini”, tak lama setelah dia berbicara langsung saja keluarlah cairan sp*rma dari mulut k*nt*l ku yang masih ada didalam mulut Nanda,

Entah karna aku blm berc*nta bebrpa hari dengan istriku atau memang aq yang lagi subur, cairan sp*rma yang aku keluarkan sampai tidak muat dimulut Nanda. Setelah aq mencapai kl*max nanda pun menelan sp*rmaku dengan perlahan lalu melanjutkan mengh*sap k*nt*lku yang mulai melayu itu,


Mungkin jari jemari Nanda yang mungil atau kelihaian dia yg membuat K*nt*lku keras kembali,setelah bebrapa menit kemudian Nanda berkata kepadaku “Pak ayo masukan kedalam mem*kku pak, mem*kku sudah tak tahan lagi pak untuk dimasukan k*nt*l bapak ini”,

Langsung lah dia kurebahkan diatas meja kerjaku lalu kubuat dia meng*ngk*ng selebar mungkin hingga kakinya hampir selebar bentangan tangan. Kulihat mem*k Nanda yang kering lalu kujil*ti terlebih dahulu agar mudah memasukan k*nt*lku ini, kujil*ti terus mem*k Nanda yang mulai membasah kembali karna air liurku yang bercampur cairan yg keluar dari mem*k Nanda.

Nanda pun terus mengiringih dan mendes*h saat ku s*dot kl*toris nya yang mungil itu “ooohhh… Pak terus jangan hentikan sekrang pak, aku mau keluar pak” ucapan yg keluar dari mulut Nanda dengan nada mendes*h. Sekitar 5-10 menit aq maikan l*dah ku dan jari ku di mem*k Nanda, sampailah Nanda pada puncak organisme nya yg ke 2.

Setelah dia mulai kelelahan karna sudah 2x ber organisme aku langsung saja tancapkan dengan perlahan k*nt*l ku yg sudah mengeras dari tadi, kumasukan dengan perlahan agar dia tidak menjerit terlalu keras karna tkt ada security yang lewat untuk mengejek apakah kantor masih ada orang,

Nanda pun Mendes*h kembali “OOOHHHhhhh, Pelan2 pak…” dengan nada yg agak tinggi sambil mendes*h. ku goyangkan k*nt*lku maju mundur denga perlahan dan Nanda pun menyeimbangi dengan menggoyangkan pinggulnya agar permainan semakin asik.

Sekitar 15 menit aku ng*nt*t dengan gaya dia terlentang, entah mengapa k*nt*lku berkedut2 kembali seakan akan memuntahkan kembali sprema dari dalam k*nt*lku,Mungkin karna lobang mem*k Nanda yang menurutku masih agak sempit karna tidak semua k*nt*lku bisa menancap masuk kedalam v*gina Nanda yg sesekali aq merasakan ujung k*nt*lku menyentuh dinding rahim Nanda,

Nanda terus menggoyangkan pinggulnya sambil sesekali tangannya memainkan put*ngnya yg mengeras itu. Hingga sampai batas aq sangat tidak tahan lagi ingin mengeluarkan sp*rma yg sudah ingin sekali keluar itu aku bertanya kepada Nanda yang terus mendes*h ga karuan itu

“Nan mau dikeluarin dimulut lagi atau bagaimana?”
Nanda pun menjawab “Keluarkan didalam saja pak… ayo cepat keluarkan pak” sambil mendes*h….
Tanpa pikir panjang dikarenakan sudah taktahan lagi, lagsung saja aku tekan dalam2 k*nt*lku hingga benar2 mentok di dalam mem*k Nanda ini lalu aq semprotkan sp*rma ku di dalam rah*mnya tersebut, hangat..


Lemas bercampur dengan kepuasan yg aku rasakan. tapi aq tkt nanda hamil karna aq tidak tau apakah nanda KB atau tidak, ya pikir masa bodo saja lah aq. Setelah keluar aku ingin mencabut k*nt*lku ini dari mem*k Nanda karna sudah mulai mengecil,tpi Nanda menahanku dengan memeluk badanaku dengan erat sambil sesekali aq merasakan seperti ada yg menyedot k*nt*l ku didalam mem*k Nanda sekertarisku yg nikmat ini.

Lalu dia berisik kepadaku “Pak sebelum kita pulang nanti, kita main sekali lagi ya pak dengan gaya yang berbeda”,
Sontak kujawab “Iya Nanda, nanti kita main lagi.. dan akan kita lanjutkan terus di kemudian hari disaat ada kesempatan OK” sambil bib*rku menc*umi bib*r Nanda yg tipis itu.

Setelah 10 menit dari keluarnya sp*rma ku yg ke 2 kami segera membersihkan sisa2 cairan hasil dari ng*nt*t kami yg berceceran diatas meja kerjaku. Tak terasa waktu sudah menunjukkan jam 9 mlm, aq kembali mengerjakan pekerjaan ku ini tanpa busana dikarenakan besok sudah harus selesai.

Nanda pun menemaniku sambil memeluku dari belakan yg sesekali jail memainkan l*dahnya ke telingaku. Setelah jam 10:20 mlm selesai juga pekerjaan ku dan mulai lah aku beres2 karna waktu sudah mulai malam, mungkin Nanda ingin menagih janji ku yang tadi Nanda terus menggangu ku disaat aq sedang beres2 kerjaan dia sesekali memegang k*nt*lku yg sudah lems ini.

“Akhirnya selesai juga perkerjaan ku ini” sapa ku kepada Nanda,
Lalu Nanda pun berkata balik kepadaku “Berarti bisa kita mulai lagi dong pak permainan nya” dgn nada nakal nya.
Aku bingung kepada Nanda, dan berkata kepada diri sendiri didalam hati

“Nih cewe udah merid masih mau berhubungan *nt*m sma aku, mang suaminya ga bsa muasin dia apa yah”, sentak aq jawab perkataan dari Nanda “mang km ga dicariin suami nanti plng mlm gini, dan kenapa kamu bgitu n*fsu bgt sama aku Nan?”

Lalu nanda pun menjwb “Tenang saja pak, saya sudah ngabarin suami bahwa hari ini lembur. kalau soal suami saya itu….(menjawab sambil berfikir) dia kurang muasin saya pak, dan saya curiga dia punya simpenan cewe lain krna jarang sekali mengajak saya berhubungan *nt*m. dan saya melihat bapak seperti membuat n*fsu saya berga*rah sekali dan terbukti setelah permainan tadi bapak sangat memuaskan saya” jawab Nanda dengan nada nakal.

Setelah beberapa percakapan nanda pun langsung jongkok di hadapan saya dan dia langsung memasukkan k*nt*l saya yg belum berdiri kedalam mulutnya, “oohhh… Nanda…. mulutmu begitu nikmat… teruskan nanda… ayo teruskan” kata yg terucap dimulutku, dan nanda pun semakin ganas memaikan l*dah dan mulutnya di knt*lku ini.


Setelah beberapa menit k*nt*lku mengeras kembali dan nanda pun langsung bangun dan membalikkan badannya sambil menonggeng didepanku, terlhatlah mem*k nanda yang terlah membuatku kelimpungan bukan kepalang tersebut.
“Ayo pak cepat masukkan… ak sudah tak tahan” sapa nanda sambil melebarkan mem*knya dengan kedua tangannya.

Langsung ak tancap gas dngan penuh n*fsu aq tekan dengan paksa nanda pun menjerit keras “AAAUUUuuuu….. pelan2 pak…” sontak aq kaget dengan teriakannya dan sesekali aq melihat ke arah pintu tkt2 ada yg datang bisa berabe kalau ketahuan kami sedang seperti ini,

Ku maju mundurkan k*nt*lku kedalam mem*k nanda dengan cepat krna tkt ada yg datang krna triakan nanda tadi. Setelah 15mnt aku mulai kelelahan karna permainan sebelumnya, melihat aq sudah mulai memelankan gerakan k*nt*lku Nanda pun berkata

“Pak ganti posisi yuk,sekarang bapak yg tiduran..” langsung kucabut dengan perlahan k*nt*lku yg menancap ke mem*k Nanda lalu ku langsung merebahkan badan di sofa yang ada di ruanganku. Nanda mulai menjil*ti kembali k*nt*lku yg dikarenakan mem*k nanda sudah mulai mengering kembali,

Beberapa menit nanda memainkan k*nt*lku dengan mulutnya dia langsung duduk tepat diatas k*nt*lku yg sedang tegak berdiri dan langsung dia memasukan k*nt*lku ini ke dalam mem*knya itu. Suara des*han yg keluar dari mulut Nanda membuatku bern*fsu sekali,

Dan kubalas goyangan naik turun nanda yg ada diatas ku ini dgn cepat hingga membuat suara POK POK POK suara badan kami yg beradu,sekitar 10 menit kemudian nanda meringis sambil mendes*h tanda dia sudah dipuncak organisme nya. Takut wktu smakin mlm aku pun terus menggoyangkan pant*t naik turun agar bisa membarengi berorganisme bersamaan,

Tak lama kemudian kami berorganisme bersamaan dan terasa sangat hangat sekali k*nt*lku didalam mem*k Nanda itu. Kami pun lemas tak berdaya krna sudah habis tenaga di permainan kami ini, setelah beberapa menit kami pun bergegas membersihkan sisa sisa hasil permainan kami,

Disaat membersihkan sisa2 permainan kami entah apa yg terbesit dipiranku ini, padahal sudah lelah sekali badan ini tpi ttp masih memikirkan ingin bermain kembali.. Nanda mulai memakai pakaiannya, tpi dia blm memakai rok nya itu.Tanpa pikir panjang melihat Nanda dari belakang membuatku bern*fsu kembali dan tegang kambali k*nt*lku yg tadinya lemes ini.


Ku buat nanda nonggeng dihadapanku dan nanda pun kaget “Nanda sekali lagi yuk, aq melihat km belum memakai rokmu dari belakang ingin sekali k*nt*lku ini masuk kedalam lub*ng pant*tmu ini(sambil memegang lub*ng pant*t Nanda)” kata yg keluar dari mulutku, dan nanda pun menjawab

“Jangan Pak, tkt sakit ah…”. aku pun heran ko terbesit dipikiranku ingin sekali an*l dengan nanda, pdahal belum pernah sekalipun aq an*l dengan istriku. Sudah kepalang tanggung langsung saja ku basahi k*nt*lku dgn air liur ku agar mudah memasukkan k*nt*lku kedalam lub*ng pant*t nanda ini,

Saat ujung k*nt*lku menempen ke lub*ng pant*t Nanda yg masih rapet itu kutekan dengan perlahan agar nanda tdak teriak seprti tadi, nanda pun yg memang menolak krna tkt sakit sesekali menghindar dengan menggoyangkan pant*tnya yg s*xy itu.

Tapi apa boleh dikata n*fsu menang mengalahkan semuanya langsung saja masuk dengan perlahan k*nt*lku ini ke dalam lub*ng pant*t nanda ini, dan dia pun teriak kembali tapi agak pelan “auuuuuu… pelan pak perih”. ya karna mang akunya lagi n*fsu berat aku hajar dengan cepat lub*ng pant*t nanda itu tanpa rasa ampun aq hajar terus bergantian ke mem*knya yg mulai basah kembali.

Setelah 10 menit aq pun ingin menyudahi permainan ini dikarenakan mlm mulai larut,belum lagi aq harus mengantarkan nanda pulng krna tkt djln dia kena kriminal. keluarlah sp*rmaku kembali kedalam lub*ng pant*t nanda yg mungil itu.
Setelah permainan tersebut kami bergegas trun dan masuk kedalam mobilku, didalam mobil aq berkata kepada nanda

“Nanda apa yg kita perbuat mlm ini jgn sampai ada yg tahu yah….”
Nanda pun menjawab “Iya pak tenang saja, saya tidak akan bilang atau ngmng kesiapapun soal mlm ini. dan besok2 jika ada kesempatan kita ber2 kita mainkan kembali yah pak permainan mlm ini” dgn nada nakal nya itu.

Diperjalanan mengantarkan kerumah nanda tangan ku sering kali memegang p*ha bagian dalam nanda dan put*ng nanda yg sudah terbungkus rapih dengn ** nya itu dan nanda pun terkadang merunduk membuka sleting clanaku ini dan mengs*sap k*nt*lku terus menerus krna aq sedang menyetir,tkt tidak fokus nanda pun menyudahi is*pan2 yg membuat k*nt*lku berdiri tegak kembali.

Kunjungi Kami Di 

Website : cuekasir4d.com
WHAT'SAPP : +62 821-3639-2252
TELEGRAM : +62 821-1785-1681

👇Klik link di bawah👇


Sekitar 40 menit sampi juga kami di depan rumah nanda dan nanda pun keluar dri mobil sambil menc*um bib*rku dan berbisik “kapan2 kita lakukan permainan tadi dirumahku yah pak”, aq hanya membalas dengan senyuman kecil saja.



BEGITU NIKMAT MEMEK ANAK DAN IBU

 BEGITU NIKMAT MEMEK ANAK DAN IBU


KASIR4D -BEGITU NIKMAT MEMEK ANAK DAN IBU  



Namaku Yudha. Kini aku berumur 29 tahun. Aku bekerja di salah satu perusahaan swasta di Jakarta. Aku memiliki kisah menarik. Kisah ini bermula 5 tahun yang lalu.

Aku memiliki tetangga seorang wanita cantik yang waktu itu berumur 38 tahun. Aku biasa memanggilnya Mpok Ria. Karena dia orang Betawi. Mpok Ria adalah istri kedua dari suaminya yang sekarang. Sebelumnya ia sudah pernah menikah dan memiliki anak perempuan, yang biasa kupanggil Ati. Aku dan Mpok Ria bertetangga sangat akrab. Sejak aku SD, keluarga Mpok Ria dekat dengan keluargaku. Kedua orang tuaku yang sudah tua dianggap sebagai orang tua oleh keluarga Mpok Ria. Hubungan kami tetap akrab meski kedua orang tuaku telah meninggal.


Aku sebenarnya sudah nafsu melihat Mpok Ria sejak SMP. Bodinya seksi dan kencang. Buah dada dan pantatnya besar. Sering kali jika aku bermain ke rumahnya, Mpok Ria hanya menggunakan daster atau, dengan cuek setelah mandi, hanya dengan menggunakan handuk, melenggok di depanku. Aku menjadi terangsang dan pulangnya langsung beronani. Aku tidak berani berbuat lebih jauh karena hubungan yang sudah terlalu akrab itu. Apalagi Mpok Ria melihatku yang masih SMP hanya menganggapku sebagai adiknya.

Baca Juga >>> Kasir4D : Agen Togel, Bandar Togel , Casino Online terpercaya

Tapi ketika aku semakin dewasa, segalanya mulai berubah. Tepatnya ketika usiaku 25 tahun. Aku sebenarnya pria yang tampan dan menarik. Tapi aku agak malas pacaran. Sementara nafsu seksku yang tinggi biasa kusalurkan melalui onani. Soalnya aku takut berhubungan seks dengan pelacur. Selain karena bahaya penyakit, aku males keluar duit. Selama ini fantasi onaniku selain bintang Porno adalah Mpok Ria dan anaknya, yang kini sudah beranjak dewasa. Umurnya 18 tahun. Kulitnya putih mulus bodinya bener-bener proposional. Meskipun pantat dan Buah dadanya tidak terlalu besar. Wajahnya juga cantik seperti Shu Qie bintang film cina.

Suatu ketika aku mendapatkan telepon dari seseorang yang ingin berbicara dengan Ati. Rumah Mpok Ria tidak ada telepon jadi mereka menumpang di rumahku. Aku segera bergegas ke rumahnya. Rupanya Ati sedang mandi. Karena teleponya penting dan ditunggu, maka dia bergegas berganti pakaian. Ati hanya menggunakan daster yang tipis dan membentuk seluruh tubuhnya yang seksi. Ati bergegas menuju ke rumahku sementara aku mengikuti dari belakang. Pinggulnya yang bergoyang-goyang membangkitkan gairahku.


Sampai di rumahku, Ati duduk menerima telepon dengan posisi duduk yang menantang. Bagian bawah dasternya tersingkap, sehingga terlihat jelas pahanya yang putih mulus. Aku duduk di sofa didepanya dan mataku menjelajahi seluruh tubuhnya. Aku baru tahu ternyata Ati tidak sempat memakai BH. Kulihat putingnya tercetak di bagian dada dasternya. Ati menyadari bahwa aku sedang mengamatinya. Dia tersipu dan berusaha memperbaiki posisi duduknya. Namun dasternya yang pendek membuat posisi duduknya tetap saja merangsang. Tak berapa lama dia selesai menelepon. Dia berdiri dan siap-siap untuk pamit. Aku langsung memegang tangannya.

“Mau kemana? Sini dulu dong temenin gue ngobrol.”

“aduh.. Ati mau pergi nanti jam 1 ke blok M. Udah janjian ama temen.”

“ya udah nanti aja siap-siapnya. Kita ngobrol dulu..”

“aduh… mas Yudha.. Ati harus siap-siap”

“Iya deh. Sekarang Ati sombong. Gak mau ngobrol sama aku lagi.”

“Kok mas Yudha gitu. Emang mau ngobrol apaan?”

Ati duduk di sebelahku. Harum tubuhnya habis mandi semakin merangsangku.

“Ati mau ke Blok M ama siapa ? ama pacar ya ?”

“ah nggak kok. Ati gak punya pacar.”

“kok gak punya padahal Ati kan cantik”


Dia terlihat tersipu. Tanganku mulai membelai perlahan rambutnya. Kemudian turun ke lehernya. Dia masih diam. Akupun memberanikan diri mengecupnya. Dia nampak canggung menerima ciumanku. Aku makin berani. Tanganku merayap di pahanya. Ati pun mulai membalas ciumanku bertubi-tubi. Bibir kami saling berpagutan. Perlahan ku singkap bagian atas dasternya dan dengan leluas tangan kiriku mengelus Buah dadanya. Bibir kami masih saling bertautan. Ati sepertinya mulai terhanyut. Aku mulai menciumi bagian wajah yang lainnya. Pipi, dagu, lehernya yang jenjang. Ati terlihat terbuai. Aku pun mendesah di telinganya “kamu cantik sekali Ti”. Kemudian kurebahkan tubuhnya. Dasternya sudah tersingkap sebatas perut. Terlihat buah dada Ati yang membusung. Ukurannya tidak terlalu besar. Mungkin sekitar 34. Tapi bentuknya bulat dan padat berisi. Perlahan aku mulai mengulum kedua bukit tersebut secara bergantian. Putingnya yang kecoklatan kujilati sambil sesekali ku hisap lembut. Ati memejamkan matanya dan mulai mendesah. Tangannya berpegangan pada ujung sofa. Sementara tubuhnya terus bergeliat.


“aghhh.. sshhshs.. agghh..”. Desahannya membuatku makin lahap mengulum Buah dadanya. Tangan kiriku bergerilya menuju selangkangannya. Kumasukan jariku di antara CDnya dan kugesek-gesekan di permukaan vaginanya.

“agh.. mas Yudha.. aghh… sshssh..”

rupanya dia terangsang dengan permainanku. Kuhentikan kulumanku di Buah dadanya. Sejenak aku kembali mengulum bibirnya sementara tangan kiriku tetap menggesek-gesek vaginanya. Ati semakin larut dalam permainan ini. Ciumannya pun menjadi lebih memburu. Akupun mulai melepas CDnya. Kemudian aku turun menciumi seluruh bagian tubuhnya hingga sampailah aku di depan lubang vaginanya yang sudah basah. terlihat bibir vaginanya yang sempit ditumbuhi sedikit rambut yang halus.

“mas Yudha mau ngapain… ?” ujarnya lirih.


Aku tidak menjawab. Bibirku mulai menciumi bibir vaginanya yang sempit itu. Kemudian ku jilati seluruh permukaan. Sekalli-kali lidahku menusuk agak dalam menjangkau klitorisnya. Kemudian ku gigit kecil klitorisnya. Ati terlihat sangat terangsang. Dia merintih sambil berkali-kali memajukan vaginanya ke depan agar lidahku makin dalam menjangkau klitorisnya.

“aghh…. hahh… hahh…. enak maaas.. aghh… terus maasss… shhh..”

Cukup lama aku bermain dengan vaginanya. Sementara Penisku semakin mengeras. Kira-kira 10 menit Ati mulai Orgasme.



“aghhhhhhhh…..” Cairan putih kental keluar dari vaginanya. Napasnya tersenggal-senggal.

Aku yang masih berpakaian lengkap langsung membuka seluruh pakaianku. Aku telanjang bulat dengan penis yang sudah menegang sedari tadi. Ati terpaku melihatku. Sepertinya dia menunggu langkahku selanjutnya. Karena aku sudah sangat bernafsu, maka aku langsung mengarahkan Penisku yang berukuran 15 cm itu ke lubang vaginanya. Ku lebarkan selangkangannya terlihat lubang itu sudah siap menanti untuk ditusuk. Ati terlihat diam saja dan menunggu penetrasiku.

“Ati diam ya.. agak sakit sedikit..” kata ku sambil mengelus pahanya.

Perlahan ujung Penisku mulai menusuk. Ati meringis. Aku mengelus Buah dadanya biar Ati bisa merasakan rangsangan seksual pada bagian tubuhnya yang lain. Penisku pun mulai menusuk makin dalam.

“ah… sakit mas..” ringisnya.


Aku mulai mencium bibirnya agar dia bisa melupakan rasa sakitnya sedikit. Penetrasi ku hentikan sejenak dan aku konsentrasi menciumi bibirnya. Setelah Ati terlihat hanyut, aku mulai melanjutkan kembali penetrasi. Perlahan-lahan Penisku masuk seluruhnya ke dalam vaginanya. Kurasakan otot vaginanya memijit pelan pangkal Penisku. Sambil tetap ku kulum bibirnya, kugoyangkan pantatku perlahan-lahan. Naik turun makin lama makin cepat. Ati terlihat mulai menikmati gesekan Penisku di vaginanya. Aku segera mempercepat goyangan pantatku. Terasa nikmaaat sekkaalii. Seluruh permukaan vaginanya yang sempit habis dijelajahi Penisku. Penisku terasa seperti di urut-urut. Kadang agak sepet kadang licin. Yang jelas nikmaaat….

Ceplak.. cplak… cplak… cplak.

Terdengar suara dari bagian bawah. Sementar Ati terlihat terengah-engah. Matanya memejam dan bibirnya mendesah tak karuan.

“aghh.. enaaakkkk maaasss…. terussss shhhhhh… terusss… ahhhh… ahhhh. aahhhhh…. !!!”

“aduh Ti… Memek loe… enak banget. Aghh.. shhhh… sempit…. Enak… ahhhh.. ahhhh…..” Kataku di sela desahannya.

Ati merem melek dan berkali-kali menggigit bibirnya diantara desahan-desahannya.

Tiba-tiba kurasakan otot vaginanya semakin keras menjepit.

“mass akuuu mauuu piii piiis…” Aku sadar dia mau orgasme kembali. Ku percepat ayunan pantatku sambil ku angkat pantatnya sedikit ke atas. Dia mulai menggelinjaaang.

“aghhhh massss… aaaahhhhggghhhh….” teriaknya di ujung orgasmenya.


Aku berhenti menggoyang. Kubiarkan Penisku di dalam vaginanya. Terlihat Ati sangat menikmati orgasmenya. Wajahnya tersenyum puas. Aku yang belum orgasme mencabut Penisku dari vaginanya. Ku minta Ati untuk berbalik dan menungging. Dia pasrah menuruti. Terlihat pantatnya yang montok menantang. Dari sini vaginanya terlihat lebih sempit. Kembali ku masukan Penisku dari belakang. Kali ini terasa lebih mudah. Ati pun tidak meringis lagi. Penisku perlahan mulai masuk ke dalam vaginanya. Kemudian mulai ku goyangkan pantatku maju mundur. Gesekan vaginanya terasa lebih sempit dibandingkan sebelumnya. Pantatnya yang montok ku remas-remas. Ati kembali mendesah.

“aduh… ahh… ahhh”

Perlahan tanganku merayap menuju Buah dadanya yang bulat menggantung. Kemudian kuremas-remas dengan nafsu. Ati tambah terangsang dengan hebat. Desahannya makin tidak teratur. Aku pun makin bernafsu. Goyangan pantatku makin cepat. Napas kami sama-sama memburu. Remasan tanganku di Buah dadanya makin keras. Kugigit telinga dan bahunya dari belakang. Secara refleks Ati membalikan wajahnya dan mencium bibirku. Kami terus berpagutan. Goyangan pantatku makin cepat..


“aghhhh… aghhhh.. shhhh… hhhhhhahhgghh.. iyyyaaa…” kurasakan aku akan orgasme. Tapi rupanya Ati orgasme kembali. Dia menggelinjang hebat.. ahhhhhhh…. aku mencabut Penisku dan menggesek-gesekan diantara pantatnya yang montok. Kuremas dan kutekan kedua belah pantatnya. Gesekan Penisku semakin cepat dan akhirnya aku ejakulasi ahhhhhhh…. ahhhh…

Crooot… Croooot.. Crooot…. air maniku muncrat dengan hebaatnya di atas punggung Ati. Aku terkulai dan langsung duduk sambil meremas-remas pantat Ati yang seksi. Ati terkulai dengan Posisi telungkup. Ku lap punggungnya dengan CDku. Ku lihat Ati tersenyum. Aku memeluknya dan mencium keningnya.

“aku sayang kamu Ti..” Bisikku.

Ati tersenyum. Memang ku tahu sejak SMP Ati sudah naksir kepadaku. Tapi aku cuek karena aku lebih bernafsu kepada ibunya. Kini Ati sudah jatuh dipelukanku. Ku lihat jam dan aku baru menyadari bahwa kami telah bermain selama hampir satu jam. Ati pun memakai CDnya dan memakai dasternya. Dia pamit pulang.

Sejak itu aku dan Ati berpacaran. Kami sering melakukan hubungan sex. Biasanya di tempatku karena aku tinggal sendiri. Ibunya, Mpok Ria mengetahui hubungan tersebut. Dia tampak setuju dan merestuinya. Dia semakin ramah kepadaku dan semakin tidak canggung dalam berpakaian di hadapanku. Sering dia hanya mengenakan bra melenggang di depanku jika aku bertamu ke rumahnya di siang hari yang panas. Aku semakin bernafsu melihatnya.


Suatu hari Mpok Ria bertengkar hebat dengan suaminya. Kemudian dia kabur dari rumahnya dan tinggal di sebuah rumah kontrakan di daerah depok. Suaminya tidak lagi peduli sehingga dibiarkan saja Mpok Ria pergi. Aku dan Ati pernah mengunjunginya dan meminta Mpok Ria untuk pulang. Tapi Mpok Ria menolak dan tetap tinggal di kontrakannya. Sejak itu Ati dan Mpok Ria tinggal terpisah. Ati tetap tinggal di rumahnya dan menemani ayahnya.


Suatu hari aku mengunjungi rumah Mpok Ria. Waktu itu hari libur dan Ati harus menjaga rumah. Aku dimintanya untuk mengunjungi ibunya. Karena sudah akrab Mpok Ria tidak malu menerimaku. Setelah ngobrol ngalor ngidul, angin sepoi-sepoi dan perjalanan yang jauh membuatku mengantuk. Waktu itu sudah jam 3 sore.

“mpok aye tidur dulu ye. Ntar jam lima bangunin aye.” Karena Mpok Ria orang betawi maka aku berdialek betawi jika ngomong dengannya.

“ya udah tidur deh. mau di sini ape di kamar?”

“di sini aje deh. Anginnye enak sih.”

Aku pun mulai tiduran sementara Mpok Ria pergi ke dapur.


Sejam kemudian aku terbangun oleh suara bising sebuah motor di pinggir jalan. Aku bangun dan mencoba mencari Mpok Ria. Kulihat ke dalam kamarnya, sepi. Aku pun pergi ke dapur, tidak ada. Kayaknya Mpok Ria sedang mandi. Kulihat di depan kamar mandi disebelah dapur ada sendalnya. Aku menghampiri mencoba mengintip ke dalam melalui salah satu celah dari pintu kamar mandi yang terbuat dari papan. Ternyata benar Mpok Ria ada di dalam. Tapi ia tidak sedang mandi. Ku lihat tangan kanannya yang sedang menggesek-gesek vaginanya sementara tangan kirinya meremas-remas Buah dadanya yang besar. Terdengar desahan kecil dari mulutnya. Pemandangan ini membuatku terangsang. Aku pun mulai mengocok Penisku. Tiba-tiba aku sadar bahwa ini adalah kesempatan bagiku. Mpok Ria memang sudah lama tidak berhubungan seks dengan suaminya. Hampir 8 bulan. Sejak suaminya sering sakit dan tinggal dirumah istri tuanya. Pasti Mpok Ria sangat haus sentuhan pria.


Aku berdiri dan mengetuk pintu kamar mandi.

“mpok lagi ngapain ? aye mau ke kamar mandi nih” kayaknya Mpok Ria kaget. Dari dalam kudengar ia menjawab dengan gugup.

“ehh.. gue lagi maandi..”

“aduh Mpok aye sakit perut nih mpok…” kataku sambil berpura-pura.

“ya udah… tunggu sebentar…” kudengar suara air disiram dan tidak berapa lama Mpok Ria keluar dengan mengenakan handuk. Tubuhnya yang seksi terlihat sangat merangsang. Buah dadanya yang besar membusung tertutup sebagian oleh handuknya. Ku rasakan Penisku bangun pelan-pelan.

“katanya lagi mandi, kok gak basah.” Godaku

“yee kan gak jadi mandi”

“lagi mandi apa lagi ngapain..”



Mpok Ria terlihat memerah wajahnya menahan malu. Dia mencoba membenarkan handuknya yang agak melorot.

“mpok, aye tahu mpok lagi pengen begituan. Aye mau kok nolongin mpok.” kataku sambil maju dan menarik ke bawah handuknya. Seketika itu juga Mpok Ria telanjang bulat di hadapanku. Berbeda dengan anaknya, Buah dada Mpok Ria besar. Ukurannya mungkin 36. Di usianya yang sudah 38 tahun ini badannya masih kenceng. Meskipun dia tidak pernah fitness ataupun minum jamu. Wajahnya yang cantik, hanya memiliki sedikit kerutan di ujung matanya.

Mpok Ria berusaha menutupi tubuhnya dengan tangannya. Dia terlihat akan marah. Aku pun segera mencium bibirnya biar dia tidak bersuara. Dia nampak gelagapan. Dengan sekuat tenaga ku rangkul dan ku angkat Mpok Ria masuk kembali ke kamar mandi. Dia berontak dan berusaha melepaskan diri. Aku melepaskannya dan langsung mengunci pintu kamar mandi. Sekitar rumah Mpok Ria cukup sepi. Sehingga jika dia berteriak belum tentu ada yang mendengar. Tapi aku tidak mau memperkosanya. Ku biarkan Mpok Ria yang gemetaran di tepi bak mandi.


“Yud, loe mau ngapaain..?” ujarnya agak gemetar.

Aku tidak menjawab. Dengan tenang ku buka pakaianku satu per satu. Akhirnya aku telanjang bulat dihadapannya. Penisku yang sedari tadi menegang mengacung dihadapannya. Aku tersenyum melihat Mpok Ria yang gemetar dan memandangi Penisku. Aku tahu dia pasti menginignkannya. Ku permainkan Penisku naik turun di hadapannya. Ku lihat dia menelan ludah. Penisku yang panjangnya 15 cm sudah ereksi sempurna. Sehingga terlihat kokoh sekali. Aku maju ke depan mendekatinya. Kulihat napasnya mulai memburu. Matanya terus menatap Penisku. Aku yakin tidak akan ada perlawanan darinya. Tanganku mulai membelai bahunya perlahan bergerak kebawah menuju Buah dadanya yang besar. Kedua telunjukku bergerak mengikuti lekuk Buah dadanya yang bulat. Kemudian kuplintir putingnya yang belum mengeras layaknya sedang memutar gelombang radio. Mata Mpok Ria tetap tak lepas melihat Penisku. Perlahan-lahan dia mulai menutup matanya. Mpok Ria sudah pasrah. Segera ku lumat kedua Buah dadanya dengan rakus. Bergantian kiri dan kanan sambil tanganku meremasnya juga bergantian. Lidahku bermain-main dengan leluasa di kedua putingnya dan menyapu seluruh permukaan Buah dadanya. Sekali-kali ku gigit kecil Buah dadanya. Mpok Ria mulai memiringkan kepalanya. Mulutnya agak terbuka dan mengeluarkan rintihan yang pelan hhheh.. ssshh.. tangan kanannya berpegangan pada pinggir bak mandi sementara tangan kirinya memegang kepalaku sambil beberapa kali menekan ke dalam dadanya.


Tangan kiriku mulai turun ke bawah menuju selangkangannya sementara tangan kananku meremas-remas pantatnya. Mulutku masih sibuk melahap Buah dadanya. Setelah sampai divaginanya, jari tengahku langsung masuk ke dalamnya. Dengan cepat ku gesek-gesekan jariku di dalamnya. Mpok Ria langsung terangsang dengan hebat. Tangan kirinya makin kencang menjambak rambutku dan kepalaku ditekan makin dalam.

“Aghh.. aghhhhh… aghhhh…. terus yud…. terus…. shhh.. aghhhh…. aghhhh…. yaaah… ahhhh”

Mpok Ria terus meracau tak karuan. Selama sekitar 5 menit aku korek habis-habisan vaginanya. Kemudian aku merasakan cairan bening mengalir dari vaginanya melalui jariku. Rupanya dia sudah terangsang hebat. Aku menghentikan permainan jariku dan mulai merambat mencium ke bawah menuju vaginanya. Ku lihat vaginanya yang ditumbuhi bulu-bulu agak lebat disekitar lobangnya sudah basah. Aku siram dengan air agar vagina itu menjadi lebih bersih. Lalu aku mulai menjilati seluruh permukaannya. Kedua tanganku meremas-remas pantatnya yang montok dengan sekali-kali mengagaruk belahan pantatnya. Kedua tangan Mpok Ria menjambak kepalaku dengan keras sambil mendesah panjang dan tak beraturan.


“Aghhhh… yaaa… yaaa…. Teruuusss yud… terus shhhh ahh.. ahhghhh….”

Lidahku makin dalam menjangkau ke dalam vaginanya sambil sekali-kali menyentuh klitorisnya. Terkadang kuhisap dan ku gigit kecil klitorisnya. Ku jilat, hisap, jilat, hisap, gigit, jilat demikian berulang ulang ku permainkan vaginanya. Makin lama desahannya makin memburu.

“yd… gue… mao… keluaaar… aghhh”

Terlihat cairan putih meleleh keluar dari lubang vaginanya. Kulihat Mpok Ria merem melek dan nafasnya terengah-engah. Aku berdiri dan mencium bibirnya.

Kemudian aku berbisik.. “mpok sepongin aye dong..”

Mpok Ria langsung berjongkok. Tangan kanannya memegang Penisku dan mulai mengocoknya sambil sesekali dikecupnya. Seluruh permukaan Penisku dan bijinya dikecupnya pelan-pelan. Aku menikmatinya tapi Mpok Ria belun juga menghisap Penisku.

“mpok ayo dong diisep..” Pintaku sambil membelai rambutnya.


Dia pun mengisap hanya kepala Penisku. Kemudian dengan cepat dia menjilati seluruh permukaan Penisku layaknya sedang menjilati es krim. Meskipun rasanya nikmat tapi aku ingin Penisku dihisap. Tanganku memegang kepalanya dan ku pencet hidungnya. Seketika itu dia membuka mulutnya. Aku langsung memasukan Penisku ke dalam mulutnya. Tanpa melepas cengkramanku di kepalanya aku mulai menggoyangkan pantatku. Penisku keluar masuk dengan cepat di dalam mulutnya. Nikmatnya luar biasa. Kurasakan kepala Penisku menyentuh langit-langit mulutnya dan terkadang menyentuh ujung kerongkongannya.

‘mmmghhh….. mmmhhgghhh… ‘ kulihat Mpok Ria memberontak. Aku melonggarkan cengkramanku. Mpok Ria langsung melepaskan mulutnya dari Penisku.

“uhuugg… uuhhuggg… heeegghh…” rupanya Mpok Ria tersedak.

“Aduuuh… maaf mpok kekencengan.” Kataku sambil membelai rambutnya. Mpok Ria teresenyum dan langsung menghisap Penisku lagi. Kali ini aku tidak memegangi kepalanya lagi karena dia mulai menghisap seperti yang aku inginkan. pertama-tama pelan lalu semakin lama bertambah cepat. Diselingi dengan kecupan, jilatan dan kocokan tangan. Terlihat Mpok Ria bernafsu sekali melahap Penisku. Setiap kali dihisap serasa Penisku diurut pelan-pelan dan licin. Aku serasa melayang. Nikmat sekali. Seluruh batang penisku berada di dalam mulutnya.

“aghhhh…. yes… aghhh… yes..” desahku.


Tak lama kemudian aku merasa aku akan ejakulasi. Segera ku pegang kepala Mpok Ria dan aku mulai menggoyangkan pantatku dengan cepat. Sleep… sleeeep…. sleeep…. sleeep.

Bunyi Penisku beradu dengan pinggir mulutnya.

Mpok Ria mencoba memberontak “mmmhhh…. mmmmmhhhh…”

tapi hal itu malah membuat nikmat karena Penisku jadi menelusuri seluruh rongga mulutnya. Akhirnya aku ejakulasi di dalam mulutnya. Mpok Ria mencoba melepaskan mulutnya dari Penisku. Tapi aku malah semakin menekan dan memaksanya menghisap lebih dalam

“isep mpok…. iseeep…. enak kok mpok…. banyak proteinnya…” Akhirnya dia pasrah dan menelan semua air maniku.

Setelah habis semua air maniku. Penisku menurun ereksinya. Mpok Ria ku lihat tersenyum sambil membersihkan air mani yang meleleh keluar dari mulutnya.

“Mpok kita lanjutin di kamar yuk..” ajakku.

Mpok Ria langsung berdiri berjalan mendahuluiku menuju kamar tidurnya. Goyangan pantatnya yang montok perlahan mulai membangkitkan kembali Penisku. Aku siram dengan segayung air biar lebih segar dan aku mengikuti Mpok Ria menuju kamarnya.


Mpok Ria langsung rebahan di tempat tidurnya. Dadanya semakin terlihat membusung merangsang. Jarinya memainkan vaginanya. Aku langsung rebah disamping kirinya. Ku hisap kedua Buah dadanya yang menantang tersebut sementara tangan kiriku mulai bermain di dalam vaginanya. Tangan kanan Mpok Ria mengocok-ngocok Penisku yang tampaknya akan segera ereksi dengan sempurna kembali. Bibir kami kemudian saling berpagutan dan tangan kami makin cepat bergerak. Jariku keluar masuk dengan cepat demikian juga tangannya yang mengocok Penisku dengan cepat. Tak berapa lama kurasakan Penisku sudah kembali ereksi dengan sempurna. Masih dengan posisi rebahan di sampingnya, aku memasukan Penisku ke dalam vaginanya. Kaki kiri Mpok Ria melintang di badanku sehingga selangkangannya terbuka lebar. Karena sudah sering dipakai maka aku tak kesulitan memasukan Penisku ke vaginanya. Dengan cepat kugoyangkan pantatku. Tangan kiriku sibuk meraba bagian depan tubuhnya. Buah dadanya, perutnya, permukaan vaginanya. Sementara bibirku juga sibuk bergerilya ke bahu, leher dan bibirnya. Tidak seperti anaknya yang cenderung pasif kalo sedang berhubungan, Mpok Ria tampak lebih aktif. Dia ikut menggoyangkan pantatnya ketika Penisku keluar masuk di vaginanya. Seluruh dinding vaginanya serasa keras menjepit penisku. Terdengar desahan-desahan kecil dari mulutnya. “shhh…. ahhhh… ehhh.. shhhhh”


Selanjutnya kami melakukan banyak variasi gaya. Kedua kakinya kuangkat kebahuku dan pahanya kurapatkan. Dengan begini bukaan lobang vaginanya menjadi lebih sempit. Sehingga jepitannya lebih terasa di Penisku. Ayunan pinggulku yang ritmis, membuat gesekan penis dan vagianya menjadi lebih nikmat. Kemudian ku rebahkan pahanya ke samping kanannya dan dengan posisi menyamping aku melakukan penetrasi. Vaginanya terasa agak longgar tapi kuat mencengkram Penisku. Rasanya benar-benar nikmat… ohhhh… yeeeahh.. desahku seiring goyanganku yang cepat menusuk-nusuk vaginanya. Mpok Ria terlihat meremas-remas sprai tempat tidur. Matanya terpejam dan dari mulutnya keluar rintihan-rintihan yang merangsang

“ooughhh…. yaaahh… ouuhhh…. aghhhh… hahhhhgghhh… yaaahh…”

Selama hampir satu jam aku menghujamkan penisku ke vaginanya. Posisiku di atas membuatku leluasa melakukan manuver. Tanganku dengan leluasa meremas-remas buah dada dan pantatnya.

Kemudian aku menyelipkan bantal dibawah pantatnya sehingga vaginanya terangkat ke atas dan penetrasiku bisa lebih dalam. Mpok Ria terlihat makin menggila. Kepalanya bergerak ke kiri dan kanan. Sementara pinggulnya menggelinjang ke atas merepotkan aku menahannya.



Selama satu jam itu pula Mpok Ria sudah dua kali mengalami orgasme. Aku pikir tenaganya sudah habis. Sementara aku masih belum orgasme juga. Tiba-tiba Mpok Ria mendorongku kesamping dan dia langsung berada di atas. Kemudian secara menggila dia goyangkan pantatnya naik turun maju mundur. Penisku berputar-putar mengikut gerakan dan isapan vaginanya. Luar biasaa wanita ini. Ternyata tenaganya masih banyak. Buah dadanya yang bergoyang bergelantungan segera kuhisap. Sementara goyangannya makin liar..

“ahhh… oughhh… yahhh… ayo… yud…. rasain memek gue..” Mpok Ria meracau gak karuan. “iseepp tookeet gue yud… ahh terus yud..”

Aku memeluk punggungnya keras sambil mulutku terus menghisap Buah dadanya dengan nafsu. Sepertnya aku akan keluar. Segera ku pegang pinggulnya dan ku goyangkan tubuh Mpok Ria dengan cepat

“ahhh… gue mao keluar Yud..”

“aye juga mpookk…. ahhhhh”

Akhirnya aku ejakulasi bersamaan dengan orgasme Mpok Ria yang ketiga kalinya. Kurasakan denyut Penisku yang cepat bersamaan dengan disemburkannya air maniku ke dalam vagina Mpok Ria. Kami berpelukan sangat erat. Sementara otot vagina Mpok Ria terasa keras memijit-mijit Penisku. Kami pun berciuman. Dan Mpok Ria rebah di pelukanku.

“mpok.. sorry aye nggak ngeluarinnye diluar. Soalnya kagok.”

“gak ape-ape Yud. sebenarnya mpok udah di vasektomi 3 bulan yang lalu. Jadi mpok gak bakal hamil.”

Betapa senang aku mendengarnya. Dengan begini aku bisa puas ngentotin Mpok Ria tanpa takut dia hamil. Sementara dengan anaknya, aku lebih sering mengeluarkan diluar. Sore itu kami melakukannya berulang-ulang, sampai jam 9 malam aku pamit pulang.


Sejak saat itu aku sering melakukan hubungan badan dengan Mpok Ria dan anaknya, Ati, secara bergantian. Mpok Ria mengatakan bahwa hubungan denganku sebatas rekreasi dan pemuasan kebutuhan. Karena ia tidak ingin terikat apa-apa denganku. Lagi pula dia tahu anaknya Ati sangat mencintaiku. Dia nggak mau mengambil kebahagiaan anaknya. Tak lama kemudian Mpok Ria resmi bercerai dengan suaminya karena suaminya lebih peduli dengan Istri tuanya. Mpok Ria benar-benar hidup sendirian. Aku pun akhirnya melamar Ati untuk ku jadikan Istri. Setelah itu dengan alasan untuk menemani istriku, aku minta Mpok Ria untuk tinggal serumah bersama kami. Padahal ini akal-akalan aku dan Mpok Ria biar bisa lebih sering berhubungan sex. Karena biarpun serumah aku bisa berselingkuh dengan Mpok Ria. Biasanya kami melakukan hubungan saat istriku belanja ke pasar atau pada saat malam ketika ia tidur. Bahkan pernah kami melakukannya ketika istriku ada di rumah.

Kunjungi Kami Di 

Website : cuekasir4d.com
WHAT'SAPP : +62 821-3639-2252
TELEGRAM : +62 821-1785-1681

👇Klik link di bawah👇

Waktu itu dia sedang menyetrika di ruang depan sambil menonton tv. Mpok Ria di dapur sedang mencuci piring. Aku yang kebetulan hendak ke kamar mandi di dekat dapur, terangsang melihat Mpok Ria yang hanya mengenakan daster tipis. Tubuhnya yang seksi berbayang dibalik daster tersebut. Aku langsung menghampiri dan mencium bibirnya. Mpok Ria yang malamnya belum mendapat jatah dariku langsung membalas dengan penuh nafsu juga. kemudian bagian atas dasternya dibuka sedikit dan dia menurunkan BHnya sehingga Buah dadanya yang montok muncul keluar. Aku pun mengulumnya dengan penuh nafsu sementara tanganku mengelus-elus pahanya. Mpok Ria berpegangan pada pinggir bak cuci piring. Cuma sekitar 5 menit kami melakukan fore play. Aku langsung melorotkan sedikit celanaku sehingga Penisku bisa keluar dengan leluasa. Mpok Ria menyingkap bagian bawah dasternya dan menggeser sedikit bagian tengah CDnya sehingga terlihatlah lubang vaginanya. Tanpa menanggalkan pakaian, kami melakukannya sambil berdiri. Meskipun demikian kami lakukan dengan sangat membara. Tentu saja karena dilakukan dengan khawatir dan terburu-buru, maka hubungan sex itu berlangsung cepat juga. Hanya sekitar 10 menit. Setelah itu aku langsung ke ruang depan menemani istriku, seolah-olah tak terjadi apa-apa

 Agen Togel, Bandar Togel, Casino Online, Agen Judi Online, Slot Online Terpercaya, Slot gacor

DESAHAN LIAR ARUM PADA SAAT NAFSU TINGGI

 DESAHAN LIAR ARUM PADA SAAT NAFSU TINGGI KASIR4D     DESAHAN LIAR ARUM PADA SAAT NAFSU TINGGI Cerita Dewasa Dengan kesalnya Arum menuju di ...