Tampilkan postingan dengan label #CeritaSex #CeritaNgentotTerbaru #CeritaPanas #CeritaMesum #CeritaSexBergambar #CeritaBokep #Agencasino #BandaTogel #slotgacor #kasir4d #RtpMaxwin. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label #CeritaSex #CeritaNgentotTerbaru #CeritaPanas #CeritaMesum #CeritaSexBergambar #CeritaBokep #Agencasino #BandaTogel #slotgacor #kasir4d #RtpMaxwin. Tampilkan semua postingan

Minggu, 15 Juni 2025

PENEMUAN TERAKHIR DENGAN WANITA YANG KUCINTAI

PENEMUAN TERAKHIR DENGAN WANITA YANG KUCINTAI


KASIR4D - Pertemuan Terakhir dengan Wanita yang Kucintai  


Hari itu biasa saja, tidak ada something spesial yang terjadi. Keesokan harinya, Mas Bagas mengajakku pergi makan dan jalan-jalan di mall. Eh.., ternyata dia mengajak ceweknya. Ternyata ceweknya ini kost cuma sekitar 300 meter dari rumah Mas Bagas. Namanya Yeni tapi pangg*lannya Yeyen. Anaknya cakep juga, masih kuliah, umurnya 21 tahun.

Kulitnya putih kekuningan meskipun keturunan Jawa tulen, tingginya sekitar 164 cm, beratnya 46 kg, tapi pinggulnya cukup besar, bodinya asyik juga, dan p*yud*ranya lebih besar dari rata-rata cewek Indonesia. So, dengan mobil Panther itu Mas Bagas dan Yeyen duduk berdua di depan sedangkan aku yang duduk di bagian tengah dicuekin oleh mereka. Kami berputar-putar di Tunjungan Plaza, makan di sebuah restoran sea food sampai kenyang lalu kembali lagi ke tempat kos Yeyen.

Lalu setelah mobil diparkir, kami bertiga masuk ke tempat kosnya dan langsung masuk kamarnya. Hmm.., sempat terpikir olehku, sebenarnya itu tempat kos cewek atau cowok, soalnya ada beberapa ciban yang nongkrong di situ. Di dalam kamar Yeyen, aku disetelin sebuah VCD p*rn*, sambil diberi coklat Silver Queen, sementara Mas Bagas dan Yeyen bermesraan berdua, berc*uman dan berc*mbu.

Ah.., aku juga sempat berkenalan dengan adik Yeyen yang bernama Lenny, yang mondar-mandir keluar masuk kamar. Lenny bertubuh lebih pendek dari Yeyen, lebih coklat kulitnya, dan bodinya lebih langsing, cuma sayangnya p*yud*ra dan pant*tnya juga lebih “tidak menantang” dibandingkan Yeyen.

Cuma yang lebih disayangkan lagi Lenny seorang per*kok berat dan hari itu dia sedang sakit tenggorokan. Setelah selesai menyetel VCD-nya sampai 45 menit non-stop, Aku matikan TV dan playernya. Eh, tiba-tiba Mas Bagas nyeletuk, “Don.., kasih waktu 5 menit, dong..?”

Aku sudah mulai merasakan gelagat kurang baik dari pasangan itu. Tapi ya terpaksa, aku melenggang keluar kamar, tapi baru sampai di pintu, aku lihat di ruang tamu banyak ciban yang lagi ngobrol dengan Lenny sambil mer*kok. kemudian akupun kembali ke kamar Yeyen.


Lalu aku berkata, “Ah tidak usah dech, aku di sini saja, lagi tidak mood ngobrol sama orang-orang itu. Lakuin saja deh, aku tidak ngeliat”. Terus terang saja Mas Bagas kaget, “Heh! Kon ‘jik cilik ngono kok..” (kamu itu masih kecil gitu kok). Kesel juga aku dibilang masih kecil.

Lalu aku berusaha meyakinkan mereka, “Jangan kuatir lah.., aku sudah biasa kok ngeliatin ginian..”
Akhirnya setelah beberapa perdebatan ringan dan berkat kelihaianku berdiplomasi mereka mengijinkan juga aku untuk di dalam kamar saja, tapi dengan syarat aku tidak boleh macam-macam apalagi melaporkan ke orang tuanya. Setelah pintu kukunci, aku cuma bersandar saja di pintu dengan perasaan gembira.

Mas Bagas lalu tidur telentang di ranjang, lalu Yeyen mulai jongkok di atasnya dan menc*umi wajah Mas Bagas, sedangkan Mas Bagas cuma diam saja, matanya merem, tangannya mengusap-usap punggung Yeyen. Sesekali Yeyen melihat ke arahku, mungkin memeriksa apakah aku mulai terangs*ng, dan memang benar aku terangs*ng.

Dan juga melihat gerakan Yeyen yang kelihatannya sudah “professional” dan c*uman-c*umannya yang ganas seperti di film **, sepertinya Yeyen ini bukan pertama kalinya mak*ng love. Yeyen mulai menc*umi Mas Bagas langsung ke mulutnya, dan beberapa kali mereka bersilat l*dah dan terlihat jelas karena jarakku dan jarak mereka berdua cuma sekitar 3 meter.

“Hmmhh.., hmmhh..”, mereka berc*uman sambil mendes*h-des*h, membuatku yang sejak tadi sudah tegang memikirkan hal yang tidak-tidak jadi semakin tegang saja. Setelah puas mel*mat bibir dan l*dah Mas Bagas, Yeyen mulai bergerak ke bawah, menc*umi dagunya, lalu lehernya.

Mas Bagas ketika itu mengenakan T-Sh*rt yang di bagian kerahnya cuma ada dua kancing, so karena Mas Bagas terlalu besar badannya (gemuk) maka Yeyen cuma menyingkapkannya dari bawah lalu menc*umi d*d*nya yang montok dan putih. Mas Bagas ini memang WNI Keturunan Cina.


“Hmmhh.., aduh Yen nikmat Yen..”, begitu rint*han Mas Bagas. Yeyen menc*uminya kadang cepat, lalu lambat, cepat lagi, memang sepertinya begitu style anak yang satu ini. Sedangkan aku semakin tidak tahan saja, kepingin juga d*d*ku dic*umin oleh cewek, uhh.., tapi aku masih menahan diri dan terus menempel pada pintu.

“Ihh.., hmmh.., hh.., ihh..”, Mas Bagas terus mendes*h sementara Yeyen mulai menc*umi perutnya, lalu pusarnya, sesekali Mas Bagas berteriak kecil kegelian. Karena aku sangat terangs*ng, aku mulai mer*ba-r*ba diriku sendiri. “Sialan!” pikirku, “Ngapain juga gitu ahh..

Akhirnya Yeyen mulai membuka risleting Mas Bagas, pertamanya pelan sekali, namun tiba-tiba “wrett” ditarik dengan cepat sekali sehingga Mas Bagas kaget, matanya terbuka sebentar, lalu tersenyum dan merem kembali, sedangkan kedua tangannya mengelus-elus rambut Yeyen.

Yeyen langsung memegang-megang kem*lu*n Mas Bagas dan digosok-gosok dengan tangannya dari luar, “Ahh.., hh.., Hmmhmh.., Ohh Yenn..”, Mas Bagas cuma bisa mendes*h. Lalu setelah puas menggosoknya dari luar, dia mulai menyingkap cel*na d*lam Mas Bagas dan tersembullah kem*lu*n Mas Bagas yang sudah tegang keluar dari sarangnya.

“Nylupp!”, Kem*luan Mas Bagas langsung dik*lum oleh Yeyen. Stylenya masih seperti tadi, kadang pelan, lalu cepat, kadang pelan, lalu cepat, bikin kaget saja ini anak main s*ksnya. Sementara Mas Bagas sibuk mer*mas-r*mas rambut Yeyen saking enaknya, aku yang tidak kuasa menahan n*fsu sibuk mer*mas-r*mas kem*lu*nku sendiri sambil tetap bersadar di pintu.

Ahh.., aku benar-benar merasa serba salah waktu itu, dan mereka tidak mengacuhkanku sama sekali. Dasar.., Yang membuataku nyaris tertawa karena kem*lu*n Mas Bagas yang sepertinya keseretan gara-gara Yeyen tidak melepaskan cel*na d*lam Mas Bagas terlalu ke bawah, jadi seperti tercekik dech.



“Ehmm.., Ehmm..” Mungkin sekitar 5 menit Yeyen meng*lum kem*lu*n Mas Bagas, ternyata selama itu juga dia belum keluar sama sekali, Yeyen bilang, “Zan.., sekarang giliran kamu yach?” Mas Bagas cuma tersenyum, lalu dia bangkit sambil melepaskan celana panjang dan cel*na d*lamnya, sedangkan Yeyen sekarang yang ganti tiduran, lalu memejamkan mata.

Sedangkan aku benar-benar kebingungan dan tidak tahu mau berbuat apa, aku benar-benar pingin buka baju dan join dengan mereka tapi ahh.., kacau sekali pikiranku ketika itu. Mas Bagas mulai melakukan persis apa yang dia lakukan ke Yeyen sebelumnya.

Nyaris persis sama, aku sampai heran apa memang sudah janjian ya mereka. Mas Bagas mulai menc*um bibir Yeyen, cuma Mas Bagas menc*umnya dengan stabil, pelan terus, berbeda dengan Yeyen yang style s*ksnya aku akui lumayan unik. “Hmmh.., mymmynm..”, Sayang Mas Bagas sepertinya tidak profesional, cara menc*umnya walau pelan, terlalu tergesa menuju ke bawah.

Yeyen mencoba melepaskan t-sh*rt Mas Bagas, lalu Mas Bagas langsung melepasnya dan meletakkan di sebelahnya. Mas Bagas pun mulai menc*umi leher Yeyen. Sementara tangannya mer*ba-r*ba p*yud*ra Yeyen yang aduhai, “Hmhmhhm.., Hmhmhmh..” Mereka berdua terus mendes*h keenakan.

Aduh, pemandangan yang cukup menggelikan sekaligus mengga*rahkan itu benar-benar membuatku kewalahan pada diriku sendiri, diam-diam aku mulai melepaskan t-sh*rt yang kupakai dan mengger*yangi tubuhku sendiri. Mas Bagas mulai tidak sabar dan langsung mencopoti kancing demi kancing yang ada di kemeja yang dikenakan Yeyen.

Tersembullah p*yud*ra Yeyen yang begitu aduhai, putih mulus sekali seperti p*yud*ra Chinese, Yeyen segera mengangkat punggungnya, lalu Mas Bagas mencopot kancing **-nya yang berwarna krem. Wah.., p*yud*ra Yeyen benar-benar besar dan mengga*rahkan dengan p*ting s*s*nya yang tebal dan berwarna coklat tua.

“Ahh.., Hmm.., Hmm..”, Mereka berdua saling melenguh setiap kali Mas Bagas memainkan lid*hnya di atas p*yud*ra dan p*ting s*s* Yeyen. “Hmmh.., Hmhh..”, Setelah puas mel*mat p*ting s*s* Yeyen bergantian, Mas Bagas akhirnya menjil*ti perut Yeyen dan ingin melepaskan roknya.

Yeyen mengangkat pant*tnya, lalu Mas Bagas membuka risleting r*knya dan pelan-pelan melepaskan r*k yang dipakai Yeyen. Setelah sampai di lutut, Mas Bagas berhenti dan langsung menc*umi kem*lu*n Yeyen yang masih tertutup cel*na d*lam itu dengan cepat dan g*nas.

“Ahh.., Ahh..”, Yeyen meng*rang dan mendes*h keras keenakan. Aku yang sejak tadi terangs*ng menjadi semakin terangs*ng mendengar des*han Yeyen yang sangat mengga*rahkan, membuatku tidak tahan dan mulai memegangi kem*lu*nku sendiri, menggesek-gesekkannya dengan tanganku.


Akhirnya Mas Bagas melepaskan cel*na d*lam Yeyen dan langsung menc*umi kem*lu*nnya dengan g*nas sekali. Rambut di kem*lu*n Yeyen cukup tipis, sehingga memudahkan Mas Bagas menjil*tinya sepuasnya. Sesekali kudengar “Slurrp.., slurrp..”, sepertinya Mas Bagas suka sekali menyedot kem*lu*n Yeyen.

“Ahh.., Zan.., Ahh.., Zan.., Enak Zan..”, des*han Yeyen semakin keras saja karena merasa nikmat, seakan tidak peduli kalau terdengar orang di luar. Tidak berapa lama kemudian, Mas Bagas berhenti lalu bertanya, “Yen, boleh sekarang?” Sambil tetap merem, Yeyen cuma tersenyum dan mengangguk.

“Pelan-pelan yach..”, bisik Yeyen mesra. Kemudian Mas Bagas memasukkan pen*snya ke dalam kem*lu*n Yeyen, “Uh.., uhh.., Ahh..”, Sedikit kesulitan yang mereka hadapi, sekarang Mas Bagas sudah mulai asyik menggesek-gesekkan pen*snya dalam v*gin* Yeyen. “Ahh.., ahh.., aduh.., ahh..”,

Mereka berdua saling mendes*h sambil terus melanjutkan permainannya. Yeyen masih tetap dengan stylenya, kadang menarikan pinggulnya pelan-pelan, lalu cepat, pelan lagi. “Ahh.., Ahh.., Ahh..”, Mas Bagas memaju-mundurkan badannya pelan-pelan sedangkan Yeyen asyik menggoyang-goyangkan pinggulnya dengan tempo yang tidak beraturan.

Aku jadi semakin tidak tahan melihat apa yang mereka lakukan, aku segera berjalan menuju kamar mandi, langsung kulepas celana panjang dan cel*na d*lamku dan kugesek-gesek kem*lu*nku sendiri cepat-cepat.
“Ahh.., Hmmh.., Ahh..”, Aku mendes*h-des*h kecil dengan apa yang kulakukan terhadap diriku sendiri.

Lalu.., “aahh..”, Aku org*sme, sp*rmaku semuanya terjatuh di lantai kamar mandi. Tubuhku rasanya nikmat sekali beberapa saat, lalu terasa lemas dan sepertinya aku merasa bersalah telah melakukannya. Aku segera menyiram ceceran sp*rma di lantai kamar mandi, melepas seluruh bajuku dan mandi.

Setelah segar, aku hampir tidak percaya waktu keluar ternyata mereka masih saja bermesraan bers*tubuh. Aku langsung berjalan keluar kamar, sedangkan mereka tidak menghiraukanku sama sekali, benar-benar g*la..!
Di luar, aku duduk-duduk saja di ruang tamu sambil ngobrol dengan Lenny dan teman-temannya yang kebetulan ciban semua.


Mereka menawariku rokok tapi aku tolak. Setelah beberapa menit melakukan percakapan yang membosankan dan bikin mual, aku cuek saja dan asyik melihat TV, sambil menunggu Mas Bagas dan Yeyen selesai melakukan aktivitasnya. Menit demi menit berlalu, g*la.., lama sekali.

Sekitar satu jam kemudian, muncullah mereka berdua dari pintu kamar Yeyen. “Gilaa..”, pikirku, lama sekali mereka begituan. Mas Bagas dan Yeyen tersenyum geli pertama kali melihatku, mungkin mereka menganggap tingkahku di dalam kamar tadi lucu, lalu Mas Bagas bertanya.

“Don, kamu mau ikut renang?”.
“Mau sich.., tapi aku tidak bawa celana renang tuch..”, jawabku agak kecewa.
“Tidak pa-pa kok, ntar kita bisa pinjam celana renang di sana..”.

Ya sudah, akhirnya jadi dech.., Setelah berpamitan, Mas Bagas dan aku pulang. Di rumah kami langsung mempersiapkan segala kebutuhan renangnya. Jam menunjukkan sekitar pukul 16.30, kami bersiap pergi. Tepat waktu Mas Bagas hendak menyalakan mobil, ada suara teriakan.

Ternyata sepupu Mas Bagas, “Mobilnya mau dibawa papanya lho..”, katanya.
“Sial!” gerutu Mas Bagas.
Terus akhirnya Mas Bagas telepon taksi, beberapa menit kemudian datang, lalu kami ke tempat kos Yeyen dulu untuk menjemput Yeyen.

Eh, ternyata tidak hanya Yeyen yang ikut, tapi adiknya, Lenny, diajak serta. Aku tanya pada Lenny,
“Lho, kok kamu ikut, katanya sakit tenggorokan. Nanti ikut renang?”.
“Iya dong.., tidak Papa, nemenin Yeyen nich..” jawabnya enteng.
Wah, nekat juga ini anak, pikirku.

Taksi kami langsung meluncur ke Graha Residen, di sana ada kolam renangnya yang cukup besar dan ramai, termasuk para turis. Yeyen, Lenny, dan aku yang belum bisa berenang cuma berputar-putar saja di pinggiran, sedangkan Mas Bagas berkelana ke sana ke mari dengan bebasnya.

Waktu ada kesempatan, aku tanya pada Mas Bagas soal Yeyen. Ternyata dia baru kenal Yeyen dua minggu, dan pertemuan pertamanya di kolam renang. Seminggu kemudian mereka langsung pacaran, lalu besoknya mereka melakukan hub*ngan badan.

Mas Bagas baru pertama kali itu bersengg*ma, sedangkan Yeyen sepertinya sudah berkali-kali, soalnya kata Mas Bagas, Yeyen sudah tidak per*wan lagi. Mas Bagas juga bilang, “Kata Yeyen tuh si Lenny masih per*wan, dianya agak menyesal juga pacaran sama Yeyen, bukan sama Lenny yang masih per*wan”.

Aku sempat ngobrol juga sama Lenny, yang sepertinya cuma bersandar saja di pinggiran. Sekitar jam 19.00 kami selesai renang dalam keadaan menggigil kedinginan, lalu setelah itu memanggil taksi Zebra, karena entah kenapa, Graha Residen hanya menyediakan taksi Zebra.

Tidak kuduga, ternyata taksinya lama sekali datangnya, kami ngobrol-ngobrol lama juga. Mas Bagas asyik ngobrol dengan Yeyen, sedangkan Lenny yang kelihatannya dicuekin mulai kuajak ngobrol. Ternyata Lenny ini masih SMU kelas 2. Selain suka r*kok, katanya dia juga suka min*man k*ras.

Hmm, aku jadi mikir apakah dia juga suka obat-obatan dan.., free s*ks. Tapi aku tidak berani menanyakannya, terlalu dini ah. cuma yang aku perhatikan, Lenny agak tersipu-sipu menjawab pertanyaanku, dan dia tidak berani menatapku secara langsung, malah sepertinya menunduk terus. Good sign, pikirku.


Mungkin sekitar setengah jam kemudian baru taksinya datang. Lama banget sich.. Akhirnya sampai juga, setelah mengantarkan Yeyen dan Lenny, saya dan Mas Bagas pulang. Aku asyik memikirkan pengalamanku barusan, memperhatikan orang melakukan hubungan s*ks.

Sekitar jam 20.30, Mas Bagas mengajakku pergi, mau mengembalikan VCD. Ya sudah, aku ikut saja, siapa tahu diajak makan juga, berhubung perutku mulai lapar nich. Walau naik sepeda motor, kami tidak pakai helm, katanya tempat persewaan VCD-nya dekat.

Eh, ternyata memang dekat sekali dan tidak melewati jalan raya. Setelah itu Mas Bagas bertanya, “Don, aku mau mampir ke tempat Yeyen nich.. Kamu ikut tidak?”. Walau perutku agak keroncongan, berhubung aku “kangen” juga sama Lenny, pingin ngerjain gitu, akhirnya aku setuju.

Sesampainya di sana, ternyata banyak orang nongkrong di ruang tamu rumah kos itu. Uniknya, yang cewek cuma dua, Yeyen dan Lenny, lainnya ciban semua, ada 4 orang. Aneh sekali, pikirku. Begitu sampai, Mas Bagas langsung berc*uman dengan Yeyen lalu mereka langsung masuk kamar dan.., klik, Aduh.., mau ngapain lagi mereka, g*la bener..

Terpaksa, karena aku sudah telanjur di sana, aku ngobrol dengan orang-orang di situ. Aku sebetulnya lebih suka mengobrol dengan Lenny, tapi sayang teman-temannya selalu menggangguku. “Ih kamu ganteng dech, kita main s*ks yuk..”. Agak senang juga aku dipuji tapi main s*ks dengan mereka, mimpi saja tidak.

Lalu akhirnya aku punya ide, aku tanya Lenny,
“Kamu satu kamar sama Yeyen, yach?”
“Tidak tuch, aku sewa kamar sendiri”, jawabnya.
Kebetulan, pikirku, “Hmm.., di mana tuch, aku lihat dong..”

Sesuai perkiraanku, akhirnya dia mau menunjukkan kamarnya. Kamarnya persis di depan kamar Yeyen, dan lebih tidak rapi dibanding kamar Yeyen. Sambil pura-pura mengamati kamarnya, aku lalu menutup pintu agar dia tidak curiga, aku langsung bertanya padanya, “Kamu suka tinggal di sini?”.

Lalu akhirnya kami ngobrol dan bercanda di atas ranjangnya, bersandar di tembok. Seperti yang kuduga, dia masih terus menunduk tersipu-sipu menjawab pertanyaanku, tidak seperti waktu dia ngobrol dengan teman-temannya, menguatkan istingku kalau sebetulnya dia suka padaku.

Di tengah-tengah obrolan, aku tanya,
“Lenny, kamu kan suka nger*kok, apa tidak dimarahi cowokmu tuh?”.
Dia tertawa kecil, lalu menjawab, “Suka-suka aku dong, Don, aku belum punya cowo tuch..”.

Ahh.., kebetulan sekali, pikirku, lalu aku menggodanya,
“Ah masa..? Aku tidak percaya ah.., Kamu kan cantik.., pasti banyak cowok yang ngelirik kamu..”
Rupanya dia agak GR juga dengan pujianku, lalu sambil ketawa lirih dia cuma bilang, “Ah kamu..”.

“Iya bener lhoh..” Dia diam sebentar, lalu dia menoleh ke arahku, dan mulai memandangku. Aku menatapnya, lalu aku tersenyum. Kami berpandangan beberapa saat. Hmm, betapa cantiknya dia, pikirku. Merasa ada kesempatan, segera kuarahkan tangan kananku pelan-pelan ke tangan kirinya, lalu kugenggam dan kur*mas pelan-pelan.

Dia agak kaget dan menghela napas panjang, seolah tidak tahu apa yang harus dia lakukan. Pelan-pelan pula, badanku kuhadapkan ke arahnya dan kutaruh tangan kiriku di pinggangnya, lalu wajahku mulai mendekati wajahnya. Aku mulai bisa merasakan nafasnya yang semakin cepat dan tidak beraturan.

Akhirnya dia memejamkan mata, lalu kuc*um lembut keningnya, lalu pipi kanannya, lalu pipi kirinya. Aku terdiam sebentar. Matanya masih tetap terpejam. lalu perlahan-lahan kuc*um bibirnya yang lembut itu. Dia membalas dengan menggerak-gerakkan mulutnya. Aku memeluknya, lalu kami saling meng*lum bibir, lalu memainkan l*dah.., Hmm nikmat sekali.

Beberapa saat kemudian, aku hentikan permainan bib*r itu lalu aku terdiam. Matanya terbuka, tatap matanya serasa seperti bertanya-tanya. Lalu aku menc*umi bibirnya lagi sambil pelan-pelan merebahkannya di atas ranjang. Dia menurut saja, membuatku semakin bern*fsu.

Lalu aku c*um dia pelan-pelan sedangkan tanganku mer*ba-r*ba dan mer*mas-r*mas p*yud*ranya yang cukup besar, “Emhh.., Emh..” dia cuma melenguh saja membuat ga*rahku menjadi semakin naik saja. Segera kusingkapkan T-Sh*rt yang dipakainya ke atas, lalu kuc*umi dan kujil*ti d*d*nya yang aduhai itu,



“Ahh.., Emhh..”, badannya bergoyang-goyang kecil, membuat n*fsuku semakin naik. Waktu mau kubuka kancing **-nya, dia mengangkat badannya sehingga memudahkanku, lalu kujil*ti p*tingnya dan kuhis*p-his*p selama beberapa menit, “Emhh.., Ahh.., Ahh..”

Aku sudah tidak tahan lagi, langsung kubuka celana panjangnya lalu kupelorotkan, kujil*ti kem*lu*nnya dari luar sebentar, lalu segera kupelorotkan juga. Hmm.., ternyata rambut kem*lu*nnya masih lebat, jauh lebih lebat daripada kakaknya, sedangkan lub*ng kem*lu*nnya masih sangat rapat.

Ahh.., baru percaya aku kalau dia masih per*wan. Kujil*ti cl*toris v*gin*nya yang sangat mengga*rahkan itu, dia terengah-engah, “Ahh.., Ahh..”, dan sesekali tubuhnya menggel*njang. Kuhis*p-his*p dan kujil*ti bagian dalam lub*ngnya. Hmm.., nikmat sekali, cair*n yang keluar langsung saja kutelan.

Aku sudah tidak sabar lagi, tidak sampai 5 menit aku menjil*ti v*gin*nya, segera kupelorotkan celana panjang dan cel*na d*lamku lalu pelan-pelan kumasukkan pen*sku ke dalam lub*ng sengg*ma Lenny. Uhh.., agak sulit juga tapi berhubung cair*nnya sudah cukup banyak, akhirnya masuk juga, kurasakan ada sesuatu yang menghalangi laju pen*sku, sepertinya sel*put dar*nya namun kuteruskan saja pelan-pelan.

“Aduh!”, pekiknya. “Lenny, sakit ya? Tahan ya..”, Aku terdiam sebentar, menunggu agar sakitnya hilang, lalu mulai kumasukkan lebih dalam lagi pelan-pelan. “Lenny, masih sakit..?”. “Iya.., tapi sudah agak.., ahh..”, Pelan-pelan sekali kumaju-mundurkan pen*sku di dalam v*gin*nya.

Hmm, benar-benar nikmat.., benar-benar rapat sekali v*gin*nya, menjepit pen*sku yang merasa keenakan. “Ahh.., ahh.., hmmhh..” akhirnya dia mulai merasa nikmat, aku jadi berani mempercepat gerakanku. “Ahh.., Ahh.., Ahh..” Mungkin cuma sekitar 3 menit, dia sudah mulai terangs*ng sekali.

”Ah.., Don.., Ah Don.., Aku sepertinya mau.., ahh..”, Sepertinya dia mau org*sme, akhirnya kupercepat gerakanku dan, “Ahh.., Ahh nikmat Don.., aduh nikmat sekali Don..”. Aku belum org*sme, lalu kutarik pen*sku dan kugesek-gesek sendiri dengan cepat dengan tanganku. “Ahh..”, akhirnya aku org*sme juga, sp*rmaku bertebaran di perutnya.

Setelah kami membersihkan sp*rmaku, kami mandi bersama-sama, setelah itu kami ngobrol-ngobrol juga di atas ranjang, sambil bermesraan layaknya orang pacaran. Tapi sungguHPun begitu, aku tidak mencintai dia sama sekali dan tidak menganggapnya sebagai pacar, walaupun sebetulnya aku sendiri juga belum punya pacar, jahat juga yah aku.

Beberapa puluh menit kemudian pintu diketuk oleh Mas Bagas dan akhirnya kamipun pulang, sampai di rumah sudah sekitar jam 11 malam. Begitu melelahkan.., namun begitu nikmat. Aku baru bisa tidur sekitar jam 2 pagi, entahlah, membayangkan macam-macam.

Kunjungi Kami Di 

Website : cuekasir4d.com
WHAT'SAPP : +62 821-3639-2252
TELEGRAM : +62 821-1785-1681

👇Klik link di bawah👇


Semenjak itu aku sudah tidak pernah lagi bertemu dengannya, pernah aku mencoba meneleponnya tapi karena ada gangguan Telkom (suara tidak jelas, crosstalk) maka terpaksa tidak dilanjutkan, dan aku tidak pernah meneleponnya lagi. Tanggal 26 Mei kemarin aku pulang ke kota K. Mungkin nanti awal Juni aku mau ke Surabaya lagi, bertemu dengan dia. “Ahh..”, akan kunantikan saat itu


Sabtu, 14 Juni 2025

Diperkosa Ditempat Bilyard

DI PERKOSA DI TEMPAT BLIAR



KASIR4D -  Diperkosa Ditempat Bilyard



Wenny yang saat itu bermaksud kasbon ditempatnya bekerja untuk membayar uang semester kuliahnya ditemani oleh temannya yang bernama Risty sungguh apes sekali. Bukanya mendapat kasbon malah mereka diperkosa oleh pelanggan club bilyard dan Managernya. Ingin Tahu kelanjutanya para pembaca ??? langsung saja simak cerita dibawah ini !!!


Sebut saja namaku Wenny, aku akan menceritakan kisah sex nyata yang sangat pedih yang aku alami bersama temanku yang sebut saja namanya Risty. Kisah sex nyata perkosaan yang aku alami bersama Risty ini terjadi ketika aku duduk dibangku kuliah semester 2, dan aku saat ini masih kuliah di sebuah universitas swasta di bandung namun sudah semester akhir.

Sebenarnya keluargaku tidak menyetujui jika aku kuliah dibandung dengan alasan biaya hidupnya terlalu banyak. Karena selain harus memebayar kuliah, mereka juga harus membiayai kostku dan uang sakuku setiap bulanya. Namun karena aku tipe orang yang kukuh dalam pendirian, aku tetap nekat dan pada akhirnya orangtuaku yang tinggal dijakarta menyetujuinya.


Di kota kembang (Bandung) itu aku tinggal di salah satu kos putri yang memiliki aturan lumayan bebas yang letaknya berdekatan dengan kampusku. Satu kamar kost aku isi berdua dengan Wenny yang berdomisili asli bandung. Sebenarnya jarak tempuh rumah Risty kekampus tidak terlalu jauh, kira-kira 1 jam saja jika dia naik motor sudah samapai kampus kami.


Namun karena dia malas bolak-balik dari kerumah, akhirnya dia-pun memutuskan untuk kos denganku. Aku sih seneng-seneng aja, kan bisa lebih irit jika satu kost dibayar berdua, hhe. Sangat beruntung sekali bisa satu kots dengan Risty, karena seain dia pintar, dia juga baik sekali padaku. Dia sering meminjamkan uang ataupun membelikanku makan jika kiriman uangku telat.


Wenny dan aku ini sama-sama memiliki kulit putih yang mulus dan wajah lumayan menarik. Postur tubuh kami hampir sama, bahkan kami sering dibilang kaka adik jika sedang keluar ke Mall ataupun di kampus. Bedanya aku dengan Risty adalah aku tidak perawan dan Wenny masih perawan. Aku mengetahui Risty masih perawan dari kejadian yang menimpa kami.

Baca Juga >>> Kasir4D : Agen Togel, Bandar Togel , Casino Online terpercaya

Postur tubuh kami bisa dikatakan proposional, pinggang kami yang ramping yang didukung oleh payudara dan pantat kami yang lumayan berisi membuat kami tampak menggemaskan. Yah jika para lelaki melihat kamipasti akan bernafsu, tau sendirikan lelaki itu otaknya mesum,hhe. Aku kuliah sembari bekerja disalah satu club bilyard exekutif di bandung.


Hal itu membuatku menjadi seorang pribadi yang mandiri, dari hasil kerjaku itu aku sudah tidak minta lagi uang saku dan uang kost kepada orang tuaku. Aku bekerja karena aku sadar orang tuaku mempunyai kehidupan ekonomi yang pas-pasan. Disana aku bekerja sebagai salah satu penjaga meja bilyard, sekaligus merangkap sebagai waitress di tempat itu.


Tak jarang seorang pelanggan bilyard yang rata-rata hidung belang dan kaya sering menggoda bahkan ada juga yang ingin memboking-ku demi memuaskan hasrat sex mereka. Walaupun aku sudah tidak perawan, namun aku tidak pernah tergoda dengan godaan para hidung belang itu. Memang rasanya sangat letih sekali bekerja diclub bilyard.


Selain lelah dalam tenaga aku juga lelah dengan menjaga diri dari para hidung belang itu. Mau gimana lagi karena memang dari awalnya aku ingin belajar hidup mandiri, bahkan aku berharap aku bisa membayar uang kuliahku dari hasil keringatku sendiri. Langsung ke inti ceritanya aja yah para pembaca.

Pada suatu malam ketika aku selesai bekerja aku bermaksud meminta kasbon untuk membayar uang semester kuliahku. Sungguh malang sekali nasibku saat itu, orang tuaku yang saat itu tertipu dengan berat hati mereka berkata padaku tidak bisa membayarkan uang semesterku lagi. Orang tuaku memberi kabar tepat selesai aku bekerja.


Padahal besok harinya adalah hari terakhir membayar uang semester. Sesaat aku berfikir, gajianku masih 2 minggu lagi sedangkan aku tidak mempunyai tabungan sama sekali, hasil kerjaku hanya cukup untuk makan dan bayar kost saja. Aku yang bingung-pun sempat curhat dengan Risty lewat telefon.


Aku sempat meminta solusi kepada Risty dengan maksud meminjam uang kepadanya, namun saat itu kebetulan Risty juga sedang tidak mempunyai uang. Pada akhirnya aku-pun memberanikan diri untuk kasbon kepada pada club bilyard tempatku bekerja dengan perantara managerku yang bernama pak Ridwan.


Lagi-lagi pak Ridwan juga tidak bisa memberi solusi. Katanya uang sudah disetorkan kepada pemilik club bilyard. Malam itu aku sungguh kecewa sekali, perasaan sedih dan bingung menyelimuti pikiranku. Aku yang tadinya diruang manager akhirnya malam itu-pun keluar dari ruangannya dengan wajah penuh kekecewaan.


Tidak kusangka ketika aku keluar dari ruangan pak Ridwan, aku melihat Risty sudah berada disalah satu kursi tunggu meja bilyard yang kosong. Tumben sekali dia mampir mampir ke sini, aku sempat melihat jam dinding saat itu pukul 22. 00 malam. Melihat itu aku-pun mendekatinya dan duduk disamping Risty,


“ Hloh kog kamu ada disini sih Ris, kan udah malem banget ini, , ” ucapku dengan wajah sedih.


“ Hhe, iya nih Wen, aku sengaja kesini buwat jemput kamu kog, Oh iya gimana kamu udah dapet pinjaman uangnya ?, , ” tanya Risty.


“ Belum Ris, aku tadi mencoba kasbon tapi nggak dikasih, katanya uang club bilyar ini sudah disetorkan sama pemiliknya, , ” jawabku penuh rasa kecewa.


“ Terus gimana dong kamu besok, besokkan hari terakhir bayar uang semester, Maaf ya Wen aku nggk bisa bantu kamu, , ” ucapnya dengan wajah kecewa.


“ Gampanglah Ris, biar besok aku minta keringanan sama pihak kampus, misalkan nggak bisa yah terpaksa aku harus cuti deh, hhe…, , ” ucapku pura-pura tegar.


Aku saat itu berpura-pura tegar didepan Risty, padahal dalam hatiku merasa kecewa sekali,


“ Thanks yah Ris, kamu udah care banget sama aku, yaudah yuk kita pulang aja, aku capek banget nih, , ” ucapku lalu bergegas berdiri dan bermaksud akan pulang.


Saat itu-pun kami berdua berjalan melewati salah satu ruangan bilyard VVIP, ruangan bilyard itu desain ruangannya hampir 75 persen terbuat dari kaca. Aku lihat ada 4 orang termasuk managerku ada diruangan itu. Ketika kami melangkah melewati ruangan itu, managerku keluar dari pintu dan lalu dia memanggilku,


“ Wen, sini kamu butuh uangkan ??? sini kamu temenin tamu ini pasti nanti kamu dikasih uang tips yang cukup buwat bayar uang semester kamu, ” ucapnya dari luar pintu.


“ Wah boleh tuh pak, tapi janji yah pak aku aman dan dijamin mereka nggak macem-macem, ” ucapku.


“ Iya dijamin deh, kamu kayak nggak tau aku aja sih Wen, ” ucapnya.


Mendengar tawaran dan ucapan managerku itu aku-pun mengiyakan ajakan mereka,


“ Oke deh Pak yaudah bapak masuk duluan bentar lagi aku nyusul, ” ucapku.


“ Okey wen, ” ucapnya lalu masuk keruang vvip itu.


Malam itu-pun aku bersemangat sekali karena sebentar lagi aku akan mendapatkan uang tips dari mereka yang mudah-mudahan uangnya cukup untuk membayar uang kuliahku. Sebelum masuk ke ruangan itu aku-pun berpamitan pada Risty,


“ Ris, aku temenin main tamu-ku dulu yah, Oh iya mendingan kamu pulang dulu aja deh ya, soalnya ini bakalan lama, ” ucapku.


“ Tapi Wen inikan udah malem, lagian tempat bilyard ini tinggal orang-orang itu aja, nanti kalau kamu diapa-apain gimana, ” ucapnya mengkhawatirkanku.


“ Nggak bakalan kog Ris, kan ada managerku yang ngejaga aku, kamu pulang duluan aj gih !!!! , ” ucapku.


“ Nggak ah, aku mau temenin kamu aja didalem, kasihan kamu malem-malem begini masih kerja aja, niarin aku ikut nunggu didalem ruangan vvip itu, ” ucapnya.


Karena Risty ngotot sekali, pada akhirnya aku-punmasuk keruangn bilyard vvip itu bersama Risty. Jadi saat itu ditempat bilyard itu ada aku, Risty,managerku, dan 3 pria kaya setengah baya pelanggan tempat bilyard. Sesampainya didalam Risty-pun duduk di sofa, sedangkan aku menuju meja bilyard semabri membawa stick bilyard.


Tiba-tiba saja ada salah satu pelanggan yang berbicara padaku,


“ Eh Wen, kamu katanya butuh buwat bayar uang kuliah yah, gimana kalau kita bertaruh ?, ” ucapnya kepadaku.


“ Emang taruhanya apa, kalau taruhanya pakai uang aku lagi bokek Bos, ” ucapku pada salah satu Pria yang menantangku.


“ Udah kamu nggk usah pakai uang. Jadi begini taruhanya yah, kita bermain bola 9, kita akan bermain 7 kali tapi mainnya harus sampai selesai yah sampai 7 kali permainan, ” ucapnya.


Bekum sempat aku menjawab dia berkata lagi,


“ Oh iya, setiap permainan jika aku kalah aku akan membayar kamu 1 juta, tapi jika kamu kalah kamu harus melepas satu persatu pakaian bahkan daleman kamu, gimana berani nggak, ” ucapnya meneangkan panjang lebar.


Saat itu aku-pun sejenak terdiam dan berfikir. Sempat aku melihat kearah Risty dan Risty menggelengkan kepalanya dengan maksud agar aku tidak menyetujui tantangan mereka. Aku yang dipenuhi rasa dilema masih diam dan berfirkir, melihat aku terdiam managerku-pun mendekat kepadaku,


“ Udah Wen layanin ajah kamukan jago main bilyard-nya, tenang aja dia pasti kalah sama kamu, merekakan pemain amatir semua, ” ucapnya berbisik ditelingaku.


Mendengar bisikan itu aku-pun yakin bahwa aku akan menang, aku yakin menang karena managerku selama ini baik sekali padaku, pasti dia tidak akan membohongiku. Aku yang saat itu memakai sweater, kaos, celana panjang ketat, Bh dan celana dalam sempat berfikir. Aku harus menang, soalnya bisa gawat kalau sampai 7 kali aku kalah, bisa-bisa aku bugil disini.


Sejenak berfikir aku-pun lalu aku memberanikan diri untuk melayani tantangan dari salah satu Pria itu,


“ Ok deal, ayok kita mulai, ” ucapku penuh rasa optimis.


Kemudian managerku-pun mulai menata bola bilyard dengan tatanan bola 9. Setelah itu managerku-pun meninggalkan meja dan berdiri dsamping meja bilyard bersama 2 teman pelanggan itu. Mulailah kami bermain. Beberapa saat kami bermain kami sudah menyelesaikan babak kedua, dan 2 kali berturut-turut aku menang.


Malam itu aku-pun senang sekali, aku yakin saat itu aku akan memenangkan 5 ronde yang akan kami mainkan lagi. Memang sungguh payah sekali permainan Pria itu, tidak satu-pun bola bisa dimasukan oleh dia. Pak Ridwan bener-bener baik sama aku, dia bisa aja yah cariin aku solusi buwat dapetin uang tanpa susah payah, ucapku dalam hati.


Dengan rasa optimis kami-pun memulai permainan lagi. Pada babak ketiga pria itu menang, karena dia menang aku-pun harus melepas sweterku. Ah… nggak masalah, baru sweterku aja yang terlepas, pasti dia menang karena kebetulan saja. Babak ke 4-pun kami mulai lagi, sial dia menang lagi, maka dari itu aku-pun segera melepas bajuku.


Dalam hatiku masih berkata, ah pasti ini kebetulan. Babak ke-5 pun dimulai ternyata dia memang benar-menah prodesional sekali bermain bilyardnya, dari pertama sampai terakhir dia masukan semua bola tanpa memberikanku kesempatan untuk bermain sekalipun pada babak ke 5 itu. Dengan terpakasa saat itu aku harus melpas celanaku.


Saat itu aku-pun tinggal mengenakan BH dan celana dalam minim yang aku kenakan. Aku sangat malu sekali saat itu, dengan kekalahanku itu, tubuhku yang putih mulus dan ramping itu terlihat oleh para pria hidung belang itu. Risty nampak kuatir sekali denganku, para pria hidung belang itu-pun nampak beringas dan bernafsu melihatku yang hanya memakai Bh dan celana dalam saja,


“ Wen udah Wen, kamu nggak akan menang lawan pria itu, sudah Wen ayo kita pulang,” ucap Risty dengan wajah penuh kekhawatiran.


Risty benar-benar khawatir denganku, mendengar ucapan Risty aku-pun sadar bahwa memang aku sudah dibohongi oleh managerku. Dengan masih memakai celana dalam dan BH saja, aku-pun mengambil Hp yang ada ditasku,


“ Sebentar yah Bos, aku ambil hp dulu, ” ucapku pada pria yang bermain denganku itu.


“ Okey, Oh iya kamu jangan coba-coba kabur yah, awas aja kalau kamu kabur, ” ucapnya seperti tahu kalau aku akan Kabur.

Saat itu aku-pun mengambil hp-ku dan mengirim BBM kepada Risty,


“ Ris, kamu keluar dulu yah nanti aku susul, habis itu kita kabur, ” chat-ku kepad Risty.


“ Iya Ris, kamu hati-hatiyam, ” ucapnya dalam bbm.


Sesudah itu Risty-pun segera bergegas berdir dan akan keluar dengan alasan ingin kencing. Namun nampaknya rencana kami sudah diketahu oleh para pria hidung belang itu. Saat itu Pak ridwan yang berdiri di dekat pintu kemudian dia-pun mengunci pintu dari dalam ruangan bilyard VVIP itu,


“ Ceklek…, ”



Merasa seperti itu aku-pun mencoba datang keraah Pak ridwan untuk berbicara. Sebelum sempat aku berbicara tiba-tiba saja Pria yang bermain bilyard denganku memeluk erat aku dari belakang, lalu satu temannya lagi datang kerahku dengan memeluk aku dari depan,


“ Woy, kalian mau ngapain, berengsek kalian yah, lepaskan aku.. cepat lepaskan…, ” ucapku.


“ Sudahlah manis kamu nurut aja, mala mini kalian berdua puaskan kami yah, nanti kami akan memberikan kalian uang, ” ucap pria yang bermain bilyard denganku tadi.


“ Jangan macem-macem kalian yah, kalau sampai…….., ”


Belum sempat aku berkata mereka sudah menyekap mulutku denganya, aku tidak bisa teriak lagi. Salah satu Pria yang memeluk diriku melepas pelukanya lalu mengambil sweater dan bajuku,


“ Bro, ini baju sama sweaternya bisa buwat ngiket Wenny nih, ” ucap salah satu pria yang memeluku tadi.


“ Bener juga tuh Bro, ” jawab Pria yang bermain bilyard denganku tadi.


Lalu dengan segera pria hidung belang itu segera kembali padaku. Dengan keperkasaan tenaga 2 laki-laki setengah baya itu tangan dan kakiku segera diikat. Saat itu aku mencoba berontak, namun apa daya tenaga 2 pria itu sangat kuat sekali. Dengan sekejap tangan dan kakiku-pun terikat, lalu tubuhku diangkat kedua laki-laki itu diatas meja bilyard dengan posisi tubuhku yang tengkurap,


“ Tolong Bos lepaskan aku bos, tolong jangan perkosa aku Bos, hu..hu..huuuuu…, ” ucapku memelas.


“ Udah jangan banyak omong Loe, apa susahnya sih ngelayanin nafsu sex kami, tinggal ngangkang doang, habis itu kita kasih duit, ” ucapnya.


Pria yang bermain bilyard dengnku tadi dengan penjuh nafsu sex dia mulai melepas BH dan celana dalamku. Celana dalamku dipelorotkan hingga atas ikatan yang mengikat kakiku. Aku yang tak berdaya hanya bisa menagis dan merengek minta ampun saja. Dalam rengekan dan tangisanku, tiba-tiba saja managerku dan pria satunya lagi menghampiri Risty.


Risty-pun saat itu mencoba berlari, namun apa daya mereka lebih cepat dari Risty, kedua pria itu segera melucuti semua pakain Risty hingga telanjang bulat seperti aku. Saat itu Risty-pun telanjang bulat seperti aku, baju dan celana panjang Risty dijadikan alat untuk mengikat kaki serta tanagn Risty,


“ Pak jangan Pak, tolong lepaskan aku dan Wenny Pak, aku masih perawan pak tolong jangan perkosa kami, HU…uuuu…uuuu, ” ucap Risty meminta ampun sembari menagis.


Tanpa banyak biacara managerku membungkam mulut Risty dengan celana dalam Risty. Aku lihat saat itu Risty segera diangkat kedua pria itu diatas sofa dan direbahkan disana. Ketika aku sedang melihat Risty tiba-tiba saja tubuhku digulingkan oleh salah satu Pria yang mengikatku tadi,


“ Daniel, Gue dulu yah nanti kita gantian, , ” ucap pria yang bermain bilyard tadi.


“ Nggak seru dong Sony, mending kita barengan aj deh, kita suit, yang kalah ngentot pantat dan yang menang ngentot memeknya, gimana deal ???, ” ucap sony.


Ternyata Pria yang bermain bilyard denganku namanya Sony, dan satu temanya lagi bernama Daniel. Ketiak Daniel dan sony berbincang, tiba-tiba saja Pak Ridwan menyahut omongan Daniel dan Sony,


“ Wah keren juga ide Pak Daniel tuh, kita suit juga yok pak Andre biar sama kayak pak Daniel dan pak Sony, ” ucap pak Ridwan.


Oh ternyata nama ketiga Pria itu Sony, Daniel, dan Andrew, ucapku dalam hati. Dalam keadanku yang terikat aku sempatnya sempatnya aku menyimak omongan mereka. Aku kasihan sekali dengan Risty, nampaknya dia masih perawan sungguhan, tidak sepertiku yang sudah tidak perawan. Risty menagis tak heni-henti ketika Pak Ridwan dan Pak Andrew sedang bersuit.


Aku sempat berteriak kepada ke 4 lelaki bejat itu,


“ Dasar otak mesum kalian, bangsat kali yah, sifat kalian benar-benar seperti anjing, cuihhh…, ” ucapku sembari meludah kearah Sony.


“ Bangsat Loe ya, berani-beraninya Loe ngeludahin Gue, Plakkkkkkkkk…, ” ucap sony lalu menamparku.


Saat itu sony yang merasa kesal karena aku ludahi, dia-pun menampar aku lalu menyumpal mulutku dengan BH-ku. Saat itu mulutku tersumpal juga akhirnya. Sony dan Daniel yang sudah sama-sama bernafsu merubah posisiku dengan cara menungingkan aku,


“ Kalau sampai lu berontak, Gue sodok memek sama panat Loe pakai Stick bilyard ini, ” ucap Sony sembari memegang Stick bilyard.


Mendengar ncamannya itu aku-pun tidak berani berontak. Tidak lama setelah itu Sony dan Danielpun segera mengerayangi dan menjilati seluruh tubuhku dengan penuh nafsu sex. Mereka tubuhku dengan liarnya,


“ Eughhh… Ssssssshhhh… eeeeee…, ” desahku tidak jelas merasakan jilatan-jilatan sex dari Sony dan Daniel.



Awalnya aku tidak rela mereka memperlakukan seperti itu, namun karena rangsangan yang diberikan mereka kepadaku sangat nikmat maka [ada akhirnya aku-pun menikmatinya,


“ Eughhhh….., ” lenguhku terdengar tidak jelas karena mulutku tersumpal BH-ku.


Disisi lain aku yang sudah mulai menikmati perkosaan itu, aku melihat Risty masih terus berontak dengan menggerak-gerakan tubuhnya yang terikat itu diatas sofa. Entah dia meracau apa tidak jelas sembari meneteskan air mata. Ridwan dan Andrew memang benar-benar berengsek. Tega sekali mereka memperkosa Risty yang tidak tahu apa-apa.


Daniel saat itu mulai beralih menjilati pantat sampai keliang pantatku, sedangkan Sony dia mulai menjilati liang bibir Vaginaku. Aku yang tadinya sempat kesal pada Sony dan Daniel seiring rangsangan yang diberikan mereka aku-pun mulai merasakan rangsangan sex yang luar biasa. Sony menjilati Vaginaku dan sesekali dia menghisap-hisap klitoris-ku dengan penuh nafsu sex.


Daniel-pun tidak kalah hebatnya dengan Sony, dia menjilati liang pantatku yang bersih seperti pantat bayi dengan penuh nafsu tanpa rasa jijik sedikitpun. Oughhh… sungguh kuar biasa sekali mendapat rangsangan sex dari 2 lelaki sekaligus, sungguh rasanya luar biasa sekali. Vaginaku sungguh terasa basah sekali dengan lendir kawinku.


Kurasakan hampir setiap detik vaginaku mengeluarkan lendir kawin yang semakin membuat memeku basah. Beberapa saatSony dan Daniel melakukan hal itu, mereka yang sudah bernfsu-pun nampanya akan segera mengeksekusi Liang Vagina dan Liang Duburku. Mereka segera melucuti pakaian merak hingga telanjang bulat,


“ Niel Lu masukin dulu tuh kontol Loe ke Dubur Wenny, kan agak susah kalau anal sex, ” ucap Sony sembari mengocok penisnya yang sudah ereksi maksimal.


“ Oke Son, siap, ” ucapnya.


Kemudian Daniel-pun segera naik diatas pantatku. Mulailah dia membasahi penisnya dan liang senggamaku dengan ludahnya. Beberakali dia mencoba memasukan penisnya. Kira-kira selam 10 menit dia baru berhasil menembus liang duburku,


“ Blesssssssssss… Blupppppppp…., ” suara penis Daniel yang tertanam di liang duburku.


“ Eghhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh… aittt… angsat uuuuu…., ” racaukutidak jelas karena kesakitan.


“ Udah masuk nih Son, sini lu buruan sodok memek Wenny, ” ucapnya.


Tanpa banyak bicara Sony-pun segera membenamkan penisnya didalam vaginaku,


“ Blesssssssssssssss… Agggghhhhhhhhhhhhhhh…, ” lenguh sony.


Setelah kedua Pria itu sudah memnamkan penis mereka pada liang senggam dan pantatku mereka-pun serempak mengoyangkan pinggulnya. Rasanya sungguh tidak karuan, disisi lain aku merasakan sakit pada duburku, disisi lain juga aku merasakan nikmatnya sodokan penis Sony pada vagina-ku,


“ Ssssshhh…. Gila nih lubang pantat, nikmat banget Son, Sssssshhh… Ouhhhh…, ” ucap Daniel kepada Sony.


“ Hahaha dasae loe otak cabul, enakan Memek goblog… Ahhhh… nih memek kayak meres-meres penis Gue nih Niel, enak banget… Ahhhhhhhh…, ” ucapnya pada Daniel.


Saat itu mereka menyodok liang memek dan duburku tanpa perasaan. Awalnya yang rasanya sakit pada liang duburku, lama-lama menjadi nikmat. Kurasakan kedua penis pria setengah baya itu mencabuliku bersamaan. Tidak pernah terbayangkan aku akan di setubuhi kedua pria sekaligus. Saat itu tidak terasa sudah 10 menit mereka meyodok dubur dan vaginaku.


Ketika sedang aku sedang meniktmatinya, tiba-tiba saja Daniel menghentikan sodokannya pada liang duburku,


“ Crutttttttttttttttt…. Crutttttttt… Crutttttttttttt… Anritttttttt gue udah keluar nih Son… Sssshhh, ” ucap Daniel mendapat klimaksnya.


Puas dengan itu, Daniel-pun segera melepas penisny dari duburku lalu dia merebahkan diri di atas meja bilyard. Sony yang sudah leluasa dengan tidak adanya penis Daniel di duburku, diapun dengan bebasnya menggenjot vaginaku dengan hasrat sex yang membara. Sony memang lebih kuat dari Daniel saat berhubungan sex.


Dengan merebahkan tubuhnya diatas pungguku, dia meremas payudaraku lalu dia menambah kecepatan sodokan penisnya pada vaginaku,

“ Ssssssshhh… Memek kamu benar-benar seperti memek bayi sayang, peret dan sempit sekali rasanya.. Oughhhh… Rasanya aku pingin buru-buru ngecrottt, Ahhhh…, ” ucapnya dipenuhi perasaan cabul-nya.


Aku yang sudah terlanjur menikmati perkosaan itu sudah tdak lagi mnghiraukan Risty, entah Risty sudah diapakan saja dengan Ridwan dan Andrew. Yang aku dengar hanyalah desahan dan tangisan yang tidak jelas karena mulut Risty juga tersumpal. Sony yang menyodokan penisnya dengan keras dan dalam membuat aku kelnojotan,


“ Eggggghhhhhhhhhhhhhhhhhhh……… ,”


Desahku mendapatkan orgasmeku diiringi dengan mengejangnya tubuhku sesaat. Sony yang nampaknya tahu aku Orgasme dia-pun semakin gila saja menyetubuhi aku, digenjotnya kekanan, kekiri, dan terkadang dia memutar-mutarkan penisnya dalam vaginaku dengan gaya sex doggie Style. Kenikmatan sex yang diberikan Sony membuat aku lupa dengan perkosaan itu.


Aku sudah lupa jika aku sedang diperkosa oleh Pria hidung belang itu. Sekitar 15 menit Sony bertahan semenjak Daniel mendapatkan orgasmenya saat itu. Tidak lama kemudian Sony-pun berkata,


“ Sayang aku mau keluar nih, Ouhhhh… Sayang… Ahhhhhhhhhhhhhhhhh…. Crotttttttt… Crotttttttttt.. Crottttttttttttt, ” ucapnya.


“ Eughhhhhhhh… Ssssssssssssssss….., ” ucapku merasakan nikmat juga.



Beberapa saat Sony membiarkan penisnya tertanam pada vaginaku. Merasa sudah puas dia-pun segera mencabut penisnya yang tertanam pada vagiaku,


“ Blupppppppp…. Syurrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrr…., ” suara penis Denis yang tercabu diiringi mengalirnya pejuh yang bercampur lendir kawinku mengaliri pahaku dan sebagian berceceran pad meja bilyard itu.


Setelah itu diapun melepas sumpalan BH yang ada didalam mulutku,


“ Anjing Loe Son, bangsat Loe, loe udah perkosa gue masih aja loe masukinpejuh loe di memek gue, emang anjing loe…, ” ucapku penuh amarah setelah sadar dari birahi sex yang menyelimuti fikiranku tadi.


“ hahaha… Munafik Loe tadi gue lihat lu juga nikmati kontol Gue, hahahha…, ” ucapnya.


Saat aku yang sudah sadar dari belengguh nafsu sex-ku mulai melihat kearah Risty, Aku lihat Andrew dan Ridwan sedang mengocok dan menyemburkan spermanya dimulut dan dipayudara Risty. Terlihat vagina Risty yang sudah jebol keperawannya, kareana saat itu terlihat memek Risty basah dengan darah segar yang bercampur lendir kawin Risty.


Setelah mereka sudah berempat sudah medapatkan klimasknya, mereka-pun segera melepaakan ikatan kami. Setelah itu Sony,Daniel, dan Andrew melempar uang yang masing-masing berjumlah 1 juta kepadaku. Kami yang sudah terlepas dari ikatan, kami segera memakai pakaian kembali. Setalah rapi aku mengambil uang itu dan aku memapah Risty keluar dari club bilyard itu.


Risty terlihat kecewa dan kesakitan karena malam itu keperawananya telah diambil oleh pria berperilaku mesum dan bejat itu. Kami-pun segera bergegas pergi dan menuju kekantor polisi. Kami melapor atas pelecehan sexual yang kami alami. saat itu ak teringat kira-kira 200 meter dari tempat bilyard itu ada polsek.


Tidak pakai lama beberapa polisi itupun segera menagkap ke 4 pria bejat itu. Singkat cerita Akhirnya mereka-pun difonis dengan hukuman dengan pasal pelecehan sexual dan kekerasan terhadap wanita. Untung saja saat itu aku tidak hamil, dan bisa membayar uang semesterku, disisi lain aku senang dan disisi lain juga aku merasa kecewa.


Aku kasihan kepada Risty yang telah kehilangan keperawananya. Semenjak kejadian itu Risty tidak diperbolehkan Kos dengan orang tuanya lagi, namun aku dan Risty masih tetap bersahabat sampai sekarang. Kejadian itu membuatku aku dan Risty merasa trauma hingga sekarang.



































































Jumat, 21 Februari 2025

THREESOME DENGAN KEDUA SODARA KU

 THREESOME DENGAN KEDUA SODARA KU

KASIR4D - Threesome Dengan Kedua Sodara Ku

Cerita Dewasa

Dalam kisah nyataku kali ini, sungguh ini adalah kenangan yang indah sekaligus menyakitkan. Setelah aku menginjak SMP, aku menyadari apa yang terjadi saat bersama Andrew dan Darwin adalah suatu ‘kesalahan’ bagi orang ‘normal’. Dan aku berusaha untuk melupakannya.


Setelah aku pindah dari rumahku yang sebelumnya, Kakak laki-laki dari ibuku, Paman Denny (maaf, nama samaran) ikut tinggal di rumahku. Dia adalah seorang laki-laki yang cukup gagah menurutku, dengan warna kulit kuning coklat karena sering berjemur di luar. Biasalah, dia pekerja lapangan. Dia sudah menikah namun istrinya meninggalkannya. Aku tidak pernah menanyakan mengapa hal tersebut terjadi. Kupikir, itu hanyalah masalah pribadinya.


Ia menempati sendiri kamarnya, terletak persis di sebelah kamarku. Selama tahun-tahun pertama sejak ia tinggal, kami memang jarang mengobrol. Ia selalu mengunci kamarnya rapat-rapat setelah pulang kerja. Kadang ia hanya keluar seperlunya saja. Namun pada suatu hari ia lupa untuk mengunci pintu. Memang dasar aku memiliki rasa ingin tahu yang besar maka kubuka pintu kamarnya. Wah, memang kamar cowok itu selalu berantakan. Kamarnya penuh dengan bau rokok, sesuatu yang aku sangat tidak suka. Kulihat buku-buku berserakan, yang pasti buku-buku porno yang aku tidak sempat untuk membacanya karena aku terkejut saat melihat seluruh poster yang menempel di kamarnya. Wuihh, aku pikir aku salah masuk kamar nih!

Dinding kamarnya full dengan gambar-gambar cewek dan cowok dengan pakaian minim, bahkan ada yang telanjang. Darah mudaku langsung berdesir. Ah, kenapa ini? Aku segera tutup kembali kamar tersebut namun dalam hati bertanya-tanya. Aku kembali memendam keingintahuanku. Hari demi hari terus berlalu hingga suatu sore saat orang rumah tidak ada di rumah, yang ada hanya tinggal aku dan pamanku. Kulihat ia sedang duduk di beranda rumah.


Aku menyapanya, “Lagi cape ya, Paman??”

“Iya nih, Gun bantuin pijitin donk”, pintanya.

“Sini, balikin badannya ya” jawabku.


Apa yang terjadi berikutnya adalah ia melepaskan seluruh pakaiannya kecuali CD-nya yang biru gelap itu. Aku terperanjat dengan tindakannya, apalagi sesuatu di balik CD itu sungguh menonjol. Wah, kenanganku kembali ke masa laluku saat aku meraba-raba kedua penis Kakak beradik, Andrew dan Darwin. Akh, gila nih! Apa yang ada di pikiranku saat itu. Aku berjuang untuk tidak memikirkannya lagi.


Aku pijat badannya mulai dari punggung. Dia minta untuk turun ke pantat sampai kaki. Entah mengapa, penisku mulai bergerak tak karuan. Saat kupegang pantatnya, rasanya pantatnya kencang sekali. Aku tetap menahan gejolakku saat itu. Dia kemudian meminta aku untuk menginjak badannya. Aku turuti kemauannya karena dia pamanku. Setelah itu, ia berbalik dan.. Alamak.. Tonjolan itu kian membesar, bahkan kepala penisnya sudah muncul untuk keluar dari CD-nya. Kulihat kepala penisnya sudah basah.


“Kamu pengen ngeliat gak? Gimana, lumayan gak ukurannya?”. Aku hanya mengangguk saja.

“Coba kamu pegang kontol Paman”


Aku belum pernah melihat penis orang dewasa yang begitu besarnya, ukurannya hampir tiga kali genggaman tanganku. Ia membimbing tanganku untuk memegangnya. Ini adalah kali pertama aku memegang penis orang dewasa. Ia menyuruhku untuk mengocoknya. Aku agak ragu untuk melakukannya karena dia pamanku. Aku coba kocok seperti yang dia minta, bahkan ia minta agar semakin lama semakin cepat.


Hampir sekitar 20 menit akhirnya ia melenguh seperti kerbau. Spermanya muncrat dan hampir mengenai wajahku. Ah, belum pernah aku melakukan hal segila ini, dengan pamanku sendiri, pikirku. Aku hanya tertegun saat ia membersihkan dirinya. Dia hanya tersenyum padaku dan melirik penisku yang nampak menonjol dari celana pendekku. Dia menarik celanaku lalu memegang penisku.

“Jangan! Jangan lakukan itu Paman. Aku nggak mau” seruku.

“Nggak apa-apa, nggak sakit koq” katanya sambil mulai mengocok penisku. Jantungku seperti mau copot rasanya saat ia mulai mengocok dengan cepat.

“Eegh… Aku.. Pa.. Jangan.. Akh… Akh.. Geli.. Eegh.. Sakit.. Eegh..” nafasku memburu.


Dia hanya tersenyum. Tidak berapa lama spermaku pun tumpah. Wah, ini pengalaman pertamaku dikocok oleh pamanku sendiri dan sperma pertamaku.


“Kamu sudah dewasa yah” katanya. Aku hanya diam melihat spermaku sendiri.

“Kau tahu, ini yang disebut onani, gimana, enak gak? tanyanya lagi. Aku hanya tertunduk. Sungguh, itulah pengalaman pertama karena umurku baru 13 tahun. Dan aku merasa bersalah namun juga menikmati.


Hari berikutnya aku disuruh ke kamarnya. Kali ini aku diminta untuk memeluknya dan menciumnya. Aku merasakan kenikmatan seperti saat aku melakukannya dulu. Tapi ini lain, kenikmatan dengan seorang laki-laki dewasa. Badannya keras tapi aku suka. Ia terus menggumuliku seakan-akan aku ini istrinya. Kami selalu melakukan hal itu saat tidak ada orang di rumah. Setiap ia menggumuliku, perasaanku bercampur aduk. Pamanku tidak pernah menyuruhku untuk melakukan anal maupun oral karena saat itu aku masih merasa jijik.

Namun pada suatu hari saat kami sedang bergumul tiba-tiba ia berhenti. Ia diam, lalu menangis. Ia hanya minta agar jangan diteruskan dan meminta aku untuk keluar. Aku sempat bertanya namun ia tidak menjawabnya. Akh, kenapa dia? Dia tidak pernah lagi menggumuliku seperti dahulu. Kadang aku sangat rindu pada perlakuannya itu. Kucoba untuk cari perhatiannya lagi. Kadang saat dia sedang mandi, aku pura-pura untuk buang air kecil. Dia segera membukakan pintu.


“Ah, sudah selangkah lagi”, pikirku.


Kulihat dia membersihkan badannya sambil memainkan sabun. Lalu jari jarinya turun ke arah batang kejantanannya sambil menggosok-gosok. Aku hanya memperhatikannya dan berusaha untuk berlama-lama di dalam kamar mandi. Tapi, ia tidak terpengaruh dengan sikapku. Akhirnya, setelah kencing, aku keluar lagi. Kadang tanpa sengaja aku melihat dia di kamar sedang mempermainkan penisnya hingga mencapai klimaks.


Ia tinggal di tempatku tidak terlalu lama. Aku lihat dari wajahnya kalau ia masih ingin mencari istrinya untuk kembali lagi dengannya. Baru kusadari ternyata apa yang ia lakukan itu hanyalah suatu pelampiasan. Dia menganggap aku sebagai istrinya yang hilang. Dia bukanlah seorang gay, mungkin biseks, Aku tidak tahu. Saat itu aku merasa dipermainkan.


Pamanku sendiri mengajari aku suatu perbuatan yang sesungguhnya ingin aku lupakan. Tapi dalam hatiku aku merasa kasihan. Kasihan karena pamanku tersiksa setelah ditinggal istrinya. Ah, memang kurang ajar istrinya itu. Kulepaskan pikiranku jauh-jauh dari pamanku. Ia adalah orang pertama yang mengajariku sesuatu yang baru bagiku. Namun dalam hatiku, aku menangis, karena aku sudah masuk dunia gay. Ya, sesuatu yang dianggap aneh oleh orang banyak.


Setahun setelah meninggalkan rumah, aku mendengar kabar yang membuat hatiku menangis. Ia telah tiada!


Dadaku sesak saat itu. Aku mencari tahu kenapa ia meninggal. Ia jatuh sakit dan tidak sempat dibawa kerumah sakit. Kebencian maupun rasa kehilangan jadi satu. Kenapa harus terjadi? Kenapa ia meninggalkan aku begitu cepat? Kenapa dia menjadikanku seperti ini? Kenapa? Aku hanya menangis di kamarku.


*****


Selang 3 tahun…


Tok.. Tok.. Tok..


Suara pintu rumahku diketuk. Kulihat saudara sepupuku Santo (nama samaran).


Memang rumah kami jadi pusat berkumpulnya keluarga karena nenekku tinggal di rumahku sehingga tidak jarang seluruh keluarga kumpul di rumahku. Dan kalau sudah begitu, wah jadi pasar malam. Berisik, dan tak bisa tidur. Kusapa dia. Ia tersenyum. Umurnya masih muda, 15 tahun, berbeda hampir dua tahun denganku. Kami ngobrol panjang lebar. Dan itu bukan pertama kali ia datang, ia memang sering berkunjung ke rumahku. Biasa saat ia datang kerumah selalu menginap di dalam kamarku. Dan bahan pembicaraan kami seperti tidak ada habisnya.


Malam itu aku tidak bisa tidur. Kucoba pejamkan mata. Susah banget sih! Kulihat Santo juga sedang bolak balik badannya. Kulihat dia juga tidak bisa tidur. Kupikir, kami berdua tidak bisa tidur malam itu. Jadi kugunakan kesempatan itu untuk ngobrol dengannya. Lama-kelamaan obrolan kami menjurus ke arah seks yang membuat penisku tegang, mungkin dia juga. Aku cepat-cepat akhiri agar tidak terlalu jauh. Lalu kupejamkan mata lagi. Namun dalam hitungan menit, ia kembali memanggilku dan kembali bertanya


“Ko, udah tidur belum?”

“Belum, kenapa?”, jawabku sekenanya.

“Apa sih homo itu. Katanya cowok dengan cowok ya?” tanyanya lagi. Kaget juga saat ia bertanya seperti itu. Lalu kucoba untuk menjawab.

“Iya, emang kenapa?”

“Aku pernah melihat teman-temanku. Mereka saling mengocok penisnya, bahkan ada yang menghisap dan menjilati burung temanku” katanya. Aku diam sejenak.

“Kamu sendiri gimana? Pernah gak?”

“Eh… Pernah sich, waktu itu disuruh hisap teman punya”

“Terus..” pancingku.

“Yah.. Aku lakuin deh” katanya pelan. Aku diam lagi. Berusaha untuk menghindari topik ini. Kulirik dia. Sepertinya dia sudah mengantuk.

“Udah, tidur sana!” kataku


*****


Segala yang terjadi dalam hidup adalah sebuah misteri ilahi

Waktu terus berputar dan tak bisa ditawar

Lelah kaki melangkah, sesat tiada arah

Terasa aku tersentak dan ingin berteriak

Perih dan pedihnya cobaan dan ujian

Apa yang dimaksud dengan kehidupan..


*****


Saat aku duduk di bangku panjang beranda rumah tiba-tiba Santo datang menghampiriku. Kami kembali ngobrol ke sana-kemari. Lagi-lagi kami terjebak dalam pembicaraan yang menjurus ke arah seks. Tapi kali ini aku berniat untuk meladeni apa yang ia mau. Dasar pikiran kotor!! Kupancing dia dengan berbagai pertanyaan dan..


“To, sini coba aku pengen lihat burungmu” pintaku.



Dengan agak malu-malu ia keluarkan penisnya itu. Walaupun umurnya masih 15 tahun tapi penisnya cukup besar dan sudah tegang. Aku tidak heran karena kita bercerita tentang hal-hal yang porno. Kuusap penisnya pelan-pelan, kugoyangkan dan kupijit lembut. Ia meringis. Aku malah tambah bernafsu. Kuteruskan agresiku ke arah telurnya. Wah, lembut sekali.


Aku mulai mencium pipinya, bibirnya dan lehernya sambil tanganku tetap mengelus burungnya. Dia malah membalas dengan berusaha memegang kejantananku yang masih terbungkus rapat dengan celana. Ia tarik celanaku lalu mencium CD-ku. Wow, anak ini bernafsu sekali. Ia keluarkan penisku dan ia kocok penisku dengan mantap. Aku merasa nikmat saat itu sambil memejamkan mata.


Tiba-tiba aku merasa ada kehangatan di penisku. Ya, kehangatan yang berasal dari rongga mulutnya. Ia sedang mengoralku. Serasa ada di antara hidup dan mati, aku seperti dibuat terbang ke langit ke tujuh. Ia pintar sekali melakukannya. Kepala penisku dijilatinya sampai basah oleh air liurnya, kemudian ia gigit kecil sambil memaju-mundurkan mulutnya. Ia kulum kepala penisku. Batang penisku kemudian dijilatinya. Ya, ada sensasi tersendiri. Saat itu aku tak mau kalah. Aku raba punggungnya. Aku balikkan badannya sehingga aku berada di atasnya sekarang. Aku terus menciumi seluruh tubuhnya.


Sampai akhirnya aku tiba di hadapan kejantanan seorang anak 15 tahun. Penisnya yang bersunat itu nampak dan tegak menantang di hadapanku. Kuberikan jilatan-jilatan lembut dan kulakukan apa yang seperti ia lakukan. Ia pasrah dengan apa yang aku lakukan. Saat itu aku tidak bisa berpikir jernih. Yang aku pikirkan hanyalah bagaimana bisa menikmati tubuhnya dan memuaskannya. Kupikir dia juga harus melakukan hal yang sama sehingga aku mengubah posisi menjadi 69. Dia di atas dan aku di bawah. Sedotan demi sedotan, jilatan demi jilatan kami berikan satu sama lain. Sampai akhirnya..


“To, mau keluar nih”

“Keluarin aja Ko” katanya.

“Aahh..” aku melenguh.

Aku tak tahan lalu spermaku pun muncrat ke dalam mulutnya. Kulihat dia menikmati apa yang kuberikan sore itu. Dia kemudian mencabut penisnya lalu diapun bergoyang-goyang di atas dadaku. Kurasakan cairan hangat membasahi perutku. Ya, cairan spermanya pun tumpah di perutku. Ia jilati spermanya sendiri sampai habis. Itu membuatku geli karena perutku terasa seperti dikelitiki. Sungguh, itulah pengalaman pertamaku melakukan oral.


****


Sudah yang ketiga kalinya aku melakukan hal yang serupa. Namun dalam batinku, ada sesuatu yang salah. Aku tidak mau dia menjadi orang yang seperti aku. Dan lagi apa yang aku lakukan waktu itu hanya sekedar iseng dan hawa nafsu saja. Hingga pada suatu malam saat ia ada di kamarku dan mulai meraba tubuhku, aku segera menghindar. Ia kaget dengan tingkahku. Kukatakan kepadanya agar jangan melakukannya lagi. Dia heran. Akupun pura-pura marah, padahal aku sendiri menginginkannya.


“Maafkan Ko Gun, To. Kamu nggak tahu yang Ko Gun perbuat. Tapi Ko Gun sayang kamu sebagai seorang Adik. Ko Gun minta agar kita akhiri sampai di sini saja ya!”, ujarku.


Dia hanya diam. Kami kemudian kembali berusaha untuk tidur. Aku tahu dia tidak bisa tidur, akupun juga.


****


Hari ini aku bisa bernafas lega. Ia sekarang sudah memiliki seorang kekasih. Kukatakan padanya agar apa yang kita lewati bersama jangan diingat lagi. Aku lega sekarang. Santo, seorang pria sejati sekarang. Dan beberapa sepupuku yang lain, mereka sekarang juga sudah menjadi laki-laki sejati. Sedangkan aku sekarang sudah menerima siapa diriku sebenarnya, seseorang yang butuh lelaki lain yang bisa mengerti diri ini.


*****


Kenangan bersama mereka semua telah kukubur dalam-dalam. Kubiarkan diriku untuk sibuk dengan segala yang ada. Sejak kelas 3 SMA aku sudah berusaha untuk mencari uang sendiri dengan menjadi guru les hingga sekarang. Sepanjang kuliah aku berteman dengan banyak teman wanita walaupun belum mendapatkan pacar dan aku berusaha. Untuk mengubah kebiasaanku.


Tapi, kenyataan memang lain. Segala sesuatu yang terjadi adalah misteri ilahi dan di luar dugaan kita. Kemarin pada hari Sabtu, 10 Juli 2004 menjadi hari yang menyedihkan dan menyesakkan buatku. Buat Rafael, aku jadi tahu apa arti dari yang Antony tuliskan di dahimu dengan minyak. Kau sungguh beruntung bahwa ia sebenarnya sangat menyayangimu.

Kunjungi Kami Di 

WHAT'SAPP : +62 821-3639-2252

TELEGRAM : +62 821-1785-1681

👇Klik link di bawah👇

https://heylink.me/kasir4dslebew/

 

Jumat, 14 Februari 2025

AKHIR DARI PERPISAHAN YANG MANIS

 AKHIR DARI PERPISAHAN YANG MANIS

KASIR4D - Akhir Dari Perpisahan Yang Manis

Cerita Dewasa

Malam itu aku hanya dapat tidur nyenyak 3 jam saja. Kulihat waktu masih menunjukkan pukul 3 pagi lebih sedikit. Usahaku yang kuat untuk kembali tidur tak membuahkan hasil. Kulihat Iswani masih tergeletak dalam keadaan tidur nyenyak di ranjangnya. Pikiranku berkecamuk soal pekerjaan yang akan kuhadapi sehari lagi dan sama sekali belum kusiapkan. Kuputuskan untuk bangun dan duduk termenung di kursi didalam kamar penginapan. Kupandangi meja disebelahku yang penuh dengan botol-botol aqua, beberapa makanan kecil, dan kantung-kantung plastik yang tak ada isinya.


Kupindahkan semua barang diatas meja keatas laci, lalu kubersihkan meja itu. Kemudia aku mengambil semua berkas dan catatan tentang pekerjaanku dari dalam tas dan meletakkannya diatas meja. Kubaca satu persatu berkas tersebut dan memilah-milahnya menjadi beberapa bagian. Bagian-bagian yang telah terpilah-pilah itu kubaca lagi dengan lebih teliti dan menguraikan isinya didalam otakku sehingga terbentuklah sebuah bahan informasi yang berhubung-hubungan satu sama lainnya. Beberapa data yang masih kurang demi kelengkapan data kucatat dalam jurnal kerjaku. Kemungkinan-kemungkinan tidak kuperoleh data yang kuperlukan juga kucatat. Beberapa langkah alternatif untuk mengantisipasi kemungkinan-kemungkinan terburuk muncul dan ikut kucatat. Dengan berusaha secermat mungkin berdasarkan data yang ada dan catatanku, aku mulai membuat rencana kerja. Setiap baris rencana yang kucatat kubayangkan pula langkah-langkah kerja yang akan kulakukan.

Baca Juga >>> Kasir4D : Agen Togel, Bandar Togel , Casino Online terpercaya

Setiap hal penting yang muncul dari bayanganku kutulis dalam jurnal. Kubaca lagi rencana kerja yangelah selesai kucatat, lalu kurangkai hubungan setiap langkah rencana kerja dan kubuat skemanya. Seusai mengulang dan merubahnya hingga kurasa cukup, kuhentikan kegiatanku tersebut. Tak terasa waktu telah menunjukkan pukul 5.42 pagi. Konsentrasi tinggi serta posisi duduk dan letak meja didalam penginapan yang sebenarnya tidak ideal untuk dipakai kerja membuat leherku terasa pegal. Selesai mengemasi semua berkas dan catatan, kucoba berdiri dan memutar-mutar kepala untuk melemaskan otot leher dan punggung.


Kukenakan jaketku dan keluar dari kamar mencari hawa segar. Di teras kamar aku melakukan stretching selama beberapa menit. Kucoba berputar-putar di sekitar teras. Merasa bosan, kuambil rokokku yang selalu tersedia dalam saku jaket dan kusulut sebatang rokok. Setengah dari rokoknya telah habis ketika kulihat Iswani keluar dari pintu kamar dengan menggunakan kaos oblong besar dan celana pendek sebatas paha.

“Sudah ngopi, Tok?”, tanyanya.

Aku menggelengkan kepala saja dan meneruskan merokok.

“Tumben Tok tidurmu sebentar, bangunmu pagi sekali ya, aku sempat melihatmu sibuk tapi karena masih ngantuk jadi aku pilih tidur lagi aja daripada membantumu”, komentarnya.

“Mbak sudah benar, kalau Mbak bangun dan membantuku, bisa-bisa tambah kacau”, kataku sambil memikirkan pekerjaan yang akan kuhadapi besok.

“Mmm.. gitu ya, jangan harap aku mau membatumu lagi ya”, katanya dengan nada bergurau.

“Ke kafetaria yuk”, ajakku dengan tak menghiraukan gurauannya.

Beberapa tamu penginapan yang ada di kafetaria menoleh ke arah Iswani ketika kami memasuki kafetaria penginapan. Pura-pura tidak tahu gelagat para pria yang sedang menaksirnya, Iswani mengajakku duduk di meja paling pojok. Aku masih cuek dengan keadaan sekelilingku tapi Iswani agak gelisah dan mengeluhkan ajakanku ke kafetaria. Setelah memesan sarapan, Iswani mulai membuka percakapan, tapi karena pikiranku masih di pekerjaan maka aku hanya berbicara sedikit.


“Kenapa sih Tok kamu kok banyak diam? nggak seperti biasanya”, tanya Iswani.

“Nggak apa-apa Mbak, cuma mikir kerjaan besok”, jawabku santai.

“Buat apa dipikir sekarang, kan masih besok?”, tanyanya lagi.

“Daripada nggak ada yang kupikir”, jawabku.

“Kenapa nggak mikir aku saja?”, tanyanya dengan senyum genit.

“Rugi!”, jawabku singkat dengan bergurau tanpa kupikir akibatnya.

Sebuah cubitan langsung menancap di tangan kiriku.

“Aduh Mbak, sakit!”, keluhku agak keras sehingga agak terdengar dan menarik perhatian orang-orang disekitar kami.


Mungkin karena malu Iswani segera melepaskan cubitannya.

“Tadi malam tangan kiri, sekarang kanan, Mbak kok suka sekali nyubit sih!”, keluhku.

“Aku nggak rugi, kok”, jawabnya santai.

“Enak saja, aku yang rugi Mbak, perusahaan tidak mengasuransikanku dari cubitan”, kataku serius.


Tak lama kemudian pesanan kami datang.

“Tok, katamu kamu belum pernah punya pacar, benarkah?”, tanyanya yang langsung kujawab dengan anggukan sambil meniup kopi panasku agar agak dingin.

“Itu karena pikiranmu belum dewasa. Caramu berbicara dengan wanita asal saja tanpa pernah kamu pikirkan akibatnya. Kamu tidak akan bisa membuat wanita senang dengan cara ngobrolmu yang seperti itu.”, nasihat Iswani padaku.

“Lha terus kenapa Mbak mau nginap denganku padahal aku kan nggak ngajak”, tanyaku dengan suara berbisik.

“Karena aku tahu bahwa kamu tipe pemuda gila kerja yang cuek dan jujur bukan tipe playboy perayu. Aku suka pemuda seperti itu, cuman terkadang cuekmu sangat keterlaluan. Kamu sendiri kenapa mau?”, jawabnya yang dilanjutkannya dengan pertanyaan.

“Mana bisa aku menolak dibawah ancaman cubitannya Mbak”, jawabku bergurau.

“Uhh.. kamu nggak pernah bisa diajak serius”, keluhnya dengan muka masam.

“Aku duarius Mbak, bukan serius lagi”, kataku ngotot yang hanya dibalas dengan senyumannya.


“Mbak, pria yang duduk disana ada yang ngelihatin Mbak terus, sepertinya naksir, mau kukenalkan Mbak”, kataku sambil menghabiskan roti bakarku.

“Memangnya kamu sudah kenal, Tok?”, tanyanya.

“Nanti setelah Mbak kukenalkan, ganti Mbak kenalkan saya”, jawabku sambil meneguk kopiku yang masih panas dengan hati-hati.

“Kamu jangan macam-macam, Tok!”, ancamnya padaku yang lagi menikmati rokok.

“Tampangnya sih oke tapi pria seperti itu hanya mau menangnya sendiri seperti bekas suamiku yang pertama”, sambungnya.

“Terus yang mengantar Mbak ke bus di Balikpapan, suami yang ke berapa?”, tanyaku halus.

“Dia yang kedua, tapi aku juga cuma istri keduanya, istri pertamanya ada di Jakarta dan mungkin tak tahu mengenai aku. Aku ke Banjarmasin ini juga karena dia mau mengunjungi istri dan anaknya di Jakarta”, jawabnya pelan.

“Kenapa Mbak mau dimadu?”, tanyaku tambah penasaran.

“Daripada hidup menjanda, jadi istri muda yang sering ditinggal suami saja seperti ini saja sudah susah apalagi jadi janda kembang”, jawabnya mengeluh.

“Eh Mbak, jangan besar kepala dulu, iya kalau kembang mawar atau melati, kalau kembang kamboja yang seperti di makam-makam, bagaimana? Pasti yang tertarik adalah golongan hantu-hantu, hehehe..”, gurauku merubah raut muka sedihnya menjadi kemarahan.

“Iya, terus akan kusuruh hantu-hantu itu nyubitin seluruh tubuhmu tak tersisa”, balasnya dengan senyum kemenangan. “Sudah Tok, ayo kembali ke kamar!”, ajaknya.

Sesampai di kamar aku duduk termenung oleh pikiran pekerjaan diatas ranjang Iswani yang lebih dekat dengan pintu kamar dibanding ranjangku. Sementara itu Iswani melepas pakaiannya hingga tinggal ber-BH dan celana sambil mengambil handuk kering dari tasnya.

“Melamun apa Tok”, tanya Iswani.

Berusaha menyembunyikan pikiranku kujawab seadanya, “Ah nggak melamun kok, cuma membayangkan rasanya dicubit hantu seperti yang Mbak tadi bilang”.

“Pingin tahu rasanya?”, tanyanya dengan senyum menggoda dan menuju ke arahku.

Duduk tepat didepan tangan Iswani sudah mulai merapat dengan tubuhku. Mengantisipasi cubitannya yang menyakitkan, kedua tangannya kutangkap dengan cepat.

“Mbak, jangan nyubit lagi Mbak, ampun Mbak..”, katau meminta belas kasihannya.

“Tidak Tok, yang ini pasti kamu suka, percaya deh..”, katanya meyakinkan.


Meski masih ragu tapi pegangan tanganku sudah mengendor dan tangan Iswani telah mencapai bagian depan celanaku, usapan-usapannya yang halus diatas permukaan celana terasa sampai permukaan kulit kemaluanku. Raguku benar-benar hilang dan tangannya semakin bebas bergerak. Dengan mata terpejam kurasakan usapan tangannya berubah menjadi remasan yang menghanyutkan dan membuat batang kemaluanku semakin tegak mengeras hingga tampak sangat menonjol. Dengan serta merta ditariknya celana pendek dan celana dalamku sekaligus disertai hembusan nafas beratnya yang makin menggebu.


Iswani membungkukkan badan dan mendekatkan bibirnya pada ujung batang kemaluanku. Kubelalakkan mataku ketika merasakan bibirnya benar-benar menyentuh ujung batang kemaluanku. Ciuman basah berimbuh kuluman yang dilakukannya pada ujung batang kemaluanku membuatku mendesah, “Ah.. Mbak.. Mbak..”. Dalam hitungan menit aku mengalami shock kenikmatan. Seusai kesadaranku berangsur pulih tanganku segera beraksi dengan membuka BHnya dan mengusap-usap punggungnya. Dengan membungkukkan badan kuraih kedua pantatnya yang masih dilindungi celana dalam, lalu kuremas dengan kedua tanganku.


Merasa kerepotan membungkukkan badan, tubuhku kembali kuluruskan. Kemudian tempurung lutut kananku dengan sengaja kugesekkan pada selakangannya. Gesekkan tempurung lutut pada bagian depan celana dalamnya ternyata sangat merangsangnya hingga melepas kuluman pada ujung batang kemaluanku. Sibuk mengimbangi gesekkan tempurung lutut, Iswani hanya memegang erat batang kemaluanku. Karena tak sabar lagi menahan keinginan untuk menikmati rangsangan yang lebih dari gesekkan tempurung kakiku pada daerah kemaluannya yang masih dibalut celana dalam, ia menegakkan badannya kembali. Dalam posisi berjongkok didepanku ia berusaha melepas celana dalamnya.


Ketika celana dalamnya yang berusaha dilepaskannya sampai pada lutut, masih pada posisinya jongkok yang hampir tak berubah, aku segera membuat gerakan menyelam kebawah selakangannya, membalikkan tubuhku dan mendongkak keatas untuk menempelkan bibirku pada daerah kemaluannya. Kedua tanganku turut andil dengan segera menarik kedua pinggulnya agar liang kenikmatannya dapat segera kuterobos dengan juluran lidahku. Rupanya Iswani punya pikiran yang sama denganku. Kedua kakinya mulai ditarik kebelakang, selakangannya menindih mulutku, bibir dan lidahkupun makin berpolah diseluruh bagian kemaluannya. Posisi Iswani yang berada diatas tubuhku segera dimanfaatkannya untuk kembali bermain dengan batang kemaluanku. Mengimbangi rangsangan yang kuberikan pada daerah kemaluannya, Iswani mengulum batang kemaluanku. Selama beberapa menit kami berdua saling memberi dan menerima rangsangan dengan aksi 69 seperti yang pernah kuingat dalam beberapa cerita temanku sebelumnya.


Iswani menghentikan babak pemanasan dengan menarik tubuhnya, berbaring terlentang sambil menarik tanganku memberi tanda untuk segera menindihnya dan memasukkan batang kemaluanku pada liang kenikmatannya. Tapi kali ini aku ingin bereksperimen. Kubaringkan badanku disebelah kirinya dan kuhadapkan tubuhku kearahnya. Kaki kirinya kuangkat sedikit keatas dan kuletakkan diata pinggulku sehingga batang kemaluanku yang telah mengeras dapat masuk dengan posisi miring. Setelah agak nyaman, kuberi pinggulku dorongan maju-mundur yang semakin cepat. Tangan kiriku yang bebas meremas kedua payudaranya bergantian. Berbaring nyaman, tubuh Iswani mulai bergoyang seirama dengan gerakanku.


Seiring dengan goyangan tubuhnya, Iswani mendesah-desah, “Ssh.. ssh.. Tok, mmh..”. Kuperlambat gerakanku untuk memperpanjang babak ini. Kudorong sisi kiri tubuh Iswani sehingga membelakangiku dan sama-sama menghadap kesamping kanan. Kurapatkan dadaku pada punggunya hingga bergesek. Kudorong lebih dalam batang kemaluanku dalam liang kenikmatannya, lalu kugerakkan pinggulku maju mundur. Kedua tanganku memegang kedua payudaranya dari belakang badannya. Kucumbu tengkuk kirinya dan sesekali kukulum telinga kirinya. Beberapa saat kemudian tubuh Iswani bergetar seiring dengan klimkaksnya. Getaran klimaksnya seakan menghanyutkan pertahananku hingga akhirnya puncak ledakanku tak dapat kutahan lagi.


Kepuasan yang kuperole


h mengantarkanku pada dunia mimpi. Tertidur pulas selama beberapa jam akhirnya aku terbangun oleh suara ketukan pintu. Setelah kukenakan celana pendek kubuka pintu, ternyata yang ada dihadapanku adalah Iswani yang telah kembali balik kekamar setelah keluar entah kemana dan berapa lama.

“Ya ampun Tok, kamu baru bangun!”, teriak Iswani.

“Hmm.. emangnya kenapa Mbak?”, tanyaku

“Sudah jam berapa ini? Hampir jam 3 sore tahu!”, tanyanya yang kemudian dijawabnya sendiri dengan menunjuk jam tangannya.


Tanpa komentar sedikitpun aku meninggalkannya menuju kamar mandi sambil membawa pakaian ganti yang telah kuambil dari dalam tasku. Seusai mandi dan mengenakan pakaian aku keluar dari kamar mandi. Kulihat Iswani duduk didepan meja dan mengeluarkan bungkusan yang berisi beberapa roti basah diatas meja.

“Kamu sudah makan Tok? pasti belum, kalau tidur kamu kok kuat sekali!”, omelnya.

“Mbak, boleh minta rotinya!”, kataku dengan halus.

“Makan aja, kalau tahu kamu baru bangun sudah kubelikan makan tadi”, katanya.

Setelah melahap 3 potong roti, aku bertanya padanya, “Dari mana saja Mbak kok dapat roti enak?”

“Tadi aku silaturahmi ke tempat saudara-saudara dan pulangnya dibawain ini”, jawabnya.

“Oh ya Tok, karena besok kamu sudah mulai bekerja, nanti malam aku akan menginap di Banjar Baru agar tidak mengganggumu. Sekalian saja aku pamitan padamu jika dalam beberapa hari kedepan kita tak bisa ketemu lagi. Ini notanya kamar sudah aku bayar sampai malam ini, jadi besok kalau kamu keluar dari sini jangan kamu bayar lagi tapi kalau melanjutkan silakan bayar sendiri ya. Terima kasih banyak ya mau menemanin aku.”, kata Iswani dan mencium pipiku.

Terkejut oleh ucapannya yang panjang dan mengagetkan aku hanya mengucapkan “Terima kasih banyak, Mbak”.

Kemudian Iswani meninggalkan penginapan sementara aku hanya dapat termenung.


Tiba-tiba aku merasakan sebuah rasa kesepian menyelinap masuk dalam hatiku padahal sejak lama aku terbiasa bepergian jauh seorang diri bahkan dengan jangka waktu yang lebih lama dari ini, tapi kali ini beda. Rasanya ada sesuatu yang hilang, tapi entah apa itu.

Kunjungi Kami Di 

WHAT'SAPP : +62 821-3639-2252

TELEGRAM : +62 821-1785-1681

👇Klik link di bawah👇

https://heylink.me/kasir4dslebew/

PRAMUGARI DIKENTOT DI KAMAR MANDI

PRAMUGARI DIKENTOT DI KAMAR MANDI   KASIR4D  -  Pramugari Dikentot Di Kamar Mandi Cerita Dewasa Aku adalah mahasiswi disebuah universitas sw...