Sabtu, 07 Desember 2024

HUBUNGAN TERLARANG DENGAN KAKAK IPAR SAMPAI HAMIL

 HUBUNGAN TERLARANG DENGAN KAKAK IPAR SAMPAI HAMIL


KASIR4D - Hubungan Terlarang dengan Kakak Ipar Sampai Hamil


Suatu saat ketika suamiku akan mendapatkan tugas kantornya selama tiga bulan, malam sebelumnya kita saling berdebat, aku tetap ingin ikut karena tiga bulan bukan waktu yang singkat dan supaya tetep bisa nampung m*ninya dalam rangka bikin anak.

Karena kesibukannya menyiapkan kepergiannya sudah dua minggu aku tidak dienj*t oleh suamiku. Dia coba menenangkan aku dengan iming2 akan dibawakan oleh oleh dari prancis, aku tetap kecewa. Malem itu, aku dienj*t oleh suamiku, tapi karena dia gak konsentrasi sebentar aja udah muncr*t.

Seperti biasa kalu udah muncr*t dia langsung tidur. Aku memang mengharapkan ken*kmatan, tapi aku tau bahwa suamiku payah kalo diranjang, yah akhirnya hanya menjadi menampung m*ninya saja . Pagi hari setelah suamiku berangkat ke airport , aku menyediakan makan pagi, kali ini hanya untuk kakak iparku saja yang diminta suamiku untuk menem*ni aku selama dia pergi. setelah siap aku memanggil kakak iparku.

“Mas, sarapan mas..”. Aku memanggilnya sembari mendorong pintunya untuk melongok kedalam kamar, ternyata dia masih tidur dengan hanya memakai **. Naps*ku timbul lagi melihat pemandangan indah, tubuh yang kekar dan d*d*nya yang bidang hanya dibalut sepotong ** dimana terlihat jelas b*tangnya besar dan panjang tercetak dengan jelas di **nya.


Kayaknya b*tangnya dah tegang berat. Tanpa disadari aku menggunggam sendiri, “.. Ohh mas seandainya kau suamiku akan kupeluk tubuhmu yang perkasa ini..”. Walaupun suara aku lirih tetapi ternyata dia dapat mendengarnya, dia terbangun dan tersenyum melihatku.

“Kenapa Ren, kamu gak puas ya dengan suamimu”.
Aku jadi tersipu malu.
“Sarapan dulu mas, ntar dingin”, kataku sambil keluar kamar.

Lama kutunggu tapi dia gak keluar juga dari kamar, sementara itu naps*ku makin berkobar membayangkan b*tangnya yang besar dan panjang itu.
“Mas”, panggilku lagi, tapi tetap gak ada jawaban.

Aku berdiri dan kembali ke kamarnya. Dia rupanya sedang telentang sambil mengusap2 b*tangnya dari luar **nya. Ketika dia melihat aku ada dipintu kamar, sengaja dia pelan2 menurunkan **nya sehingga nongollah b*tangnya yang besar meng*cung dengan gagahnya.


Aku terbelalak ngeliat b*tang segede itu.
“Kamu pengen ngerasain b*tangku ya Ren”, katanya terus terang. “Belum pernah ya ngerasain b*tang segede aku punya. Aku juga naps* ngeliat kamu Ren, bodi kamu merangs*ng banget deh”.

Dia bangun dalam keadaan tel*njang bulat menuju ke tempat aku berdiri. b*tangnya yang tegang berat berayun2 seirama jalannya. Dia segera memelukku dan menarikku ke ranjang, dirumah memang gak ada siapa2 lagi. Dasterku segera dilepaskannya, begitu juga br* dan **ku.

Dia meneguk l*ur memandangi tubuh tel*nj*ng ku yang mulus, d*d* yang besar dengan pent*l yang dah mengeras dan j*mbiku yang lebat menutupi me*iku dibawah sana. Kemudian dia menc*um serta meng*lum bib*rku. Aku balas memeluknya.

Bib*rku digigitnya pelan pelan, bib*rnya turun terus menc*umi seluruh lekuk tubuhku mulai dari leher terus kebawah kepent*lku, dik*lumnya pent*lku yang sudah mengeras, aku mer*ntih r*ntih karena n*kmat. Aku menekan kepalanya ke d*d*ku sehingga wajahnya terbenam di d*d*ku.

Dia terus menjelajahi tubuhku, dij*latinya pelan dari bagian bawah d*d*ku sampe ke p*ser. Aku makin mend*sis2, apalagi ketika j*latannya sampe ke m*qiku yang berj*mbi tebal. Dia menj*lati j*mbiku dulu sampe j*mbiku menjadi basah kuyup,

Pelan pelan j*latannya mulai menyusuri bib*r m*qiku terus ke klitku. Ketika lid*hnya menyentuh klitku, aku terlonjak kegelian. Dia menahan kakiku dan pelan2 dikuakkannya pah*ku sehingga kepalanya tepat berada diantara pah*ku.


Lidahnya menyusupi m*qiku dan menj*lati klitku yang makin membengkak. m*qiku berl*ndir, dia menj*lati l*ndir yang keluar. Aku gak tahan lagi, aku mengejan dengan suara serak, tanganku mencengkeram seprei dan kakiku menjepit kepalanya yang ada disel*ngk*nganku.

Aku nyampe. “Mas, n*kmat banget deh, padahal belum di*njot ya”, kataku mendes*h.
Dia diam saja, dan berbaring telentang.
“Kamu diatas ya Ren, biar masuknya dalem”, ajaknya.

Aku mulai mengambil posisi berjongkok tepat diantara b*tangnya yang sudah teg*ng berat.
“Aku masukkin b*tangku ke m*qi kamu ya Ren”, katanya sambil mengarahkan b*tangnya menyentuh bib*r m*qiku.
Dia tidak masuk menekankan b*tangnya masuk ke m*qiku tapi digesek2kan di bib*r m*qiku yang berl*ndir sehingga kepalanya yang besar itu basah dan mengkilap.

Aku terbuai, dengan mata terpejam aku mendes*h2 saking naps*nya, “mas, masukin dong.” aku mulai menekan kepala b*tangnya yang sudah pas berada di mulut m*qiku. Pelan2 b*tangnya menyusup kedalam m*qiku,
“Akh mas, gede banget”, er*ngku.

“Apanya yang besar Ren”, dia memanReng reaksiku.
“Punyanya maass..!!”
“..Apa namanya..?” dia memanReng lagi,

Aku langsung aja menjawab, “b*tang mas, besar sekali”.
Dengan sekali hentakan keatas b*tangnya menyeruak masuk m*qiku.
“Ooh mas, pelan2 mas”, aku mendes*h lirih.

Mataku terbeliak, mulutku terbuka, tanganku mencengkeranm seprei kuat2. Bibir m*qiku sampe terkuak lebar seakan tidak muat untuk menelan b*tang besarnya. “m*qi kamu sempit sekali Ren”, jawabnya. aku mulai berirama menaik turunkan pant*tku, b*tangnya masuk merojok m*qiku tahap demi tahap sehingga akhirnya ambles semuanya.

Pelan2 dia ikut bergoyang menarik ulur b*tang besarnya. Aku mulai merasa sens*si yang luar biasa n*kmatnya. m*qiku yang sudah liRen terasa penuh sesak kemasukan b*tangnya yang besar, b*tangnya terasa banget menggesek m*qiku yang sudah basah berl*ndir itu.

“Mas, enak banget mas, terus mas”, erangku.
“Terus diapain Sin”, jawabnya menggoda aku lagi.
“Terus enj*tin m*qi Reni mas”, jawabku to the point. “enj*tin pake b*tang gede mas”.


Enj*tannya dari bawah makin menggebu sehingga aku makin mengg*liat2. AKu memeluknya dan menc*um bib*rnya dengan garesif, dia menyambut c*umanku. Nafasku memburu kencang, lid*hku saling mengait dengan lid*hnya, saling meny*dot. Kemudian dia menggulingkan aku sehingga aku dibawah, dia mulai mengenj*tkan b*tangnya keluar masuk dengan cepat.

Aku meng*ngk*ngkan pah*ku lebar2, supaya dia lebih mudah menyodokan b*tangnya keluar masuk. Keluar masuknya b*tangnya sampe menimbulkan suara berdecak2 yang seirama dengan keluar masuknya b*tangnya, karena basahnya m*qiku.
“Mas, enak sekali b*tangmu mas, enj*tin m*qi Reni yang cepet mas, n*kmat banget”, des*hku.

“Ooh m*qi kamu sempit banget Ren, terasa banget sed*tannya. Nikmat banget deh”, jawabnya sambil terus mengenj*tkan b*tangnya keluar masuk m*qiku.
Enjotannya makin ganas, pent*lku diem*t2nya. Aku mengge*linjang ken*kmatan, d*d* kubusungkan dan kugerak2kan kekiri kekanan supaya 2 pent*lku mendapat giliran diem*t,

“ssh, mas, n*kmat banget ngenj*t ama mas, pent*l sintia dik*nyot terus mas”, erangku lagi.
“Reni bisa ketagihan dienj*t ama mas. Ooh mas, Reni gak tahan lagi mas, mau nyampeee”.”.
Aku mengejang sambil memeluk tubuhnya erat2, sambil men*kmati ken*kmatan yang melanda tubuhku, luar biasa rasanya.

“Ren, aku masih pengen ngenj*tin m*qi kamu yang lama. Kamu bisa nyampe lagi berkali2”, katanya sambil terus mengenj*tkan b*tangnya. Dia minta ganti posisi, aku disuruhnya nungg*ng dan m*qiku dienj*t dari belakang, m*qiku terasa berdenyut menyambut masuknya b*tangnya.

Aku mem*tar2 pant*tku mengiringi enj*tan b*tangnya, kalo dia mengenj*tkan b*tangnya masuk aku menyambutnya dengan mendorong pant*tku dengan keras ke belakang sehingga b*tang besarnya masuk dalem sekali ke m*qiku.
“Ooh n*kmatnya mas, dienj*t dari belakang. Kerasa banget geseken b*tang mas di m*qi Reni”.

Jarinya mengilik2 klitku sambil terus mengenj*tkan b*tangnya keluar masuk.
” Uuh mas, n*kmat banget mas, terus mainin klit Reni mas sambil ngenj*t m*qi Reni”, erangku saking n*kmatnya.
Jarinya terus menekan klitku sambil diputar2, aku mencengkeram seprei erat sekali.

Pant*t makin kutunggingkan keatas supaya enj*tannya makin terasa. Dia memegangi pinggangku sambil mengenj*tkan b*tangnya keluar masuk dengan cepat dan keras.
“Mas, n*kmat banget banget mas, Reni udah gak tahan neh, mau nyampe lagiii”, aku menjadi histeris ketika nyampe untuk kedua kalinya, lebih n*kmat dari yang pertama.

Diapun mencabut b*tangnya dari m*qiku dan berbaring disebelahku.
“Mas. belum muncrat kok dicabut b*tangnya”, tanyaku. “Reni masih mau kok mas dienj*t lagi, biar bisa nyampe lagi”.

Dia setengah bangun dan membelai rambutku,
“Kamu masih bisa nyampe lagi kok Ren”.
”Reni mau kok dienj*t mas seharian, kan Reni bisa nyampe terus2an, n*kmat banget deh mas”.

Istirahat sebentar, dia kembali menaiki aku lagi, secara perlahan tapi pasti dia pun memasukkan b*tangnya ke dalam m*qiku. Aku mendes*h dan mer*ntih, ketika dia mengenj*tkan b*tangnya sampe ambles semua aku kembali menjerit,
“Aaaaaaahhhh , Maaaassssssss ..”. b*tangnya dinaikturunkan dengan cepat, akupun mengimbanginya dengan gerakan pant*tku yang sebaliknya.


Bibirnya bermain di pent*lku, sesekali dia menc*umi ket*kku, bau keringatnya merangs*ng katanya. Aku memeluknya dan mengelus2 punggungnya sambil menjerit dan mendes*h karena n*kmat banget rasanya,
“Aah mas, n*kmatnya Terus mas, tekan yang keras, aah”.

Dia mer*mas2 d*d*ku dengan gemas menambah n*kmat buatku. Dia terus mengoc*k m*qiku dengan b*tangnya, aku menjadi makin histeris dan berteriak2 ken*kmatan. Tiba2 dia mencabut b*tangnya dari m*qiku, aku protes,
“Kok dicabut mas, Reni belum nyampe mas, dimasukin lagi dong b*tangnya”.

Tapi dia segera menelungkup diatas m*qiku dan mulai menj*lati bagian dalam pah*ku, kemudian m*qiku dan terakhir klitku.
“Mas, diapa2in sama mas n*kmat ya mas, terus isep klit Reni mas, aah”, erangku.
Dia mem*tar badannya dan menyodorkan b*tangnya ke mulutku.

B*tangnya kuj*lati dan kukeny*t2, dia mengerang tapi tidak melepaskan menj*lati m*qiku yang dipenuhi l*ndir itu. “Ren, aku dah mau muncrat neh”, katanya sambil mencabut b*tangnya dari mulutku dan segera dimasukkan kembali ke m*qiku.

Dia mulai mengenj*t m*qiku dengan cepat dan keras, aku rasanya juda sudah mau nyampe lagi, goy*ngan pant*tku menjadi makin li*r sambil mendes*h2 ken*kmatan. Akhirnya dia mengenj*tkan b*tangnya dalam2 di m*qiku dan terasa semburan m*ninya yang hangat didalam m*qiku, banyak sekali muncr*tnya, bersamaan dengan muncr*tnya akupun nyampe lagi. Aku memeluk tubuhnya erat2, demikian pula dia.

“Mas, n*kmat banget deh masss”, erangku. Aku terkulai lemes dan bermandikan keringat. Dia kemudian mencabut b*tangnya dan berbaring disebelahku. Aku meremes2 b*tangnya yang berlumuran m*ni dan sudah lemes. Hebatnya gak lama diremes2, b*tangnya mulai teg*ng lagi.

“Mas, Reni dienj*t lagi dong, tuh b*tangnya sudah teg*ng lagi. Mas kuat banget seh, baru muncr*t udah teg*ng lagi”.
Dia diam saja, aku berinisiatif menaiki tubuhnya. Kusodorkan pent*lku ke mulutnya, segera pent*lku dikeny*t2nya, naps*ku mulai memuncak lagi. Aku menggeser ke depan sehingga m*qiku berada didepan mulutnya lagi.

“Mas, j*lat dong m*qi Reni, klitnya juga ya mas”.
Dia mulai menj*lati m*qiku dan klitku dihis*pnya, kadang2 digig*tnya pelan,
“Aah, mas, diem*t aja mas, jangan dig*git”, des*hku menggelinjang.

Aku gak bisa menahan diri lagi. Segera m*qiku kuarahkan ke b*tangnya yang sudah teg*ng berat, kutekan sehingga b*tangnya kembali amblas di m*qiku. Aku mulai mengg*yang pant*tku turun naik, mengoc*k b*tangnya dengan m*qiku. Dia memlintir pent*lku, aku mendes*h2.

Karena aku diatas maka aku yang pegang kendali, bib*rnya kuc*um dan dia menyambutnya dengan penuh naps*. Pant*tku makin cepat kuturun naikkan. Tiba2 dia dengan gemas menggulingkan aku sehingga kembali dia yang diatas, dia segera mengenj*tkan b*tangnya keluar masuk m*qiku.

Aku mengangkangkan pah*ku lebar2, menyambut enj*tan b*tangnya, aku gak bisa nahan lebih lama lagi, tubuhku makin sering mengg*linjang dan m*qiku terasa berdeny*t2, “Maas, aah”. Akhirnya aku nyampe lagi, aku tergolek lemes, tapi dia masih saja menggenj*t m*qiku dengan cepat dan keras, aku mendes*h2 ken*kmatan.


Hebatnya, dia bisa membuat aku nyampe lagi sebelum akhirnya dengan satu enj*tan yang keras kembali dia muncr*tkan m*ni di m*qiku. Nikm*t nya.Dia menc*umku,
“Ren, n*kmat banget deh ngenj*t sama kamu”.
“iya mas, Reni juga n*kmat banget, kalo ada kesempatan Reni mau kok mas enj*t lagi”..

Setelah itu kami berdua tertidur hingga sore hari, setelah bangun kakak ipar ku kembali mengenj*tku lagi. Ntah berapa kali kami bers*tubuh dihari itu. Hari – hari setelah kami dua sering sekali berhubungan, kadang di rumah maupun dihotel tanpa sepengetahuan suamiku dan akhirnya saya hamil anak dari kakak ipar ku. Kami mem*tuskan untuk tidak berhubungan lagi setelah saya hamil dari kakak iparku. Suamiku tidak pernah tau kalau anak yang saya kandung bukanlah anaknya, itulah cerita dibalik kehamilanku.

Kunjungi Kami Di 

WHAT'SAPP : +62 821-3639-2252

TELEGRAM : +62 821-1785-1681

👇Klik link di bawah👇

https://heylink.me/kasir4dslebew/

Agen Togel, Bandar Togel, Casino Online, Agen Judi Online, Slot Online Terpercaya, Slot gacor




Jumat, 06 Desember 2024

KETIKA RUMAH SEPI MENJADI CERITA

 KETIKA RUMAH SEPI MENJADI CERITA


KASIR4D - Ketika Rumah Sepi Menjadi Cerita


Istriku memang sengaja tidak membangunkan aku karena tadi malam aku pulang jam 4 pagi sampai rumah. Karena memang pekerjaanku sebagai auditor selalu dikejar target laporan, beruntung dalam teamku bekerja ada satu wanita yang bebas dengan segala sesuatu,

Sebut saja Kiki dialah yang semalam memberikan service kepadaku untuk mengurangi keteganganku dalam bekerja, menurut dia bers*tubuh dengan orang lain bukan hal tabu lagi buat dia karena dia tidak mempermasalahkan jika suaminya juga berkencan dengan wanita lain, yang penting dalam prinsip dia adalah tidak lihat langsung saat kejadian tersebut.

Aku yang masih enak dikasur masih teringat dengan kejadian semalam aku tersenyum bahagia, sebetulnya saya bisa pulang awal jam 10 malam karena memang saat itu aku dan Kiki sedang h***y h*rnynya jadi kita bisa 3 ronde sampai akhirnya pagi menyambut kita.


Kurebahkan tubuhku di sofa ruang tengah, setelah memutar DVD **. Sengaja kusetel, biar hasr*tku cepet tuntas. Setelah kubuka celanaku, aku sekarang hanya pakai kaos, dan tidak pakai celana. Pelan-pelan kuurut dan kuk*c*k tongk*lku.

Tampak dari ujung lubang t*ngkolku melelehkan cairan bening, tanda bahwa b*rahiku sudah memuncak tinggi. Aku pun teringat Ririn, sahabat istriku. Kebetulan Ririn berasal dari suku Chinese. Dia adalah sahabat istriku sejak dari SMP hingga lulus kuliah, dan sering juga main kerumahku. Kadang sendiri, kadang bersama keluarganya.

Ya, aku memang sering berf*ntasi sedang meny*tubuh* Ririn. Tubuhnya mungil, setinggi Kiki, tapi lebih gendut. Yang kukagumi adalah kulitnya yang sangat-sangat-sangat putih mulus, seperti warna patung lilin. Dan pant*tnya yang membulat indah, sering membuatku ngac*ng kalo dia berkunjung.

Aku hanya bisa membayangkan seandainya tubuh mulus Ririn bisa kuj*mah, pasti nikmat sekali. Fant*siku ini ternyata membuat t*ngkolku makin keras, merah padam dan cairan bening itu mengalir lagi dengan deras. Ah Ririn…seandainya aku bis a meny*ntuhmu..dan kamu mau ngoc*kin t*ngkolku..begitu pikiranku saat itu.


Lagi enak-enak ngoc*k sambil nonton bok*p dan membayangkan Ririn, terdengar suara langkah sepatu dan seseorang memanggil-manggil istriku.
“Ndah…Indah…aku dateng,” seru suara itu…

Oh my gosh…itu suara Ririn mau ngapain dia kesini, pikirku. Kapan masuknya, kok gak kedengaran? Ririn memang tidak pernah mengetuk pintu kalau ke rumahku, karena keluarga kami sudah sangat akrab dengan dia dan keluarganya. Belum sempat aku berpikir dan bertindak untuk menyelamatkan diri, tau-tau Ririn udah nongol di ruang tengah, dan

“AAAHHH…ANDREEEEW…!!!!,”jeritnya. “Kamu lagi ngapain?”
“Aku…eh…anu…aku….ee…lagi…ini…,”aku tak bisa menjawa pertanyaannya. Gugup. Panik. Sal-ting. Semua bercampur jadi satu.

Orang yang selama ini hanya ada dalam fant*siku, tiba-tiba muncul dihadapanku dan straight, langsung melihatku dalam keadaan tel*nj*ng, gak pake celana, Cuma kaos aja. Ngac*ng pula.
“Kamu dateng ok gak ngabarin dulu sih?” aku protes.

“Udah, sana, pake celana dulu!” Pagi-pagi tel*nj*ng, nonton ** sendirian,lagi ngapain sih?”ucapnya sambil duduk di kursi didepanku.
“Yee…namanya juga lagi h***y…ya udah mending col*i sambil nonton **. Lagian anak-anak sama mamanya lagi pergi ke sekolah. Ya udah, self service,”sahutku.

“Udah, Ndrew. Sana pake celana dulu. Kamu gak risih apa?”
“Ah, kepalang tanggung kamu dah liat? Ngapain juga dtitutupin? Telat donk,”kilahku.
“Dasar kamu ya. Ya, udah deh, aku pamit dulu. Salam aja buat istrimu. Sana, terusin lagi.” Ririn beranjak dari duduknya, dan pamit pulang.

Buru-buru aku mencegahnya. “Rin, ntar dulu lah…,”pintaku.
“Apaan sih, orang aku mau ngajak Kiki jalan, dia nggak ada ya udah, aku mau jalan sendiri,”sahutnya.
“Bentar deh Rin. Tolongin aku, gak lama kok, paling sepuluh menit,”aku berusaha merayunya.


“G*la kamu ya!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!”Ririn protes sambil melotot.
“Kamu jangan macem-macem deh, Ndrew. Gak mungkin donk aku lakukan itu,”sergahnya.
“Rin,”sahutku tenang. “Aku gak minta kamu untuk melakukan hal itu. Enggak. Aku Cuma minta tolong, kamu duduk didepanku, sambil liatin aku col*i.” “Gimana?”

Ririn tidak menjawab. Matanya menatapku tajam.Sejurus kemudian..
“Ok, Rin. Aku janji gak ndeketin apalagi menyentuh kamu. Tapi, sebelum itu, kamu juga buka bajumu dong…pake ** sama ** aja deh, gak usah tel*nj*ng. Kan kamu dah liat punyaku, please?” aku merayunya dengan sedikit memelas sekaligus khawatir.

“Hm…fine deh. Aku bantuin deh…tapi bener ya, aku masih pake ** dan **ku dan kamu gak nyentuh aku ya. Janji lho,”katanya.
“Tapi, tunggu. Aku mau tanya, kok kamu berani banget minta tolong begitu ke aku?”
“Yaaa…aku berani-beraniin…toh aku gak nyentuh kamu, Cuma liat doang.

Lagian, kamu dah liat punyaku? Trus, aku lagi col*i sambil liat **…lha ada kamu, kenapa gak minta tolong aja, liat yang asli?”kilahku.
“Dasar kamu. Ya udah deh, aku buka baju di kamar dulu.”
“Gak usah, disini aja,”sahutku.

Perlahan, dibukanya kemejanya…dan…ah p******a itu menyembul keluar. p******a yang terbungkus ** s*xy berwarna merah…menambah kontras warna kulitnya yang sangat putih dan mulus. Aku menelan ludah karena hanya bisa membayangkan seperti apa isi ** merah itu.

Setelah itu, diturunkannya zip celana jeansnya, dan dibukanya kancing celananya. Perlahan, diturunkannya jeansnya…sedikit ada keraguan di wajahnya. Tapi akhirnya, celana itu terlepas dari kaki yang dibungkusnya. Wow…aku terbelalak melihatnya.

P*ha itu sangat putih sekali. Lebih putih dari yang pernah aku bayangkan. Tak ada cacat, tak ada noda. Sel*ngk*ngannya masih terbungkus cel*na dalam mini berbahan satin, sewarna dengan **nya. Sepertinya, itu adalah satu set ** dan **.


“Nih, aku u dah buka baju. Dah, kamu terusin lagi col*nya. Aku duduk ya.”
Ririn segera duduk, dan hendak menyilangkan kakinya. Buru-buru aku cegah.
“Duduknya jangan gitu dong…”

“Ih, kamu tuh ya…macem-macem banget. Emang aku musti gimana?”protes Ririn. “N*ngging, gitu?”
“Ya kalo kamu mau n*ngging, bagus banget,”sahutku.
“Sori ye…emang gue apaan,”cibirnya.

“Kamu duduk biasa aja, tapi kakimu di buka dikit, jadi aku bisa liat cel*na dalam sama sel*ngk*nganmu. Toh veggy kamu gak keliatan?”usulku.
“Iya…iya…ni anak rewel banget ya. Mau col*i aja pake minta macem-macem,”Ririn masih saja protes dengan permintaanku.

“Begini posisi yang kamu mau?”tanyanya sambil duduk dan membuka p*hanya lebar-lebar.
“Yak sip.” Sahutku. “Aku lanjut ya col*nya.”

Sambil memandangi tbuh Ririn, aku terus mengoc*k t*ngkolku, tapi kulakukan dengan perlahan, karena aku nggak mau cepet-cepet ejak*lasi. Sayang, kalau pemandangan langka ini berlalau terlalu cepat. Aku pun menceracau, tapi Ririn tidak menanggapi omonganku.

“Oh…Liiiinnn….kamu kok mulus banget siiiihhh….”aku terus menceracau. Ririn menatapku dan tersenyum.
“Sus*mu montok bangeeeettttt… p*hamu sekel dan putiiiihhhh….hhhhh….bikin aku ngac*ng, Liiiiiinnn……”

Ririn terus saja menatapku dan kini bergantian, menatap wajahku dan sesekali melirik ke arah t*ngkolku yang terus saja ngacai alias mengeluarkan lend*r dari ujung lobangnya.

“Pant*tmu, Liiiinnn….seandainya kau boleh megang….uuuuhhhhh….apalagi kena t*ngkolku….oouuufff…..pasti muncrat aku….,”aku mer*ntih dan menceracau memuji keindahan tubuhnya. Sekaligus aku berharap, kata-kataku dapat membuatnya ter*ngs*ng.

Ririn masih tetap diam, dan tersenyum Matanya mulai sayu, dan dapat kulihat kalo nafasnya seperti orang yang sesak nafas. Kulirik ke arah cel*na dalamnya…oppsss….aku menangkap sinyal kalo ternyata Ririn juga mulai ternagsang dengan aktivitasku.

Karena cel*na dalamnya berbahan satin dan tipis, jelas sekali terlihat ada noda cairan di sekitar selangkannya. Duduknya pun mulai gelisah. Tangannya mulai mer*ba d*danya, dan tangan yang satunya turun mer*ba p*ha dan sel*ngk*ngannya. Tapi Ririn nampak ragu untuk melakukannya. Mungkin karena ia belum pernah melakukan ini dihadapan orang lain.

Kupejamkan mataku, agar Ririn tau bahwa aku tidak memperhatikan aktivitasku. Dan benar saja…setelah beberapa saat, aku membuka sedikit mataku, kulihat tangan kiri Ririn mer*mas pay*daranya dan owww…** sebelah kiri ternyata sudah diturunkan.

Astagaaa..!!! p****g itu merah sekali…tegak meng*cung. Meski sudah melahirkan, dan memiliki satu anak, kuakui, p******a Ririn lebih bagus dan kencang dibandingkan Kiki. Kulihat tangan kiri Ririn memilin-milin put*ngnya, dan tangan kanannya ternyata telah menyusup ke dalam cel*na dalamnya.

“Sssshh….oofff….hhhhhh…..:” Kudengar suara nya mendesis seolah menahan kenikmatan. Aku kembali memejamkan mataku dan meneruskan koc*kan pada t*ngkolku sambil menikmati rintihan-rintihan Ririn.
Tiba-tiba aku merasa ada sesuatu yang hangat…basah…lembut…menerpa t*ngkol dan tanganku.


Aku membuka mata dan terpekik. “Lin…kamu…,”leherku tercekat.
“Aku nggak tega liat kamu menderita, Ndrew,”sahut Ririn sambil membelai t*ngkolku dengan tangannya yang lembut.
My gosh…perlahan impin dan obs*siku menjadi kenyataan. t*ngkolku dibelai dan dik*cok dengan tangan Ririn yang putih mulus.

Aku mendesis dan membelai rambut Ririn. Kemudian secara spontan Ririn menj*lat t*ngkolku yang sudah bener-bener sewarna kepiting rebus dan sekeras kayu. Dan…hap…! Sebuah kejadian tak terduga tetapi sangat kunantikan…akhirnya t*ngkolku masuk ke mulutnya. Ya, t*ngkolku dih*sap Ririn. Sedikit lagi pasti aku memperoleh lebih dari sekedar cunil*ngis.

Tak tahan dengan perlakuan sepihak Ririn, kutarik pinggulnya dan buru-buru kulepaskan **nya.
“Kamu mau ngapain, Ndrew?” Ririn protes sambil menghentikan his*pannya.
Aku tidak menjawab, jariku sibuk mengusap dan meremas p****t putih nan montok, yang selama ini hanya menjadi khayalanku.

“Ohh..Lin…boleh ya aku megang p****t sama memiaw kamu?”pintaku.
“Terserah…yang penting kamu puas.”

Segera kur*mas-r*mas p****t Ririn yang montok. Ah, obs*siku tercapai…dulu aku hanya bisa berkhayal, sekarang, tubuh Ririn terpampang dihadapanku. Puas dengan pant*tnya, kuarahkan jariku turun ke a**s dan v*ginanya. Ririn merintih menahan rasa nikmat akibat usapan jariku.

“Achh…Liiiinn…enak bangeeeeett….sssshhh…….”aku menceracau menikmati jil*tan lidah dan hangatnya mulut Ririn saat meng*nyot t*ngkolku. Betul-betul mengga*rahkan melihat bibir dan lidahnya yang merah menyapu lembut kepala dan bat*ng kelel*kianku. Hingga akhirnya….

“Rin….bibir kamu lembut banget sayaaaannggg.
“Keluarin sayang…t*ngkol kamu udah berdenyut tuh….udah mau muncrat yaaa….”
“I…iiy…iiyyaaa….Rin….Ouuuuufuffffff….. argggghhhhhhhhhh…..”


Tak dapat kutahan lagi. Bobol sudah pertahananku. Crottt…..crooottt….crooootttt…
Sp*rmaku muncrat sejadi-jadinya di muka, bibir dan d**a Ririn. Tangan halus Ririn tak berhenti mengoc*k bat*ng kej*ntananku, seolah ingin melahap habis cairan yang kumuntahkan

Ohhhh…….my dream come true….. Obs*siku tercapai…pagi ini aku muncratin pej*hku di bibir dan muka Ririn.
“Lin…kamu gak geli sayang…? Bibir, muka sama d**a kamu kena sp*rmaku?”
Ririn menggeleng dengan pandangan sayu. Tangannya masih tetap memainkan t*ngkolku yang sedikit melemas.

“Kamu baru pertam kali kan, mainin koto orang selain suami kamu?”
“Iya, Ndrew. Tapi kok aku suka ya…terus terang, bau s****a kamu seger banget…kamu rajin maka buah sama sayur ya?” tanya Ririn.

“Iya…kalo gak gitu, Indahmana mau nelen s****a aku.”
“Aihhh….” Ririn terpekik. “Indah mau nelen s****a?”
Aku mengangguk. “Keapa Rin? Penasaran sama rasanya? Lha itu spr*maku masih meleleh di muka sama d**a kamu. Coba aja rasanya,”sahutku.

“Mmmm…ccppp…ssllrppp….” terdengar lidah dan bibir Ririn mengecap sp*rmaku. Dengan jarinya yang lentik, disapunya sp*rmaku yang tumpah didada dan mukanya, kemudian dij*latnya jarinya smape bersih.Hmmm….akhirnya sp*rmaku masuk kedalam tubuhnya.

“Iya, Ndrew, s****a kamu kok enak ya. Aku gak ngerasa enek pas nelen s****a kamu…”
“Mau lagi….?”
“Ih…kamu tuch ya…masih kurang, Ndrew?”

“Lha kan baru or*l belum masuk ke meq* kamu, Rin.” Sahutku…”Tuh, liat…bangun lagi kan?”
“Dasar kamu ya….”
“Bener kamu gak mau sp*rmaku ? Ya udah kalo gitu, aku mau bersih-bersih dulu.”ancamku sambil bangkit dari kursi.

“Mau sih…Cuma takut kalo Indah dateng…gimana donk….”Ririn merajuk.
Perlahan kuhampiri Ririn, kuminta dia duduk di sofa, sambil kedua kakiya diangkat meng*ngkang.
Kulihat meq*nya yang licin karena cairan cintanya meleleh akibat perbuatan jariku.

“Hmmm…Lin…meq* kamu masih basah…kamu masih h***y dong…”tanyaku.
“Udah, Ndrew….cepetan deh…nanti istrimu keburu dateng…Lagian aku udah…Auuuwwww….!!!! Ohhh..Shhhhh…….” Ririn memiawik saat lidahku menari diujung klit*risnya.


“Ndrewwww…kamu g*laaa yaaa…”bisiknya samil menjambak rambutku.
Kumainkan lidahku dikel*nt*tnya yang udah membengkak. Jari ku menguak bibir v****a Ririn yang semakin membengkak. Perlahan kumasukkan telunjukku, mencari G-sp*tnya.

Akibatnya luar biasa. Ririn makin meronta dan merintih. Jambakannya makin kuat. Cairan b*r*hinya makin membasahi lidah dan mulutku. Tentu saja hal ini tak kusia-siakan. Kus*dot kuat agar aku dapat menelan cairan yang meleleh dari v*ginanya.

Ya…aroma v****a Ririn lain dengan aroma v****a istriku. Meskipun keduanya tidak berbau amis, tapi ada s*nsasi tersendiri saat kuhirup aroma kewan*taan Ririn.
“C’mon..Ndrew…I can’t stand…ochhh…ahhhhhh…shhhh……c’mon honey….quick…quick….”

Aku paham, gerakan pantt Ririn makin l*ar. Makin kencang. Kurasakan pula meq*nya mulai berdenyut…..seentar lagi dia meledak, pikirku. dan akhirnya Crottt…..crooottt….crooootttt… AAaaaaahhhhhhh Ririn berteriak dengan keras sampai terkulai lemas di sofa.



Kamis, 05 Desember 2024

KENIKMATAN YANG LAUR BIASA BERSAMA PELA

 KENIKMATAN YANG LAUR BIASA BERSAMA PELA

KASIR4D - Kenikmatan Yang Luar Biasa Bersama Pelanggan


Aku bekerja di satu resto steak yang menyediakan salad bar juga disebuah mal. Beberapa minggu terakhir ini, ada seorang customer, bapak2, yang rajin berkunjung ke resto tempat aku bekerja. Ketika makan, matanya selalu memandangiku.

Dia jawab kalo dikasi tau ya bukan surprise namanya. Terus dia bilang akan nunggu aku sekitar jam 6 sore. Selesai kerja, aku mengganti pakaian dinas dengan pakaian ku sendiri. Aku memakai kaos ketat dengan belahan yang rendah sehingga toketku yang juga besar mengintip keluar, dan celana jeans ketat. Dia menunggu gak jauh dari resto. Tepat ketika aku menyapanyanya, hpku berbunyi, dari temanku.

Suatu hari, dia berkunjung lagi ke restoku. Kebetulan kali ini tamu yang makan cuma sedikit, sehingga ada kesempatan bertegur sapa. Dia menanyakan namaku siapa, kujawab namaku Aku. Dia bertanya lagi, hari ini aku kerja sampe jam berapa. Ketika aku nanya kenapa dia bertanya seperti itu dia bilang mau kasi aku surprise. aku nanya lagi karena penasaran, surprisenya apa.


Dia memandangiku yang sedang menerima telpon temanku. Setelah aku selesai bertelpon, dia bertanya, “Dari siapa Nes, cowok kamu ya”. “Enggak kok pak, dari temanku, ngajakin aku jalan”. “Terus”, tanyanya lagi. “Kan udah janjian ama bapak, ya Aku tolak ajakannya”. Temen kamu cowok atau cewek”, tanyanya terus. “Cowok pak”, jawabku. “NGajakin jalan tau ngajak pacaran?” guyonnya lagi. “Dua2nya pak”, jawabku sekenanya sambil tertawa. “Katanya mau kasi surprise?”, tagihku. Dia lalu mengajakku ke toko hp.

“Ma kasih ya pak, bapak baik amat sih mau beliin Aku hp baru, triji lagi”. Dia hanya tersenyum dan mengajak aku makan, tentunya bukan makanan yang dijual di resto ku. Sambil makan dia terus mengajakku guyon, orangnya menyenangkan. “Kamu besok kerja jam brapa Nes”, tanyanya. “Besok Aku off pak. emangnya kenapa”. “Aku mo ngajak kamu jalan, kalo besok kamu off kan gak usah buru2 pulang”. “Jalan kemana pak”, aku sudah menduga apa jawabannya. Pastinya akan ngajakin aku ngentot, apa lagi kalo gak itu.


Kalo aku lewt dekat mejanya, selalu dia senyum, dia berusaha mengajak aku berkomunikasi tetapi belum pernah berhasil karena ketika dia makan di resto itu, suasana sedang rame, sehingga aku dan juga waiter/waitress lainnya menjadi sangat sibuk melayani tamu.


“Wow.., mobilnya keren banget pak. Sama kaya orangnya” kata ku setelah kami sampai di mobilnya. Aku duduk di depan disebelahnya. Tak lama kamipun meluncur meninggalkan mal. Dia mulai mengelus2 paha ku yang masih tertutup celana jeans. Tentunya elusannya tidak terlalu terasa karena masih terhalangi kain jeans celanaku.

Dia membawaku ke apartmentnya. Tak lama kami sudah sampai di apartment. Kita turun ke basement, parkir mobil dan menuju lift. Dia langsung memijit lantai apartmentnya dan lift meluncur ke atas. Apartmentnya type studio sehingga hanya ada satu ruang yang multi fungsi, kamar mandi dan pantri yang merangkap dapur. Dia merebahkan diri di ranjang. Sementara aku pergi ke kamar mandi. Ketika muncul kembali, aku hanya berbalut handuk kemudian ikut rebahan diranjang bersamanya. Dia melingkarkan tangannya pada pundak ku dan mengelus-elus nya.

Tak lama dia mulai menciumi bibir ku sambil meraba-raba toket ku. Dia membuka belitan handuk sehingga aku langsung bertelanjang bulat. Dia melotot melihat jembutku yang lebat. Langsung diciumi dan dijilati toket ku dengan rakus. Dihisap hisapnya pentil ku. Jarinya meraba bibir nonok ku yang dipenuhi dengan jembut yang lebat. Akupun melenguh nikmat ketika jarinya menemukan itilku. Sementara itu, toket ku masih terus dijilati dan diemut pentilnya. Aku yang sudah sangat bernafsu kemudian berbalik menindih tubuhnya.

Dengan cepat aku melucuti kancing kemejanya. Kuhisap pentilnya, sementara tanganku melucuti celananya. “Ines buka dulu ya pak” kataku sambil bangkit duduk dan membuka seluruh pakaiannya. Dia tinggal berCD, dan tampak kontolnya mencuat keluar tak mampu tertampung didalam CD. “Kontol bapak gede banget, panjang lagi” kataku sambil mengelus-elus kontolnya dari balik CD.

Akupun kemudian membuka CD nya, dan kontolnya yang sudah ngaceng keras tampak berdiri tegak dihadapannya. “Gila.. Gede banget.. Bikin Ines nafsu..” kataku sambil menundukkan kepala mulai menjilati dan kemudian mengulum kontolnya. Dia mengelus- elus rambutku yang panjang. Kadang tangannya berpindah ke toketku yang sekal dan mempermainkan pentilnya. “Nes.. Enak banget Nes..” desahnya, aku terus menjilati kontolnya. “Ih.. pak, gede banget..”. “Memang kamu belum pernah liat yang besar begini?” “Belum pak.. Punya cowok Ines nggak sebesar ini.” jawabku.

“Arghh.. Enak Nes.” erangnya lagi. Kujilatinya lubang kencingnya dan kemudian kukulum kontolnya dengan bernafsu. Sementara itu batang kontolnya kukocok sambil sesekali kuremas perlahan biji pelernya. Dia keenakan ketika aku mengeluar masukkan kontolnya dengan mulutku. Dia mengusap-usap rambutku dengan gemas. Ruangan segera dipenuhi oleh erangannya. Saat aku menghisap kontolnya, kepalaku maju mundur, toketku pun bergoyang.

Dengan gemas diremasnya toketku. “Nes.., jepit pakai toketmu ” pintanya. Aku langsung meletakkan kontolnya di belahan toketku, dan kemudian dia mengenjot kontolnya diantara toketku. “Enak banget sshh..” Dia seperti tak kuasa menahan rasa nikmat itu. Setelah beberapa lama, dia menyodorkan kembali kontolnya ke mulutku. Aku menyambutnya dengan penuh nafsu.

 “Pak.. Aduuhh.. Aduuhh pak! Sshh.. Mmppffhh.. Ayo pak.. Masukin aja.. Nggak tahann..” aku menjerit-jerit tanpa malu. “Udah nggak tahan ya.. Nes, cepat banget sudah napsu lagi..” jawabnya. Tiba-tiba dia langsung menekan sekuat tenaga. Aku sama sekali tak menyangka akan hal itu, sehingga kontolnya langsung melesak ke dalam nonokku. Kontolnya kembali menyesaki nonokku yang sempit itu. Dia mulai mengenjotkan kontolnya naik turun dengan teratur sehingga menggesek seluruh lubang nonokku.

Aku turut mengimbanginya, pinggulku berputar penuh irama. Bergerak patah- patah, kemudian berputar lagi. Efeknya luar biasa, kedutan nonokku kembali terasa. “Nes, nikmat banget deh empotan nonok kamu”, katanya terengah. Aku semakin bergairah, pinggulku terus bergoyang tanpa henti sambil mengedut-ngedutkan otot nonokku.

Setelah beberapa lama, aku menaiki tubuhnya dan mengarahkan kontolnya ke nonokku. Aku menurunkan tubuhku dan kontolnya mulai menerobos nonokku yang sempit. “Ooh.. besar banget nih kontolnya pak.. Ahh..” desahku ketika kontolnya telah berhasil memasuki nonokku.

“Tapi enak khan..” tanyanya menggoda “Iya sih..Aduh.. Oh.. Sstt.. Hah.. Hah..” erangku lagi ketika dia mulai menggenjot nonokku dari bawah. Dia memegang pinggangku sambil terus mengenjot nonokku. Sementara aku menyodorkan toketku ke mulutnya. Dia segera menjilati toket ku. “Pak.. Gimana pak.. Enak khan ngentotin Ines?” tanya ku menggoda. Aku masih meliuk-liukan tubuhku.

Aku pun menjerit nikmat. Toketkupun tampak bergoyang-goyang menggemaskan. Bosan dengan posisi ini, dia kemudian duduk di kursi. Aku lalu duduk membelakanginya dan mengarahkan kontolnya ke dalam nonokku. Dia menyibakkan rambutku yang panjang dan menciumi leher ku. Sementara itu aku bergerak naik turun.

Setelah dia selesai menikmati toket ranumku, kembali aku mengenjot tubuhku naik turun dengan liar. Binal banget kelihatannya. Cukup lama dia menikmati perngentotan dengan aku di atas kursi. Lalu dia berdiri, dan kembali berciuman dengan aku sambil dengan gemas meremas dan menghisap toketku. Dia ingin segera menuntaskan permainan ini. Lalu aku direbahkan di atas ranjang. Dia kemudian mengarahkan kontolnya kembali ke dalam nonokku.

“Ahh..” erangku kembali ketika kontolnya kembali menyesaki nonokku. Langsung dia mengenjot dengan ganas. Erangan nikmat mereka berdua memenuhi ruangan itu, ditambah dengan bunyi derit ranjang menambah panas suasana. Aku menggelengkan kepala ke kanan kekiri menahan nikmat. Tanganku meremas-remas sprei ranjang.


“Pak.. Ines hampir sampai pak.. Terus.. Ahh.. Ahh” jeritku sambil tubuhku mengejang dalam dekapannya. Aku telah nyampe. Dia menghentikan enjotannya sebentar, dan aku pun kemudian lunglai di atas ranjang. Butir keringat mengalir diwajahku. Toketku naik turun seirama dengan helaan nafasku. Dia kembali menggemasi toketku dengan bernafsu.

Beberapa saat kemudian dia mulai menciumiku sambil mengusap-usap pahaku, dan kemudian mengilik nonokku dengan jemarinya. “Ehmm..” erangku saat itil diusap-usap dengan gemas. Eranganku terhenti karena dia menciumku dengan penuh napsu. Tangannya meremas2 toketku yang besar menantang. Dia mengarahkan kontolnya kedalam nonokku.

Ah..” desahku ketika kontolnya kembali menyesaki nonokku. Aku kemudian menaik-turunkan tubuhku di atas pangkuannya. Dia pun tak tinggal diam, aku diciuminya ketika aku sedang mengenjot kontolnya dalam jepitan nonokku. Sambil menciumi aku, tangannya memainkan itilku. “Ah.. Terus pak.. Ines mau nyampe..” desahku. Semakin cepat dia mengusap itilku, sedangkan tubuhku pun semakin cepat menggenjot kontolnya. “Ahh..” erangku nikmat saat aku nyampe. Tubuhku mengejang dan kemudian terkulai lemas diatas pangkuannya. Kembali terasa nonokkua berkedut2 dengan keras. Setelah reda kedutan nonokku, kontolnya dicabut dari nonokku, masih ngaceng keras dan berlumuran cairan nonokku.

Aku ditelentangkan dan segera dia menaiki tubuhku. Pahaku sudah mengangkang lebar. Dia tidak langsung memasukkan kontolnya kedalam nonokku, tetapi digesek-gesekkan dahulu di sekitar bibir nonokku hingga menyentuh itilku.



Rabu, 04 Desember 2024

SANG PERJAKA

 SANG PERJAKA


KASIR4D - Sang Perjaka


Ada yang pernah KKN saat kuliah dulu?
Atau penasaran gimana sih KKN itu?
Atau mau tau serunya KKN Bareng cewek-cewek yang bodi bagus + mukanya lumayan cakep?
Kalau gitu, ane mau cerita deh tentang salah satu KKN impian ane. Boleh kan suhu?
Saran ane sih, ini cerita sekali-kali jangan dibaca kecuali suhu-suhu pada bener-bener mau ngebayangin tiga bulan KKN yang penuh sensasi.

Nanti sih settingnya kebanyakan di rumah kontrakan yang kelompok si korban (sekaligus pelaku juga sih) sewa waktu KKN pada sebuah desa di pegunungan Bukit barisan. Lokasi pastinya biarlah menjadi rahasia ane ya.

Adel

Cindy

Ratih

Sinta

Part 1
“Selamat pagi” dari Adel

Pada suatu pagi yang dingin

Entah kenapa aku merasa seperti ada rasa geli dan basah pada penisku. Akupun membuka mataku perlahan dan kulihat salah satu teman KKN ku sedang menciumi penisku.


“Lho del kamu lagi ngapain?
Lho celanaku kok bisa ga ada?”
Perlahan diemutnya penisku dan dimasukkan kedalam mulutnya. “Eeeh, kok dimasukin del?” “Mmmmmmmmh..”

Adel pun mengeluarkan penisku dan dengan senyum manisnya ia berkata,”Udah dan, diem aja, nikmatin aja.” Aku yang masih kaget pun hanya bisa pasrah “iya del, tapi jangan digigit ya” adel menganggukan kepalanya “heemmmmm” tak lama kemudian penisku pun kembali diemut oleh gadis manis berjilbab hitam ini.

“Clop clop clop sluuurp
Clop clop clop sluuurp” suara penisku dan ludah Adel beradu dimulutnya
“Hhmmm, ah iya disitu, terus del jilat ujungnya
Aahhh,* eh kok dimasukin semuanya gitu di mulutmu.”
Gila ini anak, niat banget kayaknya nyepongnya


“Eh eh eh,, itu kok disedot sedot aduuuuhh.. ah”
crot crot crot maniku pun mennyemprot mulut si Adel
“iiiih, banyak banget sih, lengket tauk” protes si Adel dengan ekspresinya bikin aku makin gemes sama ini anak.”lah jaim amat del sok bilang lengket lengket segala, padahal mah di habisin gitu mani nya.” Ledekku “iya dong, mani nya Dani mah harus dihabisin, biar ketagihan sama sepongan Adel. enak kan bangun langsung disepong sama Adel?” Adel langsung pasang muka manja andalannya.


D : “iya del, enak gila. Tapi kok tumben bisa nyepong pagi-pagi?”
A : “iya ini kan senin dan, anak-anak pada ikut upacara”
D : “lha kamu ga upacara del?”
A : “ga ah, males lagian kan ga ada kelas hari ini, aku alesan aja mau nyuci sama bikin laporan.”
D : “yee dasar tukang bolos”
A : “biarin, protes aja kamu ini. Ga aku kasih sepongan “selamat pagi” lagi nih”
D: “duh ngambek euy si Adel, yakin mau ngambek? Ini kontol siap rajin muncrat lho padahal kalo yang nyepong cewek pinter kayak Adel.” Sambil kuelus-elus kepala Adel yang ditutupi jilbab hitam itu.
A : “huuu ada maunya aja muji-muji”
D: “Dell, enak banget sih mulut kamu, serius deh”
A : “iya dong, siapa dulu. Adel gitu lho. Dani suka kan?”
D : “hehehe, iya del suka. Del kamu udah mandi belum? Mandi yuk udah jam berapa ini?”
A : “baru jam 8 sih, tapi ayo deh kalo kamu yang ngajak mandi” adel perlahan membuka kancing kemejanya yang ngepres body itu.

Waduh digodain lagi deh sama ni anak. Mana sejam lagi aku harus ke sekolahan lagi, cukup ga ya waktunya.

D : “tapi aku jangan dinakalin ya bu guru”
A : “yeee, yang ngajarin nakal siapa padahal. Ayo ah. Jadi mandi ga? Ga pengen nenen sama Adel tah?” Adel malah busungin dadanya lagi
D: “mana bisa nolak del,yuk lah”
A : “hahaha, dasar abang mesum, godain dikit aja udah pengen”
D : “Mana bisa tahan del, kalo gadis seranum kamu yang godain aku”

Si gadis semok yang baru saja menghisap maniku pun ternsenyum dan perlahan bangun lalu berjalan menuju kamar mandi di bagian belakang rumah. Mataku tak bisa lepas memandangi bokong semok berbalut legging hitam Adel yang bejalan perlahan didepanku. Dalam hatiku membatin “cadas nih cewek, baru seminggu diajarin udah bisa deep throat aja.”

-bersambung-

Part 2

Perkenalan

Sebulan sebelumnya

“Ting” sebuah sms dari nomer tak dikenl masuk di hp ku.
“Hai Dani, ini Sinta
Kita KKN satu pekon lho. Salam kenal ya”
Kubalas singkat saja sms itu
“Iya, sama-sama”
Sms ku pun langsung dibalas lagi oleh Sinta
“Oh iya dan, hari jumat sore anak-anak ngajakin kumpul lho, perkenalan pertama gitu. Jam 5 ya jangan sampe telat ^_^”
Ini anak cepet ngakrab juga rupanya, cakep ga ya kira-kira.
“Oke sin, makasih”
Sengaja singkat-singkat ku bales smsnya si Sinta, lha belum tau orangnya kayak apa, belum tau mukanya gimana, masa mau sok asik. Nanti kalo udah asik terus ngarep cakep kan nyesek.

Jumat sore di kampus depan Gedung F

“Ini pada ngumpul dimana ya anak-anak KKN, kok ga ada yang ku kenal ya,” batinku. “Mana udah setengah enam lagi.”
“Dan dani, sini.” Kulihat seorang gadis berjilbab merah dengan tubuh semampai melambai-lambaikan tangannya kepadaku.
Aku pun langsung menghampiri nya dan kulihat sudah ada 4 orang lagi sudah berkumpul disana.

“Wah udah lengkap ya, maaf ya ga sadar kalo pada nunggu di sini” ucapku penuh sesal.
“Sebenernya sih kita udah liatin lo muter-muter dan, tapi sengaja gua ajakin anak-anak buat diem dulu.
Lumayan kan ada hiburan liatin orang bingung”
Si gadis berjilbab merah yang ternyata paling cantik di kelompok itu bicara padaku sambil tersenyum.

“Oh iya kenalin, gue Sinta, ini Ratih (sambil menunjuk ke perempuan paling mungil di kelompok), yang di ujung sana Cindy kalo yang ini Adel”
“Hai semua, gue Dani”
Wah ternyata perempuan di kelompok KKN ini lumayan juga ya.

Yang paling cakep ya si Sinta ini, Badannya proporsional dengan pinggul ala Zaskia Gothik, pakaiannya juga paling stylish dengan jilbab pashmina merah diatas kemeja kotak-kotak agak mirip kemeja jokowi dipadankan dengan rok hitam yang tidak bisa menyembunyikan potensi pinggulnya.

Ratih, ini tipe tipe tocil gitu, dengan batik hijau dan rok hitam berbalut jilbab hijau. Gayanya ga neko-neko standar perempuan berjilbab pada umumnya. Kalau lihat mukanya sih kalem banget deh kayaknya si Ratih ini.

Cindy ini yang paling tinggi badannya kayak model, wajah paling putih, jilbabnya model praktis bajunya juga agak nge press body dan roknya agak kependekan, emang sih lagi nge tren model begini, tapi agak aneh aja liatnya, entah karena warnanya terlalu rame atau mungkin bukan seleraku aja yang begini ini.

Nah yang terakhir dikenalin si Adel, bajunya cenderung lebar sih, rok nya juga. Adel Ini cewek satu-satunya yang pake kacamata di kelompok ini. Jilbab birunya cocok banget sama batik biru yang dia pake, lumayan sih meskipun ga se modis Sinta tapi kesannya alim banget nih anak.

“Woy lek, piye kabare?”(woi bro, apa kabar?) Seseorang menepuk pundakku dari belakang. Aku pun sempat kaget dan langsung menoleh ke belakang.
“Oalah kowe tho lek, tak kiro sopo. Apik apik, kowe piye?(oalah kamu bro, kukira siapa, baik baik, kamu sendiri gimana?)” Sahutku ketika kulihat Aris teman se daerah asalku bergabung.
“Iyo lek, kowe ga reti po nek dewe sak kelompok?”(iya bro, kamau apa ga tau kalo kita sekelompok?) Tanya Aris
“Mboh lek, males ngecek siakad aku. Tapi yowes lah cocok nek karo kowe.”(entahlah bro, males ngecek siakad aku, tapi ya dah lah cocok aku kalo sama kamu)
“Aku yo podo”(aku ya sama aja) sahut Aris
Itulah sedikit basa-basi antara aku dan Aris

Lalu aku pun bertanya pada para perempuan, “eh ini kita pada mau ngapain, kan udah kenalan, gimana kalo sekalian pilih kordes aja? Jadi besok kalo ditanya udah ada”
“Iya bener, iya bener” Sinta dan Adel langsung menyahut ucapanku.
“Udahlah mbak mbak, kalo kordes sih saya percaya sama Dani, ya meskipun gagal jadi wakil gubernur Fakultas, tapi saya yakin ada alasan khusus kenapa dia dicalonkan” tiba-tiba Aris nyeletuk.

“Ealah semprul tenan kowe lek, asal njeplak wae”(sialan kamu bro, asal ngomong aja) balasku. “Wes lah lek, aku ki mung arep dadi rakyat jelata wae, wes mumet neng hima.(sudahlah bro, aku cuma mau jadi anggota biasa, udah cukup pusing sama urusan hima) Tenang wae kerjone bareng-bareng kok mengko. Ya tho mbak mbak?”(tenang aja kerjanya bareng-bareng kok, ya kan mbak mbak?)
Sial, aku sudah berusaha cuek dari awal biar ga jadi koordinator, malah si Aris yang merusaknya.

Dan resmilah aku menjadi koordinator desa alias kordes untuk KKN. Kalo gini ceritanya harus anak itu yang jadi sekertarisnya. Iya harus dia ga boleh yang lain.

-bersambung-

Part 3
Di kamar mandi bareng Adel – 1
Tanpa repot-repot mencari celana aku pun langsung menyusul Adel dengan membawa anduk hijauku. Tak lama aku kembali disuguhi pemandangan luar biasa, dimana Adel sedang membelakangiku sambil mulai melepas legging hitamnya. Mulutku pun menganga dibuatnya.

Dengan senyum centilnya Adel melirikku, “hayo nakal matanya, liatin apa sih bang?” Diarahkannya bokong sekal dengan belahan surga tertutup bulu-bulu hitam ke arahku dengan semakin menundukkan badannya.
“Sini del aku bantuin.” Aku pun menunduk tepat di belakang Adel dan membantu menarik leggingnya melewati betis bunting padi gadis di depanku ini.
“Del ga make CD lagi?” Tanyaku. “Iya nih bang, lusa kemarin sih masih risih rasanya, tapi tadi iseng nyobain lagi udah enakan, silir malah hihi.”

Refleks tanganku mengelus paha atas dan bokong Adel, lalu mulai mendekatkan kepalaku ke bokongnya Adel, ku kecup kedua bongkahan bokong Adel yang cuma kalah dari Sinta soal ukurannya. Lha kok malah keinget Sinta, “woi dan, nikmatin aja yang di depan mata ini, kenapa pake mikir yang lain” batinku.


Tanpa basa-basi langsung kucium bibir vagina Adel, spontan kujilati labia mayora gadis berjilbab paling semok di kelompokku ini. “Eeeeh dan, aduh diapain adeeel” Adel sedikit terkejut dengan gerakan tiba-tiba yang kulakukan. “Udah diem dulu, nyobain gaya baru ini kita, liat tuh udah basah.” Perintahku dengan lembut.

Seiring vagina Adel yang semakin basah aku pun mulai menerobos vaginanya dengan lidahku, ku putar putar lidahku di vagona adel. Merasakan sensasi kenikmatan yang baru adel pun mulai tak tahan untuk mendesah. ” “ah ah abang, ahh bang Dani, Adel ah geli ah” iseng kutanya Adel dengan pertanyaan yang menggoda “apanya del yang geli?” “Emmmmh, itu anu nya Adel”
Tak puas dengan jawaban Adel aku pun kembali bertanya “Anu apaan del?” Setelah bertanya langsung ku jilat-jilat dan sedot bibir vagina Adel.

Tak tahan dengan seranganku tubuh Adel pun mulai mengejang dan kurasakan cairan vagian Adel meningkat secara drastis. Aaaaahhhhhhhhh Adel dapet” kusedot cairan vagina Adel sehingga ia pun meringis kegelian. “Uuuuh, udah dulu, geli banget memek Adel” pelan adel mendorong kepalaku menjauh dari vaginanya. Sedikit terkejut dengan ucapannya aku pun bertanya “Apaan del?” Adel pun tersadar dan pipinya perlahan memerah “anu Adel dan” ia pun menarik nafas dan berbisik pelan sambil memalingkan muka “memek Adel.”

“Del duduk gih di pinggir bak mandi” aku arahkan Adel untuk beristirahat setelah merasakan orgasme versi nungging pertamanya. Tanpa banyak tanya Adel pun menuruti arahanku. “Gimana del rasanya? Enak?” Tanyaku iseng. “Enak sih, tapi pegel tau nungging mulu, mana cuma pegangan lutut sendiri lagi. Ga mau ah kayak gini lagi” balas Adel jaim. Aku pun tersenyum menyadari kami sudah saling berbalas memberi orgasme dengan mulut tanpa melepas pakaian atas masing-masing.

“Del buka aja lah jilbab sama kemejanya, seneng amat sih sekarang kamu setengah bugil gitu.” Adel langsung melotot kearahku. “Enak aja kamu nuduh nuduh Adel bang, yang main nyosor jilatin memek Adel siapa hah?” Aku pun mendekat dan berdiri di depan Adel, tanganku langsung mengelus-elus vagina Adel yang masih basah dan dihiasi bulu halus. “Aaaah abaaaang, geli.” Kudengar Adel berbisik. “Masih mau galak-galak?” Kubisikan ke telinga kanan Adel sambil kugigit perlahan.

“Engga berani bang, ahhhhh abang” Adel memegang tanganku yang mulai menggosok-gosok bibir vaginanya. Vagina Adel kembali basah seperti sebelumnya, ku colek cairan vagina adel dan kuratakan di sekitanya yang ditutupi bulu-bulu halus. Setelah rata akupun menarik tanganku. “Eh kok berenti bang?” Adel yang merasa kenikmatannya terputus pun membuka matanya. “Del copot kemeja sama jilbab kamu ya, kutinggal bentar” sahutku sambil keluar untuk mengambil sesuatu.

SANG CHEF CINTA

SANG CHEF CINTA KASIR4D    SANG CHEF CINTA Cerita Dewasa ”Ok….Cutt!!!.” teriak seorang pria bertubuh tambun dengan keras Seketika itu pula o...