Kamis, 02 Januari 2025

KENIKMATAN SEDERHANA YANG MENDALAM

 KENIKMATAN SEDERHANA YANG MENDALAM

KASIR4D - Kenikmatan Sederhana yang Mendalam  


Di sebelah rumahku tinggal keluarga Betawi, anak lelaki bungsunya teman bermainku. Dia mempunyai 3 orang kakak perempuan. Yang akan aku ceritakan di sini adalah kakaknya yang bernama Alfa. Seorang janda beranak satu. Usianya saat itu kira-kira 38 tahunan.

Sebagai tetangga sebelah rumah, aku cukup akrab dengan semua anggota keluarga, sehingga aku bisa keluar masuk rumahnya dengan leluasa. Oh iya, sebelum aku lupa, mpok Alfa ini orangnya hitam manis dengan pay*dara cukup besar. Entahlah, aku sendiri saat itu tidak tau persis, karena masih ingusan. Yang aku tau, ukurannya cukup membuat anak seusiaku menelan ludah, kalau melihatnya.

Seperti orang Betawi jaman dulu pada umumnya, mpok Alfa ini suka sekali, terutama kalau hari sedang panas, cuma pakai br* saja dan rok bawah. Mungkin untuk mendapatkan kesegaran. Nah aku seringkali melihat si mpok dalam mode seperti ini. Usiaku saat itu sudah memungkinkan untuk berga*rah melihat tonjolan pay*daranya yang hanya ditutupi br*.

Tapi yang paling membuatku menahan nafas adalah bentuk dan goyangan pant*tnya. Pinggul dan pant*tnya bulat dan bentuknya nonggeng di belakang. Kalau berjalan, pant*tnya bergoyang sedemikian rupa membuat ga*rah remajaku yang baru tumbuh selalu tergoda.

Pembaca, mpok Alfa ini sudah tiga kali menjanda, dan semua warga kampung kami sudah tahu bahwa mpok Alfa ini memang nakal sehingga tidak ada pria yang betah berlama-lama menjadi suaminya. Mpok Alfa ini suka sekali menggodaku dengan mengatakan bahwa dia pengen sekali merasakan keperj*kaanku (saat itu aku memang masih perjaka, belum pernah sekalipun merasakan wanita, pacaranpun baru sebatas menc*um dan memeluk saja).


Suatu kali, selepas maghrib, aku ke rumahnya. Tadinya aku ingin mengajak Udin, adiknya yang temanku untuk main. Aku masuk lewat pintu belakang karena memang sudah akrab sekali. Tapi di belakang rumahnya itu, ada mpok Alfa yang sedang duduk di kursi dekat sumur (sumurnya masih pake timba).

Aku bertanya ke si mpok, “Pok, Udin ada?”.
“Kagak, dia ikut baba (Bapak) ama nyak (Ibu) ke Depok”. jawab si mpok.
“Wah, jadi mpok sendirian dong di rumah?” tanyaku basa basi.

“Iya, asyik kan? Kita bisa pacaran”. sahut si mpok.
Aku cuma tertawa, karena memang sudah biasa dia ngomong begitu.
“Duduk dulu dong Wan, ngobrol ama mpok ngapa sih”. katanya.

Akupun duduk di kursi sebelah kirinya, si mpok sedang minum anggur cap orangtua. Aku tahu dia memang suka minum anggur, mungkin itu juga sebabnya tidak ada suami yang betah sama dia.
“Si Amir mana pok?” tanyaku menanyakan anaknya.

“Diajak ke Depok”. sahutnya pendek.
“Mau minum nggak Wan?” dia nawarin anggurnya.
Entah kenapa, aku tidak menolak. Bukannya sok alim membaca, aku juga suka minum, cuma karena orang tuaku termasuk berada, biasanya aku hanya minum minuman dari luar negeri.

Tapi saat itu aku minum juga anggur yang ditawarkan mpok Alfa. Jadilah kami minum sambil ngobrol ngalor ngidul. Tak terasa sudah satu botol kami habiskan berdua. Dan aku mulai terpengaruh alk*hol dalam anggur itu, namun aku pura-pura masih kuat, karena kulihat mpok Alfa belum terpengaruh. Gengsi.


Aku mulai memperhatikan mpok Alfa lebih teliti (terutama setelah dipengaruhi alk*hol murahan itu). Pandanganku tertuju ke t*ketnya yang hanya ditutupi br* hitam yang agak kekecilan. Sehingga t*ketnya seperti mau meloncat keluar. Wajahnya cukup manis, agak ke arab-araban, kulitnya hitam tapi mulus.

Baru sekarang aku menyadari bahwa ternyata mpok Alfa manis juga. Rupanya pengaruh alkohol sudah mendominasi pikiranku. Merasa diperhatikan si Mpok membusungkan d*d*nya, membuat pen*s remajaku mulai mengeras. Dan dengan sengaja dia membuat gerakan menggaruk t*ket kirinya sambil memperhatikan reaksiku.

Kunjungi Kami Di 

Website : cuekasir4d.com
WHAT'SAPP : +62 821-3639-2252
TELEGRAM : +62 821-1785-1681

👇Klik link di bawah👇


Tentu saja aku belingsatan dibuatnya. Sambil menggaruk t*ketnya perlahan si Mpok bertanya.
“Wan kok bengong gitu sih?”
Bukannya kaget, aku yang sudah setengah mabok itu malah menjawab terus terang,
“Abis t*t*k Mpok gede banget, bikin saya n*psu aja”.

Eh, dia malah merogoh t*ket kirinya, terus dikeluarkan dari br*nya.
“Kalo n*psu, pegang aja Wan. Nih”, katanya sambil mengasongkan t*ketnya ke depan.
“Diem*t juga boleh Wan”. tambahnya.

Aku yang sudah mabok alkohol, semakin pusing karena ditambah mabok kepayang akibat tantangan Mpok Alfa.
“Boleh pok?” tanyaku lugu.
“Dari dulu kan Mpok udah pengen buka segel Irwan. Irwannya aja yang jual mahal”. katanya sambil memegang kepalaku dengan tangan kirinya dan menekan kepalaku ke arah t*ketnya.


Aku pasrah, perlahan mukaku mendekat ke arah t*ket kirinya yang sudah dikeluarkan dari br* itu. Dan hidungku menyentuh pent*lnya yang cokelat kehitaman. Segera aroma yang aneh tapi membuat kepalaku seperti hilang menyergap hidungku. Dan keluguanku membuat aku hanya puas menc*um dengan hidungku, menghirup aroma t*ket Mpok Alfa saja.

“Waan”. tegur Mpok Alfa.
“Apa Mpok?” tanyaku sambil menengadah.
“Jangan cuma diend*s gitu ngapa. Keluarin l*dah Irwan, jil*tin pent*l Mpok, terus diem*t juga. Ayo coba”. Mpok Alfa mengajariku sambil kembali tangannya menekan kepalaku.

Aku menurut, kukeluarkan l*dahku, dan kujil*ti sekitar pent*lnya yang kurasakan semakin keras di l*dahku. Dan sesekali kuem*t pent*lnya seperti bayi yang meny*su pada ibunya. Ku dengar Mpok Alfa mengerang, tangannya meremas rambutku dan berkata.

“Naah, gitu Wan. Terusin Waann. Gig*t pent*l Mpok Wan, tapi jangan kenceng gig*tnya, pelan aja”. pinta si Mpok.
Akupun menuruti permintaannya. Kugig*t pent*lnya pelan, er*ngan dan des*hannya semakin keras. Dengan lembut si Mpok menarik kepalaku dari t*ketnya, wajahku ditengadahkan, lalu dia menc*um bib*rku dengan penuh ga*rah.

Bib*rku diem*t dan l*dahnya bermain dengan lincahnya di dalam mulutku. Aku terpesona dengan permainan l*dahnya yang baru sekali ini kurasakan. Getaran yang diberikan Mpok Alfa melalui l*dahnya menjalar dari sekujur bib*rku sampai ke seluruh tubuhku dan akhirnya masuk ke jantungku. Aku terbawa ke awang-awang.

TIdak hanya itu, Mpok Alfa menjil*ti sekujur wajahku, dari mulai daguku, ke hidungku, mataku semua dijil*t tak terlewat satu sentipun. Terakhir l*dah Mpok Alfa menyapu telingaku, bergetar rasanya seluruh tubuhku merasakan s*nsasi yang Mpok Alfa berikan ini.

Sambil menjil*ti telingaku, tangannya menarik tanganku dan dibawanya ke t*ketnya, sambil membisikkan,
“Remes-remes t*t*k Mpok dong Waann”.
Aku menurutinya, dan kudengar des*han si Mpok yang membuatku semakin berga*rah, sehingga remasanku pada t*t*knya juga semakin intens.

“Aauugghh.. Sshh.. Naahh gitu Wan”.
Lalu diapun kembali menjil*ti daerah telingaku. Aku semakin terbuai dengan permainan Mpok Alfa yang ternyata sangat mengasyikkan untukku ini. Lalu Mpok Alfa kembali menc*umi bib*rku, dan kami saling berp*gutan.

Aku jadi mengikuti permainan l*dah Mpok Alfa, l*dah kami saling membelit, menjil*t mulut masing-masing. Kembali kurasakan tekanan tangan Mpok Alfa yang membimbing kepalaku ke leher dan telinganya. Akupun melakukan seperti yang dilakukan Mpok Alfa tadi.

Kujil*ti telinganya, dan dia mendes*h kenikmatan. Lagi, dia menekan kepalaku untuk mencapai t*t*knya yang semakin mencuat pent*lnya. Aku mencoba mengambil inisiatif untuk memegang v*g*nanya. Tangan kiriku bergerak turun untuk menyentuh bagian paling int*m Mpok Alfa. Tapi Mpok Alfa menahan tanganku.


“Nanti dong Waan, sabar ya sayaanng”.
Aku sudah gemetar menahan ga*rah yang kurasakan mendesak di sekujur tubuhku.
“Pook, Irwan pengen pook”. pintaku.

“Pengen apa Waan”, tanya Mpok Alfa menggodaku.
“Pengen liat itu”. kataku sambil menunjuk ke selangk*ngan Mpok Alfa yang masih tertutup rok merah dari bahan yang tipis.

“Pengen liat m*m*k Mpok?” Mpok Alfa menegaskan apa yang kuminta.
“Iya pok”. jawabku.
“Itu sih gampang, tinggal Mpok singkapin rok Mpok, udah keliatan tuh”. kata Mpok Alfa sambil menyingkapkan roknya ke atas, sehingga terlihat cel*na d*lamnya yang berwarna biru tua.

Dan kulihat segunduk daging di balik C* biru tua itu. Aku menelan ludah dan terpaksa menahan untuk tidak limbung. Sungguh luar biasa bentuk gundukan di balik C* itu. Aku memang baru pertama kali melihat gundukan m*m*k, tapi aku yakin kalo gundukan m*m*k Mpok Alfa sangat montok alias tembem sekali.

Dan Mpok Alfa memang sengaja ingin menggodaku, dia menahan singkapan roknya itu beberapa lama, dan saat aku ingin menyentuhnya, dia kembali menutupnya sambil tertawa menggoda.
“Jangan disini dong Wan. Ntar kita digerebek lagi kalo ada yang tau”. kata Mpok Alfa sambil berdiri dan menuntun tanganku ke dalam rumahnya.

Bagai kerbau dic*c*k hidungnya akupun menurut saja. Aku sudah pasrah, aku ingin sekali merasakan nikmatnya Mpok Alfa. Dan yang pasti aku sudah telanjur hanyut oleh permainannya yang pandai sekali membawaku ke dalam jebakan kenikmatan permainan sorgawinya.

Mpok Alfa menuntunku ke kamarnya. Tempat tidurnya hanya berupa kasur yang diletakkan di atas karpet vinyl, tanpa tempat tidur. Lalu mpok Alfa mengajakku duduk di kasur. Kami masih berpegangan tangan. Mpok Alfa mel*mat bib*rku, dan kami berp*gutan kembali. Lalu mpok Alfa menghentikan c*uman kami. Dia menatapku dengan tajam, lalu bertanya.

“Wan, kamu bener-bener pengen ngeliat m*m*k mpok?”
Aku mengangguk, karena pertanyaan ini membuatku tidak bisa menjawab. Semakin mabok rasanya. Mpok Alfa kemudian melepaskan rok dan br* yang dipakainya dan sekarang tinggal C*nya saja yang masih tersisa.



Kembali aku menelan ludah. Dan pandanganku terpaku pada gundukan di balik cel*na d*lam mpok Alfa. Betapa montoknya gundukan m*m*k mpok Alfa. Lalu mpok Alfa berbaring telentang, kemudian dengan gerakan perlahan, mpok Alfa mulai menurunkan C* sehingga terlepaslah sudah.

Aku yang masih duduk agak jauh dari posisi m*m*k mpok Alfa cuma bisa menahan ga*rah yang menggelegak di dalam jantung dan hatiku. Benar saja, m*m*k mpok Alfa sangat tebal, dagingnya terlihat begitu mengga*rahkan. Dengan bulu yang lebat, semakin membuatku tidak karuan rasanya.

“Katanya pengen ngeliat, sini dong liatnya dari deket Wan”, kata mpok Alfa.
“I iya pok”, sahutku terbata sambil mendekatkan wajahku ke selangk*ngan mpok Alfa.
Dia melebarkan kedua p*hanya sehingga membuka jalan bagiku untuk lebih mendekat ke m*m*knya.

“Niih, puas-puasin deh liatin m*m*k mpok, Wan”. kata mpok Alfa.
Setelah dekat, apa yang kulihat sungguh membuatku tidak kuat untuk tidak gemetar. Belahan daging yang kulihat ini sangat indah, berwarna merah, bulunya lebat sekali menambah keindahan.

Di bagian atas, mencuat daging kecil yang seperti menantangku untuk menj*mahnya. Aromanya, sebuah aroma yang aneh, namun membuatku semakin h*rny.
“Udah? Cuma diliatin aja? Nggak mau nyium it*l mpok?” pancing mpok Alfa sambil dua jari tangan kanannya menggosok-gosok daging kecil yang mencuat di bagian atas m*m*knya.

“Mm.. Mmau pok. Mau banget”. kataku antusias.
Lalu tangan mpok Alfa menekan kepalaku sehingga semakin dekat ke m*m*knya.
“Ya udah c*um dong kalo gitu, it*l mpok udah nggak tahan pengen Irwan c*umin, jil*tin, gig*tin”.

Dan bib*rkupun menyentuh it*lnya, kukecup it*lnya dengan n*fsu yang hampir membuatku pingsan. Aroma kew*nita*n mpok Alfa semakin keras menerpa hidungku. Mpok Alfa mendes*h saat bib*rku menyentuh it*lnya. Lalu kejil*ti it*lnya dengan semangat, tidak hanya it*lnya, tapi juga bib*r m*m*k mpok Alfa yang tebal itu aku jil*ti.


J*lat*nku membuat mpok Alfa mengejang seraya mendes*h dan meng*rang hebat.
“Sshh.. Aarrgghh.. Gitu Waann.. Oogghh..”
Suara rint*han dan des*han mpok Alfa membuatku semakin berga*rah menjil*ti seluruh bagian m*m*k mpok Alfa. Bahkan sekarang kumasukkan l*dahku ke dalam jepitan bib*r m*m*k mpok Alfa.

Tangan mpok Alfa menekan kepalaku, sehingga wajahku semakin terbenam dalam selangk*ngan mpok Alfa. Agak susah juga aku bernafas, tapi aku senang sekali. Kumasukkan l*dahku ke dalam lub*ng nikmat mpok Alfa, lalu ku jelajahi lorong m*m*knya sejauh l*dahku mampu menjangkaunya.

Tiba-tiba, kurasakan l*dahku seperti ada mengem*t. Luar biasa, rupanya m*m*k mpok Alfa membalas permainan l*dahku dengan denyutan yang kurasakan seperti mengem*t l*dahku. Tubuh mpok Alfa menggelinjang keras, pinggulnya berputar sehingga kepalaku ikut berputar.

Tapi itu tidak menghentikan permainan l*dahku di dalam jepitan daging m*m*k mpok Alfa. Des*han mpok Alfa semakin keras begitu juga dengan gerakan pinggulnya, aku semakin bersemangat menjil*ti, dan sesekali aku menjepit it*lnya dengan kedua bib*rku, dan rupanya ini sangat membuat mpok Alfa terangs*ng, terbukti setiap kali aku menjepit it*lnya dengan bib*r, mpok Alfa mengejang dan mendes*h lebih keras.

“Sshh, aarrghhgghh, Wan, itu enak banget waan..”
Tapi, putaran pinggul mpok Alfa terhenti, sebagai gantinya, sesekali dia menghentakkan pant*tnya ke atas. Hentakan-hentakan ini membuat wajahku seperti mengangguk-angguk.

Er*ngannya semakin keras, dan tiba-tiba dia menjerit kecil, tubuhnya mengejang, pant*tnya diangkat keatas, sedangkan tangannya menekan kepalaku dengan kencang ke m*m*knya. Dan kurasakan di dalam m*m*k mpok Alfa ada cairan yang membanjir dan ada rasa gurih yang nikmat sekali pada l*dahku.

Desahan mpok Alfa seperti sedang menahan sakit. Tapi belakangan baru aku tahu bahwa ternyata mpok Alfa sedang mengalami org*sme. Dan pant*t mpok Alfa berputar pelan sambil terkadang terhentak keatas, dan tubuhnya meng*jang. Sementara itu, cairan yang membanjir keluar itu ada yang tertelan sedikit olehku, tapi setelah aku tahu bahwa rasanya enak, akupun menjil*ti sisa cairan yang masih mengalir keluar dari m*m*k mpok Alfa.


Mpok Alfa kembali menggeliat dan meng*rang seperti orang sedang menahan sakit. Kepalaku masih terjepit dip*hanya, dan mulutkupun masih terbenam di m*m*knya. Tapi aku tak peduli, aku menikmati sekali posisi ini. Dan tak ingin cepat-cepat melepaskannya.

Tak lama kemudian, mpok Alfa merenggangkan p*hanya sehingga kepalaku bisa bebas lagi. Kemudian mpok Alfa menarik tanganku. Aku mengikuti tarikannya, badanku sekarang menindih tubuhnya, kambali bib*r kami berpagutan. L*dah saling belit dalam gelora n*fsu kami.

Lalu mpok Alfa melepaskan c*umannya dan berkata, “Wan, terima kasih ya. Enak banget deh. Mpok puas. Ayo sekarang giliran mpok”.
Mpok Alfa bangun dari tidurnya dan akupun duduk. Dia mulai membuka pakaianku dimulai dari kemejaku. Setiap kali satu kancing baju terlepas, mpok Alfa mengecup bagian tubuhku yang terbuka.

Dan saat semua kancing sudah terlepas, mpok Alfa mulai menjil*ti d*d*ku, pent*lku dised*tnya. Aku merasakan sesuatu yang aneh namun membuatku semakin bern*fsu. Sambil menjil*ti bagian atas tubuhku, tangan mpok Alfa bekerja membuka celana panjangku dan melemparkannya ke lantai.

Sekarang aku hanya tinggal mengenakan C* saja. Mpok Alfa menyuruhku berbaring telentang. Aku menurut. Lalu C* ku diperosotkannya melalui kakiku, aku membantu dengan menaikkan kakiku sehingga mpok Alfa lebih mudah melepaskan C*ku. Dunia seperti terbalik rasanya saat tangan mpok Alfa mulai menggenggam t*titku dan mengelus serta meng*c*knya perlahan.

“Lumayan juga t*tit kamu Wan. Gede juga, keras lagi”. celetuk mpok Alfa.
Tak membuang waktu, mpok Alfa segera menurunkan wajahnya sehingga mulutnya menyentuh kepala t*titku. Dikecupnya kepala t*titku dengan lembut, kemudian dikeluarkannya l*dahnya, mulai menjil*ti kepala, lalu b*tang dan turun ke.. B*jiku.

Semua dilakukannya sambil meng*c*k t*titku dengan gerakan halus. L*dahnya bergerak turun naik dengan lincahnya membuatku semakin tidak terkendali. Aku mendes*h dan meng*rang merasakan kenikmatan dan sensasi yang mpok Alfa berikan. Sungguh luar biasa permainan l*dah mpok Alfa.


Setelah beberapa lama, mpok Alfa menghentikan l*dahnya. Rupanya dia sudah merasa bahwa tingkat er*ksiku sudah cukup untuk memulai permainan.
“Udah Wan, sekarang Irwan masukkin k*nt*l Irwan ke m*m*k mpok. Adduhh, mpok udah nggak sabar pengen disiram sama perjaka. Biar mpok awet muda Wan”. kata mpok Alfa.

Aku tak mengerti maksud mpok Alfa, tapi yang jelas, sekarang mpok Alfa kembali tiduran dan menyuruhku mulai mengambil posisi di atasnya. Mpok Alfa melebarkan kedua kakinya sehingga aku bisa masuk di antara kakinya itu. Kemudian mpok Alfa memegang t*titku dan mengarahkannya ke m*m*knya yang sudah menanti untuk kumasuki.

Mpok Alfa meletakkan t*titku di depan m*m*knya, kemudian berkata, “Nah, sekarang teken Wan”.
Aku tidak menunggu lebih lama lagi. Segera kutekan t*titku memasuki kegelapan m*m*k mpok Alfa. Kurasakan t*titku seperti dijepit daging yang sangat keras namun lembut dan kenyal, agak licin tapi sekaligus juga agak seret.

“Aagghh.. Pelan dulu Wan”, pinta mpok Alfa.
Saat kepala t*titku sudah masuk, mpok Alfa menggoyangkan pinggulnya sedikit, membuatku semakin mudah untuk memasukkan seluruh t*titku. Dan akhirnya terbenamlah sudah t*titku di dalam m*m*knya.

Jepitannya kuat sekali, namun ada kelicinan yang membuatku merasa seperti di dalam sorga. Kemudian mpok Alfa terdiam. DIa berkonsentrasi agaknya, karena tahu-tahu kurasakan t*titku seperti disedot oleh m*m*k mpok Alfa. Ya ampuun, rasanya mau meledak tubuhku merasakan denyutan di m*m*k mpok Alfa ini.

T*t*tku seperti dijepit dan tidak bisa kugerakkan. Seperti ada cincin yang mengikat t*titku di dalam m*m*k mpok Alfa. Aku agak bingung, karena aku tidak bisa bergerak sama sekali.
“Mpok, apa nih?” aku bertanya.
“Enak nggak Wan?” tanya mpok Alfa.

“Iya pok, enak banget. Apaan tuh tadi pok?” aku kembali bertanya.
Mpok Alfa tidak menjawab, hanya tersenyum penuh kebanggaan. Kemudian mpok Alfa melepaskan jepitan m*m*knya pada t*titku.
“Sekarang kamu gerakin keluar masuk t*tit kamu ya Wan”. perintah mpok Alfa.


Dan akupun mulai permainan sesungguhnya, kugerakkan t*titku keluar masuk di lorong kenikmatan mpok Alfa. Setiap gerakan yang kubuat menimbulkan sensasi yang luar biasa, baik untukku maupun untuk mpok Alfa. Mula-mula pelan saja gerakanku, tapi lama-lama, mungkin karena n*fsu yang semakin besar, gerakanku semakin cepat.

Dan mpok Alfa mengimbangi gerakanku dengan putaran pinggulnya yang mengombang-ambingkan tubuhku. Putaran pinggul mpok Alfa membuat seperti ada yang mau meledak dalam diriku.
“Hhgghh.. Oogghh.. Sshh, Waann. Kamu jago banget waann”.. des*h pok Alfa.

Aku tidak tahu apa maksudnya, namun pujiannya membuatku semakin memacu motorku menerobos kegelapan di lorong mpok Alfa. Lalu mpok menghentikan putaran pinggulnya dan melingkarkan kakinya ke kakiku sehingga kembali aku tidak bisa bergerak leluasa.

“Wan, sekarang kamu diem aja, kamu rasain aja mpot ayam mpok”. perintahnya.
Lagi, aku tak tahu apa maksudnya, namun mpok Alfa menc*um bib*rku dan l*dahnya mengajakku berpagutan kembali.
“Mpok udah mau keluar lagi nih wan, kita barengin ya sayang, mpok tanggung pasti enak deh”. kata mpok Alfa.

Tubuh mpok Alfa diam, namun kurasakan t*titku seperti dijepit dan dipijit dengan lembut, benar-benar luar biasa m*m*k mpok Alfa. Kembali desakan lahar dalam diriku menuntut dikeluarkan. Dan denyutan m*m*k mpok Alfa terus saja mengem*ti t*titku membuatku merem melek. Dan akhirnya aku benar-benar tidak kuat menahan lahar yang mendesak itu.

“Mpookk.. Adduuhh.. Sayaa..” aku tidak dapat meneruskan kata-kataku, tapi mpok Alfa rupanya mengerti bahwa aku sudah hampir mencapai klim*ksku.
“Tahan Wan, mpok juga mau nyampe nih, Barengin ya Wan”. kata mpok Alfa.

Aku tak peduli, karena aku tidak bisa menahannya, dengan er*ngan panjang, aku merasakan t*titku mengeras dan tubuhku mengejang. Kuhunjamkan t*titku dalam-dalam ke m*m*k mpok Alfa, dan menyemburlah lahar yang sudah mendesak dari tadi ke dalam m*m*k mpok Alfa.

“Mpookk.. Aagghh..” Croott Crroott Mpok Alfapun menjerit kecil dan tubuhnya menegang, tangannya memeluk dengan kuat. Di dalam kegelapan m*m*k mpok Alfa, semprotan air man*ku bercampur dengan banjirnya air m*ni mpok Alfa. Aku tak bisa mengungkapkan bagaimana enaknya sensasi yang kurasakan.


Pinggul mpok Alfa bergetar, dan menghentak dengan kerasnya. M*m*knya berdenyut-denyut, enak sekali. Banyak sekali lahar yang kumuntahkan di m*m*k mpok Alfa, ditambah lahar mpok Alfa, rupanya tidak mampu ditampung semuanya, sehingga sebagian meleleh keluar dari m*m*k mpok Alfa dan turun ke belahan pant*tnya.

Lama kami berdiam dalam posisi masih berpelukan, t*titku masih terbenam di m*m*k mpok Alfa. Tubuh kami bersimbah peluh, nafas kami masih memburu. Kemudian, mpok Alfa tersenyum, lalu menc*umku.
“Kamu hebat banget Wan. Baru pertama aja udah bisa bikin mpok puas. Gimana nanti kalo udah jago”. kata mpok Alfa.

“Pok, Ma kasih ya pok. Enak banget deh tadi pok”. kataku.
“Sama-sama Wan, mpok juga terima kasih udah dikasih perjaka kamu. Besok mau lagi nggak?” tantang mpok Alfa.
“Mau dong pok, siapa yang nggak mau m*m*k enak kayak gini”. jawabku sambil mengecup bib*rnya. Dan kamipun kembali berpagutan.



Rabu, 01 Januari 2025

AKSI SAUDARA TIRIKU SAAT AKU TERLELAP

 AKSI SAUDARA TIRIKU SAAT AKU TERLELAP

KASIR4D - Aksi Saudara Tiriku Saat Aku Terlelap  


Sudah dua tahun berlalu aku dan ibuku hidup bersama dengan ayah dan adik tiriku, Agung, yang umurnya tiga tahun lebih muda dariku. Kehidupan kami berjalan normal seperti layaknya keluarga bahagia. Aku pun yang saat itu sudah di semester enam kuliahku, diterima bekerja sebagai teller di sebuah bank swasta nasional papan atas.

Meskipun aku belum selesai kuliah, namun berkat penampilanku yang menarik dan keramah-tamahanku, aku bisa diterima di situ, sehingga aku pun berhak mengenakan pakaian seragam baju atas berwarna putih agak krem, dengan blazer merah yang sewarna dengan rokku yang ujungnya sedikit di atas lutut. Sampai suatu saat, tiba-tiba ibuku terkena serangan jantung.

Setelah diopname selama dua hari, ibuku wafat meninggalkan aku. Rasanya seperti langit runtuh menimpaku saat itu. Sejak itu, aku hanya tinggal bertiga dengan ayah tiriku dan Agung. Sepeninggal ibuku, sikap Agung dan ayahnya mulai berubah. Mereka berdua beberapa kali mulai bersikap kurang ajar terhadapku, terutama Agung.

Bahkan suatu hari saat aku ketiduran di sofa karena kecapaian bekerja di kantor, tanpa kusadari ia memasukkan tangannya ke dalam rok yang kupakai dan mer*ba p*ha dan selangk*nganku. Ketika aku terjaga dan memarahinya, Agung malah mengancamku. Kemudian ia bahkan melepaskan cel*na d*lamku. Tetapi untung saja, setelah itu ia tidak berbuat lebih jauh.


Ia hanya memandangi kew*nita*nku yang belum banyak ditumbuhi bulu sambil menelan air liurnya. Lalu ia pergi begitu saja meninggalkanku yang langsung saja merapikan pakaianku kembali. Selain itu, Agung sering kutangkap basah mengintip tubuhku yang b*gil sedang mandi melalui lubang angin kamar mandi. Aku masih berlapang dada menerima segala perlakuan itu.

Pada saat itu aku baru saja pulang kerja dari kantor. Ah, rasanya hari ini lelah sekali. Tadi di kantor seharian aku sibuk melayani nasabah-nasabah bank tempatku bekerja yang menarik uang secara besar-besaran. Entah karena apa, hari ini bank tempatku bekerja terkena rush. Ingin rasanya aku langsung mandi. Tetapi kulihat pintu kamar mandi tertutup dan sedang ada orang yang mandi di dalamnya.

Kubatalkan niatku untuk mandi. Kupikir sambil menunggu kamar mandi kosong, lebih baik aku berbaring dulu melepaskan penat di kamar. Akhirnya setelah melepas sepatu dan menanggalkan blazer yang kukenakan, aku pun langsung membaringkan tubuhku tengkurap di atas kasur di kamar tidurnya. Ah, terasa nikmatnya tidur di kasur yang demikian empuknya.

Tak terasa, karena rasa kantuk yang tak tertahankan lagi, aku pun tertidur tanpa sempat berubah posisi. Aku tak menyadari ada seseorang membuka pintu kamarku dengan perlahan-lahan, hampir tak menimbulkan suara. Orang itu lalu dengan mengendap-endap menghampiriku yang masih terlelap. Kemudian ia naik ke atas tempat tidur.

Tiba-tiba ia menindih tubuhku yang masih tengkurap, sementara tangannya meremas-remas bel*han pant*tku. Aku seketika itu juga bangun dan meronta-ronta sekuat tenaga. Namun orang itu lebih kuat, ia melepaskan rok yang kukenakan. Kemudian dengan secepat kilat, ia menyelipkan tangannya ke dalam cel*na d*lamku. Dengan ganasnya, ia meremas-remas gumpalan pant*tku yang montok.


Aku semakin memberontak sewaktu tangan orang itu mulai mempermainkan bibir kew*nita*nku dengan ahlinya. Sekali-sekali aku mendelik-delik saat jari telunjuknya dengan sengaja berulang kali menyentil-nyentil klit*risku. “Aahh! Jangaann! Aaahh…!” aku berteriak-teriak keras ketika orang itu menyodokkan jari telunjuk dan jari tengahnya sekaligus ke dalam kew*nita*nku yang masih sempit itu, setelah cel*na d*lamku ditanggalkannya.

Akan tetapi ia mengacuhkanku. Tanpa mempedulikan aku yang terus meronta-ronta sambil menjerit-jerit kesakitan, jari-jarinya terus-menerus merambahi l*bang kenikmatanku itu, semakin lama semakin tinggi intensitasnya. Aku bersyukur dalam hati waktu orang itu menghentikan perbuatan gilanya. Akan tetapi tampaknya itu tidak bertahan lama.

Dengan hentakan kasar, orang itu membalikkan tubuhku sehingga tertelentang menghadapnya. Aku terperanjat sekali mengetahui siapa orang itu sebenarnya.
“Agung… Kamu…” Agung hanya menyeringai buas.
“Eh, Nan. Sekarang elu boleh berteriak-teriak sepuasnya, tidak ada lagi orang yang bakalan menolong elu. Apalagi si nenek tua itu sudah mampus!”


Astaga Agung menyebut ibuku, ibu tirinya sendiri, sebagai nenek tua. K*parat.
“Agung! Jangan, Agung! Jangan lakukan ini! Gue kan kakak elu sendiri! Jangan!”
“Kakak? Denger, Nan. Gue tidak pernah nganggap elu kakak gue. Siapa suruh elu jadi kakak gue. Yang gue tau cuma papa gue kawin sama nenek tua, mama elu!”

“Agung!”
“Elu kan cewek, Nan. Papa udah ngebiayain elu hidup dan kuliah. Kan tidak ada salahnya gue sebagai anaknya ngewakilin dia untuk meminta imbalan dari elu. Bales budi dong!”
“Iya, Agung. Tapi bukan begini caranya!”

“Heh, yang gue butuhin cuman tubuh molek elu, tidak mau yang lain. Gue tidak mau tau, elu mau kasih apa tidak!”
“Errgh…” Aku tidak dapat berbuat apa-apa lagi. Mulut Agung secepat kilat memagut mulutku. Dengan memaksa ia melumat bibirku yang merekah itu, membuatku hampir tidak bisa bernafas.

Aku mencoba meronta-ronta melepaskan diri. Tapi cekalan tangan Agung jauh lebih kuat, membuatku tak berdaya. “Akh!” Agung kesakitan sewaktu kugigit lidahnya dengan cukup keras. Tapi, “Plak!” Ia menampar pipiku dengan keras, membuat mataku berkunang-kunang. Kugeleng-gelengkan kepalaku yang terasa seperti berputar-putar.

Tanpa mau membuang-buang waktu lagi, Agung mengeluarkan beberapa utas tali sepatu dari dalam saku celananya. Kemudian ia membentangkan kedua tanganku, dan mengikatnya masing-masing di ujung kiri dan kanan tempat tidur. Demikian juga kedua kakiku, tak luput diikatnya, sehingga tubuhku menjadi terpentang tak berdaya diikat di keempat arah.

Oleh karena kencangnya ikatannya itu, tubuhku tertarik cukup kencang, membuat dadaku tambah tegak membusung. Melihat pemandangan yang indah ini membuat mata Agung tambah menyalang-nyalang bern*fsu. Tangan Agung mencengkeram kerah blus yang kukenakan. Satu persatu dibukanya kancing penutup blusku. Setelah kancing-kancing blusku terbuka semua, ditariknya blusku itu ke atas.


Kemudian dengan sekali sentakan, ditariknya lepas tali pengikat B*-ku, sehingga b*ah d*d*ku yang membusung itu terhampar bebas di depannya.
“Wow! Elu punya t*ket bagus gini kok tidak bilang-bilang, Nan! Auum!” Agung langsung melahap b*ah d*d*ku yang ranum itu. Gelitikan-gelitikan lidahnya pada ujung put*ng s*s*ku membuatku menggerinjal-gerinjal kegelian.

Tapi aku tidak mampu berbuat apa-apa. Semakin keras aku meronta-ronta tampaknya ikatan tanganku semakin kencang. Sakit sekali rasanya tanganku ini. Jadi aku hanya membiarkan b*ah d*d* dan put*ng s*s*ku dil*mat Agung sebebas yang ia suka. Aku hanya bisa menengadahkan kepalaku menghadap langit-langit, memikirkan nasibku yang sial ini.

“Aaarrghh… Agung! Jangaannn..!” Lamunanku buyar ketika terasa sakit di selangk*nganku. Ternyata Agung mulai mengh*jamkan kem*luannya ke dalam kew*nita*nku. Tambah lama bertambah cepat, membuat tubuhku tersentak-sentak ke atas. Melihat aku yang sudah tergeletak pasrah, memberikan rangs*ngan yang lebih hebat lagi pada Agung.

Dengan sekuat tenaga ia menambah dorongan kem*luannya masuk-keluar dalam kew*nita*nku. Membuatku meronta-ronta tak karuan. “Urrgh…” Akhirnya Agung sudah tidak dapat menahan lagi gejolak n*fsu di dalam tubuhnya. Kem*luannya menyemprotkan cairan-cairan putih kental di dalam kew*nita*nku. Sebagian berceceran di atas sprei sewaktu ia mengeluarkan kem*luannya, bercampur dengan darah yang mengalir dari dalam kew*nita*nku, menandakan sel*put daraku sudah robek olehnya.

Karena kelelahan, tubuh Agung langsung tergolek di samping tubuhku yang bermandikan keringat dengan nafas terengah-engah.
“Braak!” Aku dan Agung terkejut mendengar pintu kamar terbuka ditendang cukup keras. Lega hatiku melihat siapa yang melakukannya.
“Papa!”


“Agung! Apa-apa sih kamu ini?! Cepat kamu bebaskan Sinan!”
Ah, akhirnya neraka jahanam ini berakhir juga, pikirku. Agung mematuhi perintah ayahnya. Segera dibukanya seluruh ikatan di tangan dan kakiku. Aku bangkit dan segera berlari menghambur ke arah ayah tiriku.

“Sudahlah, Nan. Maafin Agung ya. Itu kan sudah terjadi”, kata ayah tiriku menenangkan aku yang terus menangis dalam dekapannya.
“Tapi, Pa. Gimana nasib Sinan? Gimana, Pa? Aaahh… Papaa!” tangisanku berubah menjadi jeritan seketika itu juga tatkala ayah tiriku mengangkat tubuhku sedikit ke atas kemudian ia mengh*jamkan kem*luannya yang sudah dikeluarkannya dari dalam celananya ke dalam kew*nita*nku.

“Aaahh… Papaa… Jangaaan!” Aku meronta-ronta keras. Namun dekapan ayah tiriku yang begitu kencang membuat rontaanku itu tidak berarti apa-apa bagi dirinya. Ayah tiriku semakin ganas menyodok-nyodokkan kem*luannya ke dalam kew*nita*nku. Ah! Ayah dan anak sama saja, pikirku, begitu teganya mereka menyet*buhi anak dan kakak tiri mereka sendiri.

Aku menjerit panjang kesakitan sewaktu Agung yang sudah bangkit dari tempat tidur memasukkan kemaluannya ke dalam lubang an*sku. Aku merasakan rasa sakit yang hampir tak tertahankan lagi. Ayah dan kakak tiriku itu sama-sama menghunjam tubuhku yang tak berdaya dari kedua arah, depan dan belakang. Akibat kelelahan bercampur dengan kesakitan yang tak terhingga akhirnya aku tidak merasakan apa-apa lagi, tak sadarkan diri.


Aku sudah tidak ingat lagi apakah Agung dan ayahnya masih mengag*hiku atau tidak setelah itu. Beberapa bulan telah berlalu. Aku merasa mual dan berkali-kali muntah di kamar mandi. Akhirnya aku memeriksakan diriku ke dokter. Ternyata aku dinyatakan positif hamil. Hasil diagnosa dokter ini bagaikan gada raksasa yang menghantam wajahku.

Kunjungi Kami Di 

Website : cuekasir4d.com
WHAT'SAPP : +62 821-3639-2252
TELEGRAM : +62 821-1785-1681

👇Klik link di bawah👇


Aku mengandung? Kebingungan-kebingungan terus-menerus menyelimuti benakku. Aku tidak tahu secara pasti, siapa ayah dari anak yang sekarang ada di kandunganku ini. Ayah tiriku atau Agung. Hanya mereka berdua yang pernah menyetub*hiku. Aku bingung, apa status anak dalam kandunganku ini. Yang pasti ia adalah anakku. Lalu apakah ia juga sekaligus adikku alias anak ayah tiriku? Ataukah ia juga sekaligus keponakanku sebab ia adalah anak adik tiriku sendiri?,,,,,,,,,,,,,,



Selasa, 31 Desember 2024

PENEMUAN TERAKHIR DENGAN WANITA YANG KUCINTAI

 PENEMUAN TERAKHIR DENGAN WANITA YANG KUCINTAI


KASIR4D - Pertemuan Terakhir dengan Wanita yang Kucintai  


Hari itu biasa saja, tidak ada something spesial yang terjadi. Keesokan harinya, Mas Bagas mengajakku pergi makan dan jalan-jalan di mall. Eh.., ternyata dia mengajak ceweknya. Ternyata ceweknya ini kost cuma sekitar 300 meter dari rumah Mas Bagas. Namanya Yeni tapi pangg*lannya Yeyen. Anaknya cakep juga, masih kuliah, umurnya 21 tahun.

Kulitnya putih kekuningan meskipun keturunan Jawa tulen, tingginya sekitar 164 cm, beratnya 46 kg, tapi pinggulnya cukup besar, bodinya asyik juga, dan p*yud*ranya lebih besar dari rata-rata cewek Indonesia. So, dengan mobil Panther itu Mas Bagas dan Yeyen duduk berdua di depan sedangkan aku yang duduk di bagian tengah dicuekin oleh mereka. Kami berputar-putar di Tunjungan Plaza, makan di sebuah restoran sea food sampai kenyang lalu kembali lagi ke tempat kos Yeyen.

Lalu setelah mobil diparkir, kami bertiga masuk ke tempat kosnya dan langsung masuk kamarnya. Hmm.., sempat terpikir olehku, sebenarnya itu tempat kos cewek atau cowok, soalnya ada beberapa ciban yang nongkrong di situ. Di dalam kamar Yeyen, aku disetelin sebuah VCD p*rn*, sambil diberi coklat Silver Queen, sementara Mas Bagas dan Yeyen bermesraan berdua, berc*uman dan berc*mbu.

Ah.., aku juga sempat berkenalan dengan adik Yeyen yang bernama Lenny, yang mondar-mandir keluar masuk kamar. Lenny bertubuh lebih pendek dari Yeyen, lebih coklat kulitnya, dan bodinya lebih langsing, cuma sayangnya p*yud*ra dan pant*tnya juga lebih “tidak menantang” dibandingkan Yeyen.

Cuma yang lebih disayangkan lagi Lenny seorang per*kok berat dan hari itu dia sedang sakit tenggorokan. Setelah selesai menyetel VCD-nya sampai 45 menit non-stop, Aku matikan TV dan playernya. Eh, tiba-tiba Mas Bagas nyeletuk, “Don.., kasih waktu 5 menit, dong..?”

Aku sudah mulai merasakan gelagat kurang baik dari pasangan itu. Tapi ya terpaksa, aku melenggang keluar kamar, tapi baru sampai di pintu, aku lihat di ruang tamu banyak ciban yang lagi ngobrol dengan Lenny sambil mer*kok. kemudian akupun kembali ke kamar Yeyen.


Lalu aku berkata, “Ah tidak usah dech, aku di sini saja, lagi tidak mood ngobrol sama orang-orang itu. Lakuin saja deh, aku tidak ngeliat”. Terus terang saja Mas Bagas kaget, “Heh! Kon ‘jik cilik ngono kok..” (kamu itu masih kecil gitu kok). Kesel juga aku dibilang masih kecil.

Lalu aku berusaha meyakinkan mereka, “Jangan kuatir lah.., aku sudah biasa kok ngeliatin ginian..”
Akhirnya setelah beberapa perdebatan ringan dan berkat kelihaianku berdiplomasi mereka mengijinkan juga aku untuk di dalam kamar saja, tapi dengan syarat aku tidak boleh macam-macam apalagi melaporkan ke orang tuanya. Setelah pintu kukunci, aku cuma bersandar saja di pintu dengan perasaan gembira.

Mas Bagas lalu tidur telentang di ranjang, lalu Yeyen mulai jongkok di atasnya dan menc*umi wajah Mas Bagas, sedangkan Mas Bagas cuma diam saja, matanya merem, tangannya mengusap-usap punggung Yeyen. Sesekali Yeyen melihat ke arahku, mungkin memeriksa apakah aku mulai terangs*ng, dan memang benar aku terangs*ng.

Dan juga melihat gerakan Yeyen yang kelihatannya sudah “professional” dan c*uman-c*umannya yang ganas seperti di film **, sepertinya Yeyen ini bukan pertama kalinya mak*ng love. Yeyen mulai menc*umi Mas Bagas langsung ke mulutnya, dan beberapa kali mereka bersilat l*dah dan terlihat jelas karena jarakku dan jarak mereka berdua cuma sekitar 3 meter.

“Hmmhh.., hmmhh..”, mereka berc*uman sambil mendes*h-des*h, membuatku yang sejak tadi sudah tegang memikirkan hal yang tidak-tidak jadi semakin tegang saja. Setelah puas mel*mat bibir dan l*dah Mas Bagas, Yeyen mulai bergerak ke bawah, menc*umi dagunya, lalu lehernya.

Mas Bagas ketika itu mengenakan T-Sh*rt yang di bagian kerahnya cuma ada dua kancing, so karena Mas Bagas terlalu besar badannya (gemuk) maka Yeyen cuma menyingkapkannya dari bawah lalu menc*umi d*d*nya yang montok dan putih. Mas Bagas ini memang WNI Keturunan Cina.


“Hmmhh.., aduh Yen nikmat Yen..”, begitu rint*han Mas Bagas. Yeyen menc*uminya kadang cepat, lalu lambat, cepat lagi, memang sepertinya begitu style anak yang satu ini. Sedangkan aku semakin tidak tahan saja, kepingin juga d*d*ku dic*umin oleh cewek, uhh.., tapi aku masih menahan diri dan terus menempel pada pintu.

“Ihh.., hmmh.., hh.., ihh..”, Mas Bagas terus mendes*h sementara Yeyen mulai menc*umi perutnya, lalu pusarnya, sesekali Mas Bagas berteriak kecil kegelian. Karena aku sangat terangs*ng, aku mulai mer*ba-r*ba diriku sendiri. “Sialan!” pikirku, “Ngapain juga gitu ahh..

Akhirnya Yeyen mulai membuka risleting Mas Bagas, pertamanya pelan sekali, namun tiba-tiba “wrett” ditarik dengan cepat sekali sehingga Mas Bagas kaget, matanya terbuka sebentar, lalu tersenyum dan merem kembali, sedangkan kedua tangannya mengelus-elus rambut Yeyen.

Yeyen langsung memegang-megang kem*lu*n Mas Bagas dan digosok-gosok dengan tangannya dari luar, “Ahh.., hh.., Hmmhmh.., Ohh Yenn..”, Mas Bagas cuma bisa mendes*h. Lalu setelah puas menggosoknya dari luar, dia mulai menyingkap cel*na d*lam Mas Bagas dan tersembullah kem*lu*n Mas Bagas yang sudah tegang keluar dari sarangnya.

“Nylupp!”, Kem*luan Mas Bagas langsung dik*lum oleh Yeyen. Stylenya masih seperti tadi, kadang pelan, lalu cepat, kadang pelan, lalu cepat, bikin kaget saja ini anak main s*ksnya. Sementara Mas Bagas sibuk mer*mas-r*mas rambut Yeyen saking enaknya, aku yang tidak kuasa menahan n*fsu sibuk mer*mas-r*mas kem*lu*nku sendiri sambil tetap bersadar di pintu.

Ahh.., aku benar-benar merasa serba salah waktu itu, dan mereka tidak mengacuhkanku sama sekali. Dasar.., Yang membuataku nyaris tertawa karena kem*lu*n Mas Bagas yang sepertinya keseretan gara-gara Yeyen tidak melepaskan cel*na d*lam Mas Bagas terlalu ke bawah, jadi seperti tercekik dech.



“Ehmm.., Ehmm..” Mungkin sekitar 5 menit Yeyen meng*lum kem*lu*n Mas Bagas, ternyata selama itu juga dia belum keluar sama sekali, Yeyen bilang, “Zan.., sekarang giliran kamu yach?” Mas Bagas cuma tersenyum, lalu dia bangkit sambil melepaskan celana panjang dan cel*na d*lamnya, sedangkan Yeyen sekarang yang ganti tiduran, lalu memejamkan mata.

Sedangkan aku benar-benar kebingungan dan tidak tahu mau berbuat apa, aku benar-benar pingin buka baju dan join dengan mereka tapi ahh.., kacau sekali pikiranku ketika itu. Mas Bagas mulai melakukan persis apa yang dia lakukan ke Yeyen sebelumnya.

Nyaris persis sama, aku sampai heran apa memang sudah janjian ya mereka. Mas Bagas mulai menc*um bibir Yeyen, cuma Mas Bagas menc*umnya dengan stabil, pelan terus, berbeda dengan Yeyen yang style s*ksnya aku akui lumayan unik. “Hmmh.., mymmynm..”, Sayang Mas Bagas sepertinya tidak profesional, cara menc*umnya walau pelan, terlalu tergesa menuju ke bawah.

Yeyen mencoba melepaskan t-sh*rt Mas Bagas, lalu Mas Bagas langsung melepasnya dan meletakkan di sebelahnya. Mas Bagas pun mulai menc*umi leher Yeyen. Sementara tangannya mer*ba-r*ba p*yud*ra Yeyen yang aduhai, “Hmhmhhm.., Hmhmhmh..” Mereka berdua terus mendes*h keenakan.

Aduh, pemandangan yang cukup menggelikan sekaligus mengga*rahkan itu benar-benar membuatku kewalahan pada diriku sendiri, diam-diam aku mulai melepaskan t-sh*rt yang kupakai dan mengger*yangi tubuhku sendiri. Mas Bagas mulai tidak sabar dan langsung mencopoti kancing demi kancing yang ada di kemeja yang dikenakan Yeyen.

Tersembullah p*yud*ra Yeyen yang begitu aduhai, putih mulus sekali seperti p*yud*ra Chinese, Yeyen segera mengangkat punggungnya, lalu Mas Bagas mencopot kancing **-nya yang berwarna krem. Wah.., p*yud*ra Yeyen benar-benar besar dan mengga*rahkan dengan p*ting s*s*nya yang tebal dan berwarna coklat tua.

“Ahh.., Hmm.., Hmm..”, Mereka berdua saling melenguh setiap kali Mas Bagas memainkan lid*hnya di atas p*yud*ra dan p*ting s*s* Yeyen. “Hmmh.., Hmhh..”, Setelah puas mel*mat p*ting s*s* Yeyen bergantian, Mas Bagas akhirnya menjil*ti perut Yeyen dan ingin melepaskan roknya.

Yeyen mengangkat pant*tnya, lalu Mas Bagas membuka risleting r*knya dan pelan-pelan melepaskan r*k yang dipakai Yeyen. Setelah sampai di lutut, Mas Bagas berhenti dan langsung menc*umi kem*lu*n Yeyen yang masih tertutup cel*na d*lam itu dengan cepat dan g*nas.

“Ahh.., Ahh..”, Yeyen meng*rang dan mendes*h keras keenakan. Aku yang sejak tadi terangs*ng menjadi semakin terangs*ng mendengar des*han Yeyen yang sangat mengga*rahkan, membuatku tidak tahan dan mulai memegangi kem*lu*nku sendiri, menggesek-gesekkannya dengan tanganku.


Akhirnya Mas Bagas melepaskan cel*na d*lam Yeyen dan langsung menc*umi kem*lu*nnya dengan g*nas sekali. Rambut di kem*lu*n Yeyen cukup tipis, sehingga memudahkan Mas Bagas menjil*tinya sepuasnya. Sesekali kudengar “Slurrp.., slurrp..”, sepertinya Mas Bagas suka sekali menyedot kem*lu*n Yeyen.

“Ahh.., Zan.., Ahh.., Zan.., Enak Zan..”, des*han Yeyen semakin keras saja karena merasa nikmat, seakan tidak peduli kalau terdengar orang di luar. Tidak berapa lama kemudian, Mas Bagas berhenti lalu bertanya, “Yen, boleh sekarang?” Sambil tetap merem, Yeyen cuma tersenyum dan mengangguk.

“Pelan-pelan yach..”, bisik Yeyen mesra. Kemudian Mas Bagas memasukkan pen*snya ke dalam kem*lu*n Yeyen, “Uh.., uhh.., Ahh..”, Sedikit kesulitan yang mereka hadapi, sekarang Mas Bagas sudah mulai asyik menggesek-gesekkan pen*snya dalam v*gin* Yeyen. “Ahh.., ahh.., aduh.., ahh..”,

Mereka berdua saling mendes*h sambil terus melanjutkan permainannya. Yeyen masih tetap dengan stylenya, kadang menarikan pinggulnya pelan-pelan, lalu cepat, pelan lagi. “Ahh.., Ahh.., Ahh..”, Mas Bagas memaju-mundurkan badannya pelan-pelan sedangkan Yeyen asyik menggoyang-goyangkan pinggulnya dengan tempo yang tidak beraturan.

Aku jadi semakin tidak tahan melihat apa yang mereka lakukan, aku segera berjalan menuju kamar mandi, langsung kulepas celana panjang dan cel*na d*lamku dan kugesek-gesek kem*lu*nku sendiri cepat-cepat.
“Ahh.., Hmmh.., Ahh..”, Aku mendes*h-des*h kecil dengan apa yang kulakukan terhadap diriku sendiri.

Lalu.., “aahh..”, Aku org*sme, sp*rmaku semuanya terjatuh di lantai kamar mandi. Tubuhku rasanya nikmat sekali beberapa saat, lalu terasa lemas dan sepertinya aku merasa bersalah telah melakukannya. Aku segera menyiram ceceran sp*rma di lantai kamar mandi, melepas seluruh bajuku dan mandi.

Setelah segar, aku hampir tidak percaya waktu keluar ternyata mereka masih saja bermesraan bers*tubuh. Aku langsung berjalan keluar kamar, sedangkan mereka tidak menghiraukanku sama sekali, benar-benar g*la..!
Di luar, aku duduk-duduk saja di ruang tamu sambil ngobrol dengan Lenny dan teman-temannya yang kebetulan ciban semua.


Mereka menawariku rokok tapi aku tolak. Setelah beberapa menit melakukan percakapan yang membosankan dan bikin mual, aku cuek saja dan asyik melihat TV, sambil menunggu Mas Bagas dan Yeyen selesai melakukan aktivitasnya. Menit demi menit berlalu, g*la.., lama sekali.

Sekitar satu jam kemudian, muncullah mereka berdua dari pintu kamar Yeyen. “Gilaa..”, pikirku, lama sekali mereka begituan. Mas Bagas dan Yeyen tersenyum geli pertama kali melihatku, mungkin mereka menganggap tingkahku di dalam kamar tadi lucu, lalu Mas Bagas bertanya.

“Don, kamu mau ikut renang?”.
“Mau sich.., tapi aku tidak bawa celana renang tuch..”, jawabku agak kecewa.
“Tidak pa-pa kok, ntar kita bisa pinjam celana renang di sana..”.

Ya sudah, akhirnya jadi dech.., Setelah berpamitan, Mas Bagas dan aku pulang. Di rumah kami langsung mempersiapkan segala kebutuhan renangnya. Jam menunjukkan sekitar pukul 16.30, kami bersiap pergi. Tepat waktu Mas Bagas hendak menyalakan mobil, ada suara teriakan.

Ternyata sepupu Mas Bagas, “Mobilnya mau dibawa papanya lho..”, katanya.
“Sial!” gerutu Mas Bagas.
Terus akhirnya Mas Bagas telepon taksi, beberapa menit kemudian datang, lalu kami ke tempat kos Yeyen dulu untuk menjemput Yeyen.

Eh, ternyata tidak hanya Yeyen yang ikut, tapi adiknya, Lenny, diajak serta. Aku tanya pada Lenny,
“Lho, kok kamu ikut, katanya sakit tenggorokan. Nanti ikut renang?”.
“Iya dong.., tidak Papa, nemenin Yeyen nich..” jawabnya enteng.
Wah, nekat juga ini anak, pikirku.

Taksi kami langsung meluncur ke Graha Residen, di sana ada kolam renangnya yang cukup besar dan ramai, termasuk para turis. Yeyen, Lenny, dan aku yang belum bisa berenang cuma berputar-putar saja di pinggiran, sedangkan Mas Bagas berkelana ke sana ke mari dengan bebasnya.

Waktu ada kesempatan, aku tanya pada Mas Bagas soal Yeyen. Ternyata dia baru kenal Yeyen dua minggu, dan pertemuan pertamanya di kolam renang. Seminggu kemudian mereka langsung pacaran, lalu besoknya mereka melakukan hub*ngan badan.

Mas Bagas baru pertama kali itu bersengg*ma, sedangkan Yeyen sepertinya sudah berkali-kali, soalnya kata Mas Bagas, Yeyen sudah tidak per*wan lagi. Mas Bagas juga bilang, “Kata Yeyen tuh si Lenny masih per*wan, dianya agak menyesal juga pacaran sama Yeyen, bukan sama Lenny yang masih per*wan”.

Aku sempat ngobrol juga sama Lenny, yang sepertinya cuma bersandar saja di pinggiran. Sekitar jam 19.00 kami selesai renang dalam keadaan menggigil kedinginan, lalu setelah itu memanggil taksi Zebra, karena entah kenapa, Graha Residen hanya menyediakan taksi Zebra.

Tidak kuduga, ternyata taksinya lama sekali datangnya, kami ngobrol-ngobrol lama juga. Mas Bagas asyik ngobrol dengan Yeyen, sedangkan Lenny yang kelihatannya dicuekin mulai kuajak ngobrol. Ternyata Lenny ini masih SMU kelas 2. Selain suka r*kok, katanya dia juga suka min*man k*ras.

Hmm, aku jadi mikir apakah dia juga suka obat-obatan dan.., free s*ks. Tapi aku tidak berani menanyakannya, terlalu dini ah. cuma yang aku perhatikan, Lenny agak tersipu-sipu menjawab pertanyaanku, dan dia tidak berani menatapku secara langsung, malah sepertinya menunduk terus. Good sign, pikirku.


Mungkin sekitar setengah jam kemudian baru taksinya datang. Lama banget sich.. Akhirnya sampai juga, setelah mengantarkan Yeyen dan Lenny, saya dan Mas Bagas pulang. Aku asyik memikirkan pengalamanku barusan, memperhatikan orang melakukan hubungan s*ks.

Sekitar jam 20.30, Mas Bagas mengajakku pergi, mau mengembalikan VCD. Ya sudah, aku ikut saja, siapa tahu diajak makan juga, berhubung perutku mulai lapar nich. Walau naik sepeda motor, kami tidak pakai helm, katanya tempat persewaan VCD-nya dekat.

Eh, ternyata memang dekat sekali dan tidak melewati jalan raya. Setelah itu Mas Bagas bertanya, “Don, aku mau mampir ke tempat Yeyen nich.. Kamu ikut tidak?”. Walau perutku agak keroncongan, berhubung aku “kangen” juga sama Lenny, pingin ngerjain gitu, akhirnya aku setuju.

Sesampainya di sana, ternyata banyak orang nongkrong di ruang tamu rumah kos itu. Uniknya, yang cewek cuma dua, Yeyen dan Lenny, lainnya ciban semua, ada 4 orang. Aneh sekali, pikirku. Begitu sampai, Mas Bagas langsung berc*uman dengan Yeyen lalu mereka langsung masuk kamar dan.., klik, Aduh.., mau ngapain lagi mereka, g*la bener..

Terpaksa, karena aku sudah telanjur di sana, aku ngobrol dengan orang-orang di situ. Aku sebetulnya lebih suka mengobrol dengan Lenny, tapi sayang teman-temannya selalu menggangguku. “Ih kamu ganteng dech, kita main s*ks yuk..”. Agak senang juga aku dipuji tapi main s*ks dengan mereka, mimpi saja tidak.

Lalu akhirnya aku punya ide, aku tanya Lenny,
“Kamu satu kamar sama Yeyen, yach?”
“Tidak tuch, aku sewa kamar sendiri”, jawabnya.
Kebetulan, pikirku, “Hmm.., di mana tuch, aku lihat dong..”

Sesuai perkiraanku, akhirnya dia mau menunjukkan kamarnya. Kamarnya persis di depan kamar Yeyen, dan lebih tidak rapi dibanding kamar Yeyen. Sambil pura-pura mengamati kamarnya, aku lalu menutup pintu agar dia tidak curiga, aku langsung bertanya padanya, “Kamu suka tinggal di sini?”.

Lalu akhirnya kami ngobrol dan bercanda di atas ranjangnya, bersandar di tembok. Seperti yang kuduga, dia masih terus menunduk tersipu-sipu menjawab pertanyaanku, tidak seperti waktu dia ngobrol dengan teman-temannya, menguatkan istingku kalau sebetulnya dia suka padaku.

Di tengah-tengah obrolan, aku tanya,
“Lenny, kamu kan suka nger*kok, apa tidak dimarahi cowokmu tuh?”.
Dia tertawa kecil, lalu menjawab, “Suka-suka aku dong, Don, aku belum punya cowo tuch..”.

Ahh.., kebetulan sekali, pikirku, lalu aku menggodanya,
“Ah masa..? Aku tidak percaya ah.., Kamu kan cantik.., pasti banyak cowok yang ngelirik kamu..”
Rupanya dia agak GR juga dengan pujianku, lalu sambil ketawa lirih dia cuma bilang, “Ah kamu..”.

“Iya bener lhoh..” Dia diam sebentar, lalu dia menoleh ke arahku, dan mulai memandangku. Aku menatapnya, lalu aku tersenyum. Kami berpandangan beberapa saat. Hmm, betapa cantiknya dia, pikirku. Merasa ada kesempatan, segera kuarahkan tangan kananku pelan-pelan ke tangan kirinya, lalu kugenggam dan kur*mas pelan-pelan.

Dia agak kaget dan menghela napas panjang, seolah tidak tahu apa yang harus dia lakukan. Pelan-pelan pula, badanku kuhadapkan ke arahnya dan kutaruh tangan kiriku di pinggangnya, lalu wajahku mulai mendekati wajahnya. Aku mulai bisa merasakan nafasnya yang semakin cepat dan tidak beraturan.

Akhirnya dia memejamkan mata, lalu kuc*um lembut keningnya, lalu pipi kanannya, lalu pipi kirinya. Aku terdiam sebentar. Matanya masih tetap terpejam. lalu perlahan-lahan kuc*um bibirnya yang lembut itu. Dia membalas dengan menggerak-gerakkan mulutnya. Aku memeluknya, lalu kami saling meng*lum bibir, lalu memainkan l*dah.., Hmm nikmat sekali.

Beberapa saat kemudian, aku hentikan permainan bib*r itu lalu aku terdiam. Matanya terbuka, tatap matanya serasa seperti bertanya-tanya. Lalu aku menc*umi bibirnya lagi sambil pelan-pelan merebahkannya di atas ranjang. Dia menurut saja, membuatku semakin bern*fsu.

Lalu aku c*um dia pelan-pelan sedangkan tanganku mer*ba-r*ba dan mer*mas-r*mas p*yud*ranya yang cukup besar, “Emhh.., Emh..” dia cuma melenguh saja membuat ga*rahku menjadi semakin naik saja. Segera kusingkapkan T-Sh*rt yang dipakainya ke atas, lalu kuc*umi dan kujil*ti d*d*nya yang aduhai itu,



“Ahh.., Emhh..”, badannya bergoyang-goyang kecil, membuat n*fsuku semakin naik. Waktu mau kubuka kancing **-nya, dia mengangkat badannya sehingga memudahkanku, lalu kujil*ti p*tingnya dan kuhis*p-his*p selama beberapa menit, “Emhh.., Ahh.., Ahh..”

Aku sudah tidak tahan lagi, langsung kubuka celana panjangnya lalu kupelorotkan, kujil*ti kem*lu*nnya dari luar sebentar, lalu segera kupelorotkan juga. Hmm.., ternyata rambut kem*lu*nnya masih lebat, jauh lebih lebat daripada kakaknya, sedangkan lub*ng kem*lu*nnya masih sangat rapat.

Ahh.., baru percaya aku kalau dia masih per*wan. Kujil*ti cl*toris v*gin*nya yang sangat mengga*rahkan itu, dia terengah-engah, “Ahh.., Ahh..”, dan sesekali tubuhnya menggel*njang. Kuhis*p-his*p dan kujil*ti bagian dalam lub*ngnya. Hmm.., nikmat sekali, cair*n yang keluar langsung saja kutelan.

Aku sudah tidak sabar lagi, tidak sampai 5 menit aku menjil*ti v*gin*nya, segera kupelorotkan celana panjang dan cel*na d*lamku lalu pelan-pelan kumasukkan pen*sku ke dalam lub*ng sengg*ma Lenny. Uhh.., agak sulit juga tapi berhubung cair*nnya sudah cukup banyak, akhirnya masuk juga, kurasakan ada sesuatu yang menghalangi laju pen*sku, sepertinya sel*put dar*nya namun kuteruskan saja pelan-pelan.

“Aduh!”, pekiknya. “Lenny, sakit ya? Tahan ya..”, Aku terdiam sebentar, menunggu agar sakitnya hilang, lalu mulai kumasukkan lebih dalam lagi pelan-pelan. “Lenny, masih sakit..?”. “Iya.., tapi sudah agak.., ahh..”, Pelan-pelan sekali kumaju-mundurkan pen*sku di dalam v*gin*nya.

Hmm, benar-benar nikmat.., benar-benar rapat sekali v*gin*nya, menjepit pen*sku yang merasa keenakan. “Ahh.., ahh.., hmmhh..” akhirnya dia mulai merasa nikmat, aku jadi berani mempercepat gerakanku. “Ahh.., Ahh.., Ahh..” Mungkin cuma sekitar 3 menit, dia sudah mulai terangs*ng sekali.

”Ah.., Don.., Ah Don.., Aku sepertinya mau.., ahh..”, Sepertinya dia mau org*sme, akhirnya kupercepat gerakanku dan, “Ahh.., Ahh nikmat Don.., aduh nikmat sekali Don..”. Aku belum org*sme, lalu kutarik pen*sku dan kugesek-gesek sendiri dengan cepat dengan tanganku. “Ahh..”, akhirnya aku org*sme juga, sp*rmaku bertebaran di perutnya.

Setelah kami membersihkan sp*rmaku, kami mandi bersama-sama, setelah itu kami ngobrol-ngobrol juga di atas ranjang, sambil bermesraan layaknya orang pacaran. Tapi sungguHPun begitu, aku tidak mencintai dia sama sekali dan tidak menganggapnya sebagai pacar, walaupun sebetulnya aku sendiri juga belum punya pacar, jahat juga yah aku.

Beberapa puluh menit kemudian pintu diketuk oleh Mas Bagas dan akhirnya kamipun pulang, sampai di rumah sudah sekitar jam 11 malam. Begitu melelahkan.., namun begitu nikmat. Aku baru bisa tidur sekitar jam 2 pagi, entahlah, membayangkan macam-macam.

Kunjungi Kami Di 

Website : cuekasir4d.com
WHAT'SAPP : +62 821-3639-2252
TELEGRAM : +62 821-1785-1681

👇Klik link di bawah👇


Semenjak itu aku sudah tidak pernah lagi bertemu dengannya, pernah aku mencoba meneleponnya tapi karena ada gangguan Telkom (suara tidak jelas, crosstalk) maka terpaksa tidak dilanjutkan, dan aku tidak pernah meneleponnya lagi. Tanggal 26 Mei kemarin aku pulang ke kota K. Mungkin nanti awal Juni aku mau ke Surabaya lagi, bertemu dengan dia. “Ahh..”, akan kunantikan saat itu



Senin, 30 Desember 2024

SEKRETARIS YANG MENGGODAKU DI SETIAP KESEMPATAN

 SEKRETARIS YANG MENGGODAKU DI SETIAP KESEMPATAN


KASIR4D - Sekretaris yang Menggodaku di Setiap Kesempatan  


Sebuah kisah yang telah ku alami sendiri, cerita ini berawal dari pekerjaan ku yang sangat padat. Perkenalkan sebut saja aku Didi, awal cerita… dikarenakan perkerjaan ku yang sangat sibuk di kantor, sehingga saat dikantor aku tidak kenal waktu jam kerja..

Mungkin aku tidak menyadari bahwa selama ini sekertaris ku sering menggoda aku dengan cara2 yang kadang tidak masuk akal, tapi dikarenakan sibuk nya pekerjaan ku selama ini aku tidak hirau kan sekertarisku ini. Padahal sekertarisku ini sudah menikah, tetapi belum dikarunia anak.

Ya mungkin dia belum ingin mempunyai anak terlebih dahulu.. Singkat cerita pada suatu hari, saat itu kerjaan ku kembali menumpuk dan belum lagi ada project baru yang akan masuk. aq meminta sekertarisku itu untuk lembur membatu ku menyiapkan semua materi untuk perentasi di depan clien baru besok.

Disaat anak2 buahku sudah pulang semua, tinggal alah dikantor hanya aku dan sekertarisku ini. Pekerjaan ini membuatku sangat pusing, aku meminta tolong kepada sekertarisku ini(panggil saja Nanda) untuk membelikan ku minumat softdrink di luar kantor yang kebetulan berdekatan dengan sebuah supermarket.

Ntah apa yang tersirat dipikiran Nanda ini, disaat aq sedang sibuk2 nya dengan pekerjaan itu dan kepalaku sudah mulai mumet dengan semua pekerjaan itu, dia masuk keruangan ku dengan membawa sekantung plastik belanjaan dengan tanpa busana sama sekali.


Aku terkejut seketika, dalam pikiranku apakah ini sungguh kenyataan apa yang ada didepan mataku, beberapa x aku mengkucek2 mataku tanda aq masih blm percaya apa yang ada dihadapanku ini. Aku hanya bisa terpana dengan kemolekan tubuh Nanda yang selama ini tidak pernah aku perhatikan,

Kalau menurut aku Nanda itu orangnya lumayan cantik, dengan tubuh yang tinggi sekitar 160n dan ukuran D*D* sekitar 36c dan pant*t yang besar sehingga jika berjalan seperti bebek saja(hehehee..). Disaat itu aku masih terperanga tak bisa berkata apa2, dan tubuhku kaku seketika.

Tiba tiba dia mendakati ku dengan wajah yang penuh n*fsu, seperti n*fsu yang tidak pernah tersampaikan saja.. Aku hanya bengong melihat dia berjalan ke arah ku dan lalu dia duduk tepat dipangkuanku yang mana d*d* nya itu menempel tepat dimukaku, lalu dia bebisik pelan di telingaku

“Pak Aku Sudah Lama Memperhatikan Bapak dan Selalu Memancing-Mancing Bapak Agar Bapak Bisa Melihatku, Tpi Bapak Terlalu Sibuk Dengan Pekerjaan. Aku Sangat Bern*fsu Kepada Bapak”
Serontak aq menjawab,”Maaf Nanda selama ini aku tidak memperhatikanmu dikarenakan perkerjaan yang sangat padat”,

Lalu dia menjawab dengan nada yang penuh n*fsu “Pak mau aku servis ga pak malam ini, karna sudah beberapa hari aku tidak dapat jatah dari suamiku”.
Lalu aku berfikir betapah bodohnya aku ini selama ini yg slalu menghiraukan sekretarisku yg s*xy nan men*fsukan ini, tanpa panjang lebar aku langsung saja meny*dot put*ng Nanda yang lumayan besar itu.


Nanda pun mendes*h karna sed*taku yang membuat dia semakin berga*rah, dan tanganku sambil mer*mas2 pant*t Nanda yang sebar itu. Sekitar 5 menitan Nanda pun bangun dari pangkuanku lalu duduk diatas meja kerjaku dengan selangk*ngan yg menganga didepan mataku,

Aku melihat sebuah v*gina yang kecoklatan yang di tumbuhi sedikit bulu2 yang dia rawat sehingga terlihat semakin s*xy v*gina Nanda itu, Tanpa berfikir panjang aku langsung tanjap gas untuk mej*lati v*gina yang menantangku tuh merajanginya itu.

Dan Nanda pun mendes*h sambil menekan kepalaku dengan kedua tangannya agar aku tidak menghenikan jil*tan2 kenikmata itu. Belum lama kumainkan l*dahku dikem*lu*n Nanda itu dia langsung sampai titik puncaknya yang mana kleluarlah cairan asin dari v*gina Nanda itu.

Setelah Nanda mencapai puncaknya dia pun bangun dari mejaku lalu melucuti clana ku, diraihnya pen*s ku yang sudah membesar lalu dia mainkan jari jemari lentiknya dikesitar ujung pen*sku ini, tak lama kemudia dia memasukkan pen*sku kedalam mulutnya yang s*xy tersebut.

Aku pun dibuat tak berdaya disaat b*ji ku ini dis*dot dan dijil*t sampai aku mendes*h lumayan keras “Terus Nanda, jgn hentikan permainanmu ini” serntak kata yg terucap dari mulutku. sekitar 10-15 menit Nanda terus memainkan pen*sku kedalam mulutnya dan sesekali meng*c*knya juga sampai batasnya,

Aku mulai merasakan bahwa sebentar lagi akan ada yang keluar dari mulut pen*s ku ini, disaat aq ingin keluar Nandapun berkata “Pak ayo keluarin pak, aku ingin sekali meminum cairan sp*rma bapak ini”, tak lama setelah dia berbicara langsung saja keluarlah cairan sp*rma dari mulut k*nt*l ku yang masih ada didalam mulut Nanda,

Entah karna aku blm berc*nta bebrpa hari dengan istriku atau memang aq yang lagi subur, cairan sp*rma yang aku keluarkan sampai tidak muat dimulut Nanda. Setelah aq mencapai kl*max nanda pun menelan sp*rmaku dengan perlahan lalu melanjutkan mengh*sap k*nt*lku yang mulai melayu itu,


Mungkin jari jemari Nanda yang mungil atau kelihaian dia yg membuat K*nt*lku keras kembali,setelah bebrapa menit kemudian Nanda berkata kepadaku “Pak ayo masukan kedalam mem*kku pak, mem*kku sudah tak tahan lagi pak untuk dimasukan k*nt*l bapak ini”,

Langsung lah dia kurebahkan diatas meja kerjaku lalu kubuat dia meng*ngk*ng selebar mungkin hingga kakinya hampir selebar bentangan tangan. Kulihat mem*k Nanda yang kering lalu kujil*ti terlebih dahulu agar mudah memasukan k*nt*lku ini, kujil*ti terus mem*k Nanda yang mulai membasah kembali karna air liurku yang bercampur cairan yg keluar dari mem*k Nanda.

Nanda pun terus mengiringih dan mendes*h saat ku s*dot kl*toris nya yang mungil itu “ooohhh… Pak terus jangan hentikan sekrang pak, aku mau keluar pak” ucapan yg keluar dari mulut Nanda dengan nada mendes*h. Sekitar 5-10 menit aq maikan l*dah ku dan jari ku di mem*k Nanda, sampailah Nanda pada puncak organisme nya yg ke 2.

Setelah dia mulai kelelahan karna sudah 2x ber organisme aku langsung saja tancapkan dengan perlahan k*nt*l ku yg sudah mengeras dari tadi, kumasukan dengan perlahan agar dia tidak menjerit terlalu keras karna tkt ada security yang lewat untuk mengejek apakah kantor masih ada orang,

Nanda pun Mendes*h kembali “OOOHHHhhhh, Pelan2 pak…” dengan nada yg agak tinggi sambil mendes*h. ku goyangkan k*nt*lku maju mundur denga perlahan dan Nanda pun menyeimbangi dengan menggoyangkan pinggulnya agar permainan semakin asik.

Sekitar 15 menit aku ng*nt*t dengan gaya dia terlentang, entah mengapa k*nt*lku berkedut2 kembali seakan akan memuntahkan kembali sprema dari dalam k*nt*lku,Mungkin karna lobang mem*k Nanda yang menurutku masih agak sempit karna tidak semua k*nt*lku bisa menancap masuk kedalam v*gina Nanda yg sesekali aq merasakan ujung k*nt*lku menyentuh dinding rahim Nanda,

Nanda terus menggoyangkan pinggulnya sambil sesekali tangannya memainkan put*ngnya yg mengeras itu. Hingga sampai batas aq sangat tidak tahan lagi ingin mengeluarkan sp*rma yg sudah ingin sekali keluar itu aku bertanya kepada Nanda yang terus mendes*h ga karuan itu

“Nan mau dikeluarin dimulut lagi atau bagaimana?”
Nanda pun menjawab “Keluarkan didalam saja pak… ayo cepat keluarkan pak” sambil mendes*h….
Tanpa pikir panjang dikarenakan sudah taktahan lagi, lagsung saja aku tekan dalam2 k*nt*lku hingga benar2 mentok di dalam mem*k Nanda ini lalu aq semprotkan sp*rma ku di dalam rah*mnya tersebut, hangat..


Lemas bercampur dengan kepuasan yg aku rasakan. tapi aq tkt nanda hamil karna aq tidak tau apakah nanda KB atau tidak, ya pikir masa bodo saja lah aq. Setelah keluar aku ingin mencabut k*nt*lku ini dari mem*k Nanda karna sudah mulai mengecil,tpi Nanda menahanku dengan memeluk badanaku dengan erat sambil sesekali aq merasakan seperti ada yg menyedot k*nt*l ku didalam mem*k Nanda sekertarisku yg nikmat ini.

Lalu dia berisik kepadaku “Pak sebelum kita pulang nanti, kita main sekali lagi ya pak dengan gaya yang berbeda”,
Sontak kujawab “Iya Nanda, nanti kita main lagi.. dan akan kita lanjutkan terus di kemudian hari disaat ada kesempatan OK” sambil bib*rku menc*umi bib*r Nanda yg tipis itu.

Setelah 10 menit dari keluarnya sp*rma ku yg ke 2 kami segera membersihkan sisa2 cairan hasil dari ng*nt*t kami yg berceceran diatas meja kerjaku. Tak terasa waktu sudah menunjukkan jam 9 mlm, aq kembali mengerjakan pekerjaan ku ini tanpa busana dikarenakan besok sudah harus selesai.

Nanda pun menemaniku sambil memeluku dari belakan yg sesekali jail memainkan l*dahnya ke telingaku. Setelah jam 10:20 mlm selesai juga pekerjaan ku dan mulai lah aku beres2 karna waktu sudah mulai malam, mungkin Nanda ingin menagih janji ku yang tadi Nanda terus menggangu ku disaat aq sedang beres2 kerjaan dia sesekali memegang k*nt*lku yg sudah lems ini.

“Akhirnya selesai juga perkerjaan ku ini” sapa ku kepada Nanda,
Lalu Nanda pun berkata balik kepadaku “Berarti bisa kita mulai lagi dong pak permainan nya” dgn nada nakal nya.
Aku bingung kepada Nanda, dan berkata kepada diri sendiri didalam hati

“Nih cewe udah merid masih mau berhubungan *nt*m sma aku, mang suaminya ga bsa muasin dia apa yah”, sentak aq jawab perkataan dari Nanda “mang km ga dicariin suami nanti plng mlm gini, dan kenapa kamu bgitu n*fsu bgt sama aku Nan?”

Lalu nanda pun menjwb “Tenang saja pak, saya sudah ngabarin suami bahwa hari ini lembur. kalau soal suami saya itu….(menjawab sambil berfikir) dia kurang muasin saya pak, dan saya curiga dia punya simpenan cewe lain krna jarang sekali mengajak saya berhubungan *nt*m. dan saya melihat bapak seperti membuat n*fsu saya berga*rah sekali dan terbukti setelah permainan tadi bapak sangat memuaskan saya” jawab Nanda dengan nada nakal.

Setelah beberapa percakapan nanda pun langsung jongkok di hadapan saya dan dia langsung memasukkan k*nt*l saya yg belum berdiri kedalam mulutnya, “oohhh… Nanda…. mulutmu begitu nikmat… teruskan nanda… ayo teruskan” kata yg terucap dimulutku, dan nanda pun semakin ganas memaikan l*dah dan mulutnya di knt*lku ini.


Setelah beberapa menit k*nt*lku mengeras kembali dan nanda pun langsung bangun dan membalikkan badannya sambil menonggeng didepanku, terlhatlah mem*k nanda yang terlah membuatku kelimpungan bukan kepalang tersebut.
“Ayo pak cepat masukkan… ak sudah tak tahan” sapa nanda sambil melebarkan mem*knya dengan kedua tangannya.

Langsung ak tancap gas dngan penuh n*fsu aq tekan dengan paksa nanda pun menjerit keras “AAAUUUuuuu….. pelan2 pak…” sontak aq kaget dengan teriakannya dan sesekali aq melihat ke arah pintu tkt2 ada yg datang bisa berabe kalau ketahuan kami sedang seperti ini,

Ku maju mundurkan k*nt*lku kedalam mem*k nanda dengan cepat krna tkt ada yg datang krna triakan nanda tadi. Setelah 15mnt aku mulai kelelahan karna permainan sebelumnya, melihat aq sudah mulai memelankan gerakan k*nt*lku Nanda pun berkata

“Pak ganti posisi yuk,sekarang bapak yg tiduran..” langsung kucabut dengan perlahan k*nt*lku yg menancap ke mem*k Nanda lalu ku langsung merebahkan badan di sofa yang ada di ruanganku. Nanda mulai menjil*ti kembali k*nt*lku yg dikarenakan mem*k nanda sudah mulai mengering kembali,

Beberapa menit nanda memainkan k*nt*lku dengan mulutnya dia langsung duduk tepat diatas k*nt*lku yg sedang tegak berdiri dan langsung dia memasukan k*nt*lku ini ke dalam mem*knya itu. Suara des*han yg keluar dari mulut Nanda membuatku bern*fsu sekali,

Dan kubalas goyangan naik turun nanda yg ada diatas ku ini dgn cepat hingga membuat suara POK POK POK suara badan kami yg beradu,sekitar 10 menit kemudian nanda meringis sambil mendes*h tanda dia sudah dipuncak organisme nya. Takut wktu smakin mlm aku pun terus menggoyangkan pant*t naik turun agar bisa membarengi berorganisme bersamaan,

Tak lama kemudian kami berorganisme bersamaan dan terasa sangat hangat sekali k*nt*lku didalam mem*k Nanda itu. Kami pun lemas tak berdaya krna sudah habis tenaga di permainan kami ini, setelah beberapa menit kami pun bergegas membersihkan sisa sisa hasil permainan kami,

Disaat membersihkan sisa2 permainan kami entah apa yg terbesit dipiranku ini, padahal sudah lelah sekali badan ini tpi ttp masih memikirkan ingin bermain kembali.. Nanda mulai memakai pakaiannya, tpi dia blm memakai rok nya itu.Tanpa pikir panjang melihat Nanda dari belakang membuatku bern*fsu kembali dan tegang kambali k*nt*lku yg tadinya lemes ini.


Ku buat nanda nonggeng dihadapanku dan nanda pun kaget “Nanda sekali lagi yuk, aq melihat km belum memakai rokmu dari belakang ingin sekali k*nt*lku ini masuk kedalam lub*ng pant*tmu ini(sambil memegang lub*ng pant*t Nanda)” kata yg keluar dari mulutku, dan nanda pun menjawab

“Jangan Pak, tkt sakit ah…”. aku pun heran ko terbesit dipikiranku ingin sekali an*l dengan nanda, pdahal belum pernah sekalipun aq an*l dengan istriku. Sudah kepalang tanggung langsung saja ku basahi k*nt*lku dgn air liur ku agar mudah memasukkan k*nt*lku kedalam lub*ng pant*t nanda ini,

Saat ujung k*nt*lku menempen ke lub*ng pant*t Nanda yg masih rapet itu kutekan dengan perlahan agar nanda tdak teriak seprti tadi, nanda pun yg memang menolak krna tkt sakit sesekali menghindar dengan menggoyangkan pant*tnya yg s*xy itu.

Tapi apa boleh dikata n*fsu menang mengalahkan semuanya langsung saja masuk dengan perlahan k*nt*lku ini ke dalam lub*ng pant*t nanda ini, dan dia pun teriak kembali tapi agak pelan “auuuuuu… pelan pak perih”. ya karna mang akunya lagi n*fsu berat aku hajar dengan cepat lub*ng pant*t nanda itu tanpa rasa ampun aq hajar terus bergantian ke mem*knya yg mulai basah kembali.

Setelah 10 menit aq pun ingin menyudahi permainan ini dikarenakan mlm mulai larut,belum lagi aq harus mengantarkan nanda pulng krna tkt djln dia kena kriminal. keluarlah sp*rmaku kembali kedalam lub*ng pant*t nanda yg mungil itu.
Setelah permainan tersebut kami bergegas trun dan masuk kedalam mobilku, didalam mobil aq berkata kepada nanda

“Nanda apa yg kita perbuat mlm ini jgn sampai ada yg tahu yah….”
Nanda pun menjawab “Iya pak tenang saja, saya tidak akan bilang atau ngmng kesiapapun soal mlm ini. dan besok2 jika ada kesempatan kita ber2 kita mainkan kembali yah pak permainan mlm ini” dgn nada nakal nya itu.

Diperjalanan mengantarkan kerumah nanda tangan ku sering kali memegang p*ha bagian dalam nanda dan put*ng nanda yg sudah terbungkus rapih dengn ** nya itu dan nanda pun terkadang merunduk membuka sleting clanaku ini dan mengs*sap k*nt*lku terus menerus krna aq sedang menyetir,tkt tidak fokus nanda pun menyudahi is*pan2 yg membuat k*nt*lku berdiri tegak kembali.

Kunjungi Kami Di 

Website : cuekasir4d.com
WHAT'SAPP : +62 821-3639-2252
TELEGRAM : +62 821-1785-1681

👇Klik link di bawah👇


Sekitar 40 menit sampi juga kami di depan rumah nanda dan nanda pun keluar dri mobil sambil menc*um bib*rku dan berbisik “kapan2 kita lakukan permainan tadi dirumahku yah pak”, aq hanya membalas dengan senyuman kecil saja.



ISTRIKU ADALAH ADIK TIRIKU

 ISTRIKU ADALAH ADIK TIRIKU KASIR4D    ISTRIKU ADALAH ADIK TIRIKU Cerita Dewasa Namaku Joe. Aku adalah seorang pria dengan tinggi 188 Cm dan...