Kamis, 09 Januari 2025

NGENTOT DENGAN KEPONAKAN YANG BARU NIKAH

 NGENTOT DENGAN KEPONAKAN YANG BARU NIKAH


KASIR4D - Ngenot Dengan Ponakan Yang Baru Menikah 


Keponakanku yang baru menikah tinggal bersamaku karena mereka belum memiliki rumah sendiri. Tidak menjadi masalah bagiku karena aku tinggal sendiri setelah lama bercerai dan aku tidak memiliki anak dari perkawinan yang gagal itu. Sebagai pengantin baru, tentunya keponakanku dan istrinya, Ines, lebih sering menghabiskan waktunya di kamar.

Pernah satu malam, aku mendengar erangan Ines dari kamar mereka. Aku mendekat ke pintu, terdengar Ines mengerang2, "Terus mas, enak mas, terus ......, yah udah keluar ya mas, Ines belum apa2". Sepertinya Ines tidak terpuaskan dalam 'pertempuran" itu karena suaminya keok duluan. Beberapa kali aku mendengar lenguhan dan diakhiri dengan keluhan senada. Kasihan juga Ines.

Suatu sore, sepulang dari kantor, aku lupa membawa kunci rumah. Aku mengetok pintu cukup lama sampai Ines yang membukakan pintu. Aku sudah lama terpesona dengan kecantikan dan bentuk tubuhnya. Tinggi tubuhnya sekitar 167 cm. Rambutnya tergerai sebahu. Wajahnya cantik dengan bentuk mata, alis, hidung, dan bibir yang indah. Ines hanya mengenakan baju kimono yang terbuat dari bahan handuk sepanjang hanya 15cm di atas lutut.


Paha dan betis yang tidak ditutupi daster itu tampak amat mulus. Kulitnya kelihatan licin, dihiasi oleh rambut-rambut halus yang pendek. Pinggulnya yang besar melebar. Pinggangnya kelihatan ramping. Sementara kimono yang menutupi dada atasnya belum sempat diikat secara sempurna, menyebabkan belahan toket yang montok itu menyembul di belahan baju, pentilnya membayang di kimononya. Rupanya Ines belum sempat mengenakan bra. Lehernya jenjang dengan beberapa helai rambut terjuntai. Sementara bau harum sabun mandi terpancar dari tubuhnya.

Agaknya Ines sedang mandi, atau baru saja selesai mandi. Tanpa sengaja, sebagai laki-laki normal, kon tolku berdiri melihat tubuhnya. Dari samping kulihat toketnya begitu menonjol dari balik kimononya. Melihat Ines sewaktu membelakangiku, aku terbayang betapa nikmatnya bila tubuh tersebut digeluti dari arah belakang. Aku berjalan mengikutinya menuju ruang makan. Kuperhatikan gerak tubuhnya dari belakang. Pinggul yang besar itu meliuk ke kiri-kanan mengimbangi langkah-langkah kakinya. Ingin rasanya kudekap tubuh itu dari belakang erat-erat. Ingin kutempelkan kon tolku di gundukan pantatnya. Dan ingin rasanya kuremas-remas toket montoknya habis-habisan.

"Sori Nes, om lupa bawa kunci. Kamu terganggu mandinya ya", kataku. "Udah selesai kok om", jawabnya. Aku duduk di meja makan. Ines mengambilkan teh buatku dan kemudian masuk ke kamarnya. Tak lama kemudian Ines keluar hanya mengenakan daster tipis berbahan licin, mempertontonkan tonjolan toket yang membusung. Ines tidak mengenakan bra, sehingga kedua pentilnya tampak jelas sekali tercetak di dasternya. Ines beranjak dari duduknya dan mengambil toples berisi kue dari lemari makan. Pada posisi membelakangiku, aku menatap tubuhnya dari belakang yang sangat merangsang.

Kita ngobrol ngalor ngidul soal macem2. kesempatan bagiku untuk menatapnya dari dekat tanpa rasa risih. Ines tidak menyadari bahwa belahan daster di dadanya mempertontonkan toket yang montok kala agak merunduk. kon tolku pun menegang. Akhirnya pembicaraan menyerempet soal sex. "Nes, kamu gak puas ya sama suami kamu", kataku to the point. Ines tertunduk malu, mukanya semu kemerahan. "Kok om tau sih", jawabnya lirih. "Om kan pernah denger kamu melenguh awalnya, cuma akhirnya mengeluh.

Suami kamu cepet ngecretnya ya", kataku lagi. "Iya om, si mas cepet banget keluarnya. Ines baru mulai ngerasa enak, dia udah keluar. Kesel deh jadinya, kaya Ines cuma jadi pemuas napsunya aja", Ines mulai curhat. Aku hanya mendengarkan curhatannya saja. "Om, mandi dulu deh, udah waktunya makan. Ines nyiapin makan dulu ya", katanya mengakhiri pembicaraan seru. "Kirain Ines nawarin mau mandiin", godaku. "Ih si om, genit", jawabnya tersipu. "Kalo Ines mau, om gak keberatan lo", jawabku lagi. Ines tidak menjawab hanya berlalu ke dapur, menyiapkan makan. Sementara itu aku masuk kamarku dan mandi. kon tolku tegang gak karuan karena pembicaraan seru tadi.


Selesai mandi, aku hanya memakai celana pendek dan kaos, sengaja aku tidak memakai CD. Pengen rasanya malem ini aku ngen totin Ines. Apalagi suaminya sedang tugas keluar kota untuk beberapa hari. kon tolku masih ngaceng berat sehingga kelihatan jelas tercetak di celana pendekku. Ines diam saja melihat ngacengnya kon tolku dari luar celana pendekku. Ketika makan malem, kita ngobrol soal yang lain, Ines berusaha tidak mengarahkan pembicaraan kearah yang tadi. Kalo Ines tertawa, ingin rasanya kulumat habis-habisan bibirnya. Ingin rasanya kusedot-sedot toket nya dan ingin rasanya kuremas-remas pantat kenyal Ines itu sampai dia menggial-gial keenakan.

Selesai makan, Ines membereskan piring dan gelas. Sekembalinya dari dapur, Ines terpeleset sehingga terjatuh. Rupanya ada air yang tumpah ketika Ines membawa peralatan makan ke dapur. Betis kanan Ines membentur rak kayu. "Aduh", Ines mengerang kesakitan. Aku segera menolongnya. Punggung dan pinggulnya kuraih. Kubopong Ines kekamarnya. Kuletakkan Ines di ranjang. Tercium bau harum sabun mandi memancar dari tubuhnya. Belahan daster terbuka lebih lebar sehingga aku dapat dengan leluasa melihat kemontokan toketnya.


Nafsuku pun naik. kon tolku semakin tegang. ketika aku menarik tangan dari pinggulnya, tanganku tanpa sengaja mengusap pahanya yang tersingkap. Ines berusaha meraih betisnya yang terbentur rak tadi. Kulihat bekas benturan tadi membuat sedikit memar di betis nya. Aku pun berusaha membantunya. Kuraih betis tersebut seraya kuraba dan kuurut bagian betis yang memar tersebut. "Pelan om, sakit", erangnya lagi. Lama-lama suaranya hilang. Sambil terus memijit betis Ines, kupandang wajahnya. Matanya sekarang terpejam. Nafasnya jadi teratur. Ines sudah tertidur. Mungkin karena lelah seharian membereskan rumah. Aku semakin melemahkan pijitanku, dan akhirnya kuhentikan sama sekali.

Kupandangi Ines yang tengah tertidur. Alangkah cantiknya wajahnya. Lehernya jenjang. Toketnya yang montok bergerak naik-turun dengan teratur mengiringi nafas tidurnya. pentilnya menyembul dari balik dasternya. Pinggangnya ramping, dan pinggulnya yang besar melebar. Daster tersebut tidak mampu menyembunyikan garis segitiga CD yang kecil. Terbayang dengan apa yang ada di balik CDya, kon tolku menjadi semakin tegang. Apalagi paha yang putih terbuka karena daster yang tersingkap. Kuelus betisnya. Kusingkapkan bagian bawah dasternya sampai sebatas perut.

Kini paha mulus itu terhampar di hadapanku. Di atas paha, beberapa helai bulu jembut keluar dari CD yang minim. Sungguh kontras warnanya. Jembutnya berwarna hitam, sedang tubuhnya berwarna putih. Kueluskan tanganku menuju pangkal pahanya sambil kuamati wajah Ines. Kueluskan perlahan ibu jariku di belahan bibir no noknya. kuciumi paha mulus tersebut berganti-ganti, kiri dan kanan, sambil tanganku mengusap dan meremasnya perlahan-lahan. Kedua paha tersebut secara otomatis bergerak membuka agak lebar. Kemudian aku melepas celana pendekku. Kembali kuciumi dan kujilati paha dan betis nya.

Kutempelkan kepala kon tolku yang sudah ngaceng berat di pahanya. Rasa hangat mengalir dari paha Ines ke kepala kon tolku. kugesek-gesekkan kepala kon tol di sepanjang pahanya. kon tolku terus kugesek-gesekkan di paha sambil agak kutekan. Semakin terasa nikmat. Nafsuku semakin tinggi. Aku semakin nekad. Kulepaskan daster Ines, Ines terbangun karena ulahku. "Om, Ines mau diapain", katanya lirih. Aku terkejut dan segera menghentikan aksiku. Aku memandangi tubuh mulus Ines tanpa daster menghalanginya. Tubuh moleknya sungguh membangkitkan birahi. toket yang besar membusung, pinggang yang ramping, dan pinggul yang besar melebar. pentilnya berdiri tegak.

Kunjungi Kami Di 

Website : cuekasir4d.com
WHAT'SAPP : +62 821-3639-2252
TELEGRAM : +62 821-1785-1681

👇Klik link di bawah👇

"Nes, om mau ngasi kenikmatan sama kamu, mau enggak", kataku perlahan sambil mencium toket nya yang montok. Ines diam saja, matanya terpejam. Hidungku mengendus-endus kedua toket yang berbau harum sambil sesekali mengecupkan bibir dan menjilatkan lidahku.pentil toket kanannya kulahap ke dalam mulutku. Badannya sedikit tersentak ketika pentil itu kugencet perlahan dengan menggunakan lidah dan gigi atasku. "Om...", rintihnya, rupanya tindakanku membangkitkan napsunya juga. Karena sangat ingin merasakan kenikmatan dien tot, Ines diam saja membiarkan aku menjelajahi tubuhnya. kusedot-sedot pentil toketnya secara berirama. Mula-mula lemah, lama-lama agak kuperkuat sedotanku. Kuperbesar daerah lahapan bibirku. Kini pentil dan toket sekitarnya yang berwarna kecoklatan itu semua masuk ke dalam mulutku.

Kembali kusedot daerah tersebut dari lemah-lembut menjadi agak kuat. Mimik wajah Ines tampak sedikit berubah, seolah menahan suatu kenikmatan. Kedua toket harum itu kuciumi dan kusedot-sedot secara berirama. kon tolku bertambah tegang. Sambil terus menggumuli toket dengan bibir, lidah, dan wajahnya, aku terus menggesek-gesekkan kon tol di kulit pahanya yang halus dan licin. Kubenamkan wajahku di antara kedua belah gumpalan dada Ines. perlahan-lahan bergerak ke arah bawah. Kugesek-gesekkan wajahku di lekukan tubuh yang merupakan batas antara gumpalan toket dan kulit perutnya. Kiri dan kanan kuciumi dan kujilati secara bergantian.

Kecupan-kecupan bibirku, jilatan-jilatan lidahku, dan endusan-endusan hidungku pun beralih ke perut dan pinggang Ines. Sementara gesekan-gesekan kepala kon tolku kupindahkan ke betisnya. Bibir dan lidahku menyusuri perut sekeliling pusarnya yang putih mulus. wajahku bergerak lebih ke bawah. Dengan nafsu yang menggelora kupeluk pinggulnya secara perlahan-lahan. Kecupanku pun berpindah ke CD tipis yang membungkus pinggulnya tersebut. Kususuri pertemuan antara kulit perut dan CD, ke arah pangkal paha. Kujilat helaian-helaian rambut jembutnya yang keluar dari CDnya. Lalu kuendus dan kujilat CD pink itu di bagian belahan bibir no noknya. Ines makin terengah menahan napsunya, sesekali terdengar lenguhannya menahan kenikmatan yang dirasakannya.

Aku bangkit. Dengan posisi berdiri di atas lutut kukangkangi tubuhnya. kon tolku yang tegang kutempelkan di kulit toket Ines. Kepala kon tol kugesek-gesekkan di toket yang montok itu. Sambil kukocok batangnya dengan tangan kananku, kepala kon tol terus kugesekkan di toketnya, kiri dan kanan. Setelah sekitar dua menit aku melakukan hal itu. Kuraih kedua belah gumpalan toket Ines yang montok itu. Aku berdiri di atas lutut dengan mengangkangi pinggang ramping Ines dengan posisi badan sedikit membungkuk. Batang kon tolku kujepit dengan kedua gumpalan toketnya. Kini rasa hangat toket Ines terasa mengalir ke seluruh batang kon tolku.

Perlahan-lahan kugerakkan maju-mundur kon tolku di cekikan kedua toket Ines. Kekenyalan daging toket tersebut serasa memijit-mijit batang kon tolku, memberi rasa nikmat yang luar biasa. Di kala maju, kepala kon tolku terlihat mencapai pangkal lehernya yang jenjang. Di kala mundur, kepala kon tolku tersembunyi di jepitan toketnya. Lama-lama gerak maju-mundur kon tolku bertambah cepat, dan kedua toket nya kutekan semakin keras dengan telapak tanganku agar jepitan di batang kon tolku semakin kuat. Aku pun merem melek menikmati enaknya jepitan toketnya. Ines pun mendesah-desah tertahan, "Ah... hhh... hhh... ah..."


kon tolku pun mulai melelehkan sedikit cairan. Cairan tersebut membasahi belahan toket Ines. Oleh gerakan maju-mundur kon tolku di dadanya yang diimbangi dengan tekanan-tekanan dan remasan-remasan tanganku di kedua toketnya, cairan itu menjadi teroles rata di sepanjang belahan dadanya yang menjepit batang kon tolku. Cairan tersebut menjadi pelumas yang memperlancar maju-mundurnya kon tolku di dalam jepitan toketnya. Dengan adanya sedikit cairan dari kon tolku tersebut aku merasakan keenakan dan kehangatan yang luar biasa pada gesekan-gesekan batang dan kepala kon tolku dengan toketnya. "Hih... hhh... ... Luar biasa enaknya...," aku tak kuasa menahan rasa enak yang tak terperi. Nafas Ines menjadi tidak teratur. Desahan-desahan keluar dari bibirnya , yang kadang diseling desahan lewat hidungnya, "Ngh... ngh... hhh... heh... eh... ngh..." Desahan-desahan Ines semakin membuat nafsuku makin memuncak.

Gesekan-gesekan maju-mundurnya kon tolku di jepitan toketnya semakin cepat. kon tolku semakin tegang dan keras. Kurasakan pembuluh darah yang melalui batang kon tolku berdenyut-denyut, menambah rasa hangat dan nikmat yang luar biasa. "Enak sekali, Nes", erangku tak tertahankan.. Aku menggerakkan maju-mundur kon tolku di jepitan toket Ines dengan semakin cepatnya. Rasa enak yang luar biasa mengalir dari kon tol ke syaraf-syaraf otakku. Kulihat wajah Ines. Alis matanya bergerak naik turun seiring dengan desah-desah perlahan bibirnya akibat tekanan-tekanan, remasan-remasan, dan kocokan-kocokan di toketnya. Ada sekitar lima menit aku menikmati rasa keenakan luar biasa di jepitan toketnya itu.

Toket sebelah kanannya kulepas dari telapak tanganku. Tangan kananku lalu membimbing kon tol dan menggesek-gesekkan kepala kon tol dengan gerakan memutar di kulit toketnya yang halus mulus. Sambil jari-jari tangan kiriku terus meremas toket kiri Ines, kon tolku kugerakkan memutar-mutar menuju ke bawah. Ke arah perut. Dan di sekitar pusarnya, kepala kon tolku kugesekkan memutar di kulit perutnya yang putih mulus, sambil sesekali kusodokkan perlahan di lobang pusarnya.

kucopot CD minimnya. Pinggul yang melebar itu tidak berpenutup lagi. Kulit perut yang semula tertutup CD tampak jelas sekali. Licin, putih, dan amat mulus. Di bawah perutnya, jembut yang hitam lebat menutupi daerah sekitar lobang no noknya. Kedua paha mulus Ines kurenggangkan lebih lebar. Kini hutan lebat di bawah perut tadi terkuak, mempertontonkan no noknya. Aku pun mengambil posisi agar kon tolku dapat mencapai no nok Ines dengan mudahnya. Dengan tangan kanan memegang batang kon tol, kepalanya kugesek-gesekkan ke jembut Ines.


Rasa geli menggelitik kepala kon tolku. kepala kon tolku bergerak menyusuri jembut menuju ke no noknya. Kugesek-gesekkan kepala kon tol ke sekeliling bibir no noknya. Terasa geli dan nikmat. kepala kon tol kugesekkan agak ke arah lobang. Dan menusuk sedikit ke dalam. Lama-lama dinding mulut lobang no nok itu menjadi basah. Kugetarkan perlahan-lahan kon tolku sambil terus memasuki lobang no nok. Kini seluruh kepala kon tolku yang berhelm pink tebenam dalam jepitan mulut no nok Ines. Jepitan mulut no nok itu terasa hangat dan enak sekali. Kembali dari mulut Ines keluar desisan kecil tanda nikmat tak terperi. kon tolku semakin tegang.

Sementara dinding mulut no nok Ines terasa semakin basah. Perlahan-lahan kon tolku kutusukkan lebih ke dalam. Kini tinggal separuh batang yang tersisa di luar. Secara perlahan kumasukkan kon tolku ke dalam no nok. Terbenam sudah seluruh batang kon tolku di dalam no nok Ines. Sekujur batang kon tol sekarang dijepit oleh no nok Ines dengan sangat enaknya. secara perlahan-lahan kugerakkan keluar-masuk kon tolku ke dalam no noknya. Sewaktu keluar, yang tersisa di dalam no nok hanya kepala kon tol saja. Sewaktu masuk seluruh kon tol terbenam di dalam no nok sampai batas pangkalnya. Rasa hangat dan enak yang luar biasa kini seolah memijiti seluruh bagian kon tolku. Aku terus memasuk-keluarkan kon tolku ke lobang no noknya.

Alis matanya terangkat naik setiap kali kon tolku menusuk masuk no noknya secara perlahan. Bibir segarnya yang sensual sedikit terbuka, sedang giginya terkatup rapat. Dari mulut sexy itu keluar desis kenikmatan, "Sssh...sssh... hhh... hhh... ssh... sssh..." Aku terus mengocok perlahan-lahan no noknya. Enam menit sudah hal itu berlangsung. Kembali kukocok secara perlahan no noknya. Kurasakan enaknya jepitan otot-otot no nok pada kon tolku. Kubiarkan kocokan perlahan tersebut sampai selama dua menit. Kembali kutarik kon tolku dari no nok Ines. Namun kini tidak seluruhnya, kepala kon tol masih kubiarkan tertanam dalam mulut no noknya. Sementara batang kon tol kukocok dengan jari-jari tangan kananku dengan cepatnya

Rasa enak itu agaknya dirasakan pula oleh Ines. Ines mendesah-desah akibat sentuhan-sentuhan getar kepala kon tolku pada dinding mulut no noknya, "Sssh... sssh... zzz...ah... ah... hhh..."

Tiga menit kemudian kumasukkan lagi seluruh kon tolku ke dalam no nok Ines. Dan kukocok perlahan. Kunikmati kocokan perlahan pada no noknya kali ini lebih lama. Sampai kira-kira empat menit. Lama-lama aku tidak puas. Kupercepat gerakan keluar-masuk kon tolku pada no noknya. Kurasakan rasa enak sekali menjalar di sekujur kon tolku. Aku sampai tak kuasa menahan ekspresi

keenakanku. Sambil tertahan-tahan, aku mendesis-desis, "Nes... no nokmu luar biasa... nikmatnya..."

Gerakan keluar-masuk secara cepat itu berlangsung sampai sekitar empat menit. rasa gatal-gatal enak mulai menjalar di sekujur kon tolku. Berarti beberapa saat lagi aku akan ngecret. Kucopot kon tolku dari no nok Ines. Segera aku berdiri dengan lutut mengangkangi tubuhnya agar kon tolku mudah mencapai toketnya. Kembali kuraih kedua belah toket montok itu untuk menjepit kon tolku yang berdiri dengan amat gagahnya. Agar kon tolku dapat terjepit dengan enaknya, aku agak merundukkan badanku. kon tol kukocokkan maju-mundur di dalam jepitan toketnya. Cairan no nok Ines yang membasahi kon tolku kini merupakan pelumas pada gesekan-gesekan kon tolku dan kulit toketnya. "Oh... hangatnya... Sssh... nikmatnya...Tubuhmu luarrr biasa...", aku merintih-rintih keenakan. Ines juga mendesis-desis keenakan, "Sssh.. sssh... sssh..." Giginya tertutup rapat. Alis matanya bergerak ke atas ke bawah. Aku mempercepat maju-mundurnya kon tolku. Aku memperkuat tekananku pada toketnya agar kon tolku terjepit lebih kuat. Rasa enak menjalar lewat kon tolku. Rasa hangat menyusup di seluruh kon tolku.


Karena basah oleh cairan no nok, kepala kon tolku tampak amat mengkilat di saat melongok dari jepitan toket Ines. Leher kon tol yang berwarna coklat tua dan helm kon tol yang berwarna pink itu menari-nari di jepitan toketnya. Lama-lama rasa gatal yang menyusup ke segenap penjuru kon tolku semakin menjadi-jadi. Semakin kupercepat kocokan kon tolku pada toket Ines. Rasa gatal semakin hebat. Rasa hangat semakin luar biasa. Dan rasa enak semakin menuju puncaknya. Tiga menit sudah kocokan hebat kon tolku di toket montok itu berlangsung. Dan ketika rasa gatal dan enak di kon tolku hampir mencapai puncaknya, aku menahan sekuat tenaga benteng pertahananku sambil mengocokkan kon tol di kempitan toket indah Ines dengan sangat cepatnya. Rasa gatal, hangat, dan enak yang luar

biasa akhirnya mencapai puncaknya. Aku tak kuasa lagi membendung jebolnya tanggul pertahananku. "Ines...!" pekikku dengan tidak tertahankan. Mataku membeliak-beliak. Jebollah pertahananku. Rasa hangat dan nikmat yang luar biasa menyusup ke seluruh sel-sel kon tolku saat menyemburkan peju. Crot! Crot! Crot! Crot!

Pejuku menyemprot dengan derasnya. Sampai empat kali. Kuat sekali semprotannya, sampai menghantam rahang Ines. Peju tersebut berwarna putih dan kelihatan sangat kental. Dari rahang peju mengalir turun ke arah leher Ines. Peju yang tersisa di dalam kon tolku pun menyusul keluar dalam tiga semprotan. Cret! Cret! Cret! Kali ini semprotannya lemah. Semprotan awal hanya sampai pangkal lehernya, sedang yang terakhir hanya jatuh di atas belahan toketnya. Aku menikmati akhir-akhir kenikmatan. "Luar biasa... nes, nikmat sekali tubuhmu...," aku bergumam. "Kok gak dikeluarin di dalem aja om", kata Ines lirih. "Gak apa kalo om ngecret didalem Nes", jawabku.

"Gak apa om, Ines pengen ngerasain kesemprot peju anget. Tapi Ines ngerasa nikmat sekali om, belum pernah Ines ngerasain kenikmatan seperti ini", katanya lagi. "Ini baru ronde pertama Nes, mau lagi kan ronde kedua", kataku. "Mau om, tapi ngecretnya didalem ya", jawabnya. "Kok tadi kamu diem aja Nes", kataku lagi. "Bingung om, tapi nikmat", jawabnya sambil tersenyum. "Engh..." Ines menggeliatkan badannya. Aku segera mengelap kon tol dengan tissue yang ada di atas meja, dan memakai celana pendek. beberapa lembar tissue kuambil untuk mengelap pejuku yang berleleran di rahang, leher, dan toket Ines. Ada yang tidak dapat dilap, yakni cairan pejuku yang sudah terlajur jatuh di rambut kepalanya. "Mo kemana om", tanyanya. "Mo ambil minum dulu", jawabku. "Kok celananya dipake, katanya mau ronde kedua", katanya. Rupanya Ines sudah pengen aku menggelutinya sekali lagi.


Aku kembali membawa gelas berisi air putih, kuberikan kepada Ines yang langsung menenggaknya sampe habis. Aku keluar lagi untuk mengisi gelas dengan air dan kembali lagi ke kekamar. Masih tidak puas aku memandangi toket indah yang terhampar di depan mataku tersebut. mataku memandang ke arah pinggangnya yang ramping dan pinggulnya yang melebar indah. Terus tatapanku jatuh ke no noknya yang dikelilingi oleh bulu jembut hitam jang lebat. Betapa enaknya ngen totin Ines. Aku ingin mengulangi permainan tadi, menggeluti dan mendekap kuat tubuhnya. Mengocok no noknya dengan kon tolku dengan irama yang menghentak-hentak kuat. Dan aku dapat menyemprotkan pejuku di dalam no noknya sambil merengkuh kuat-kuat tubuhnya saat aku nyampe. Nafsuku terbakar.

"Ines...," desahku penuh nafsu. Bibirku pun menggeluti bibirnya. Bibir sensual yang menantang itu kulumat-lumat dengan ganasnya. Sementara Ines pun tidak mau kalah. Bibirnya pun menyerang bibirku dengan dahsyatnya, seakan tidak mau kedahuluan oleh lumatan bibirku. Kedua tangankupun menyusup diantara lengan tangannya. Tubuhnya sekarang berada dalam dekapanku. Aku mempererat dekapanku, sementara Ines pun mempererat pelukannya pada diriku. Kehangatan tubuhnya terasa merembes ke badanku, toketnya yang membusung terasa semakin menekan dadaku. Jari-jari tangan Ines mulai meremas-remas kulit punggungku.

Ines mencopot celanaku.Ines pun merangkul punggungku lagi. Aku kembali mendekap erat tubuh Ines sambil melumat kembali bibirnya. Aku terus mendekap tubuhnya sambil saling melumat bibir. Sementara tangan kami saling meremas-remas kulit punggung. Kehangatan menyertai tubuh bagian depan kami yang saling menempel. Kini kurasakan toketnya yang montok menekan ke dadaku. Dan ketika saling sedikit bergeseran, pentilnya seolah-olah menggelitiki dadaku. kon tolku terasa hangat dan mengeras. Tangan kiriku pun turun ke arah perbatasan pinggang ramping dan pinggul besar Ines, menekannya kuat-kuat dari belakang ke arah perutku. kon tolku tergencet perut bawahku dan perut bawah Ines dengan enaknya.

Sementara bibirku bergerak ke arah lehernya.kuciumi, kuhisap-hisap dengan hidungku, dan kujilati dengan lidahku. "Ah... geli... geli...," desah Ines sambil menengadahkan kepala, agar seluruh leher sampai dagunya terbuka dengan luasnya. Ines pun membusungkan dadanya dan melenturkan pinggangnya ke depan. Dengan posisi begitu, walaupun wajahku dalam keadaan menggeluti lehernya, tubuh kami dari dada hingga bawah perut tetap dapat menyatu dengan rapatnya. Tangan kananku lalu bergerak ke dadanya yang montok, dan meremas-remas toket tersebut dengan perasaan gemas.

Setelah puas menggeluti lehernya, wajahku turun ke arah belahan dadanya. Aku berdiri dengan agak merunduk. Tangan kiriku pun menyusul tangan kanan, yakni bergerak memegangi toket. Kugeluti belahan toket Ines, sementara kedua tanganku meremas-remas kedua belah toketnya sambil menekan-nekankannya ke arah wajahku. Kugesek-gesekkan memutar wajahku di belahan toket itu. bibirku bergerak ke atas bukit toket sebelah kiri. Kuciumi bukit toket nya, dan kumasukkan pentil toket di atasnya ke dalam mulutku. Kini aku menyedot-sedot pentil toket kiri Ines.

Kumainkan pentil di dalam mulutku itu dengan lidahku. Sedotan kadang kuperbesar ke puncak bukit toket di sekitar pentil yang berwarna coklat. "Ah... ah... om... geli...," Ines mendesis-desis sambil menggeliatkan tubuh ke kiri-kanan. Aku memperkuat sedotanku. Sementara tanganku meremas kuat toket sebelah kanan. Kadang remasan kuperkuat dan kuperkecil menuju puncak bukitnya, dan kuakhiri dengan tekanan-tekanan kecil jari telunjuk dan ibu jariku pada pentilnya. "Om... hhh... geli... geli... enak... enak... ngilu... ngilu..." Aku semakin gemas.


toket Ines itu kumainkan secara bergantian, antara sebelah kiri dan sebelah kanan. Bukit toket kadang kusedot sebesar-besarnya dengan tenaga isap sekuat-kuatnya, kadang yang kusedot hanya pentilnya dan kucepit dengan gigi atas dan lidah. Belahan lain kadang kuremas dengan daerah tangkap sebesar-besarnya dengan remasan sekuat-kuatnya, kadang hanya kupijit-pijit dan kupelintir-pelintir kecil pentil yang mencuat gagah di puncaknya. "Ah...om... terus... hzzz... ngilu... ngilu..." Ines mendesis-desis keenakan. Matanya kadang terbeliak-beliak. Geliatan tubuhnya ke kanan-kiri semakin sering frekuensinya.

Sampai akhirnya Ines tidak kuat melayani serangan-serangan awalku. Jari-jari tangan kanan Ines yang mulus dan lembut menangkap kon tolku yang sudah berdiri dengan gagahnya. "Om.. Batang kon tolnya besar ya", ucapnya. Sambil membiarkan mulut, wajah, dan tanganku terus memainkan dan menggeluti kedua belah toketnya, jari-jari lentik tangan kanannya meremas-remas perlahan kon tolku secara berirama. Remasannya itu memberi rasa hangat dan nikmat pada batang kon tolku.

kurengkuh tubuhnyadengan gemasnya. Kukecup kembali daerah antara telinga dan lehernya. Kadang daun telinga sebelah bawahnya kukulum dalam mulutku dan kumainkan dengan lidahku. Kadang ciumanku berpindah ke punggung lehernya yang jenjang. Kujilati pangkal helaian rambutnya yang terjatuh di kulit lehernya. Sementara tanganku mendekap dadanya dengan eratnya. Telapak dan jari-jari tanganku meremas-remas kedua belah toketnya. Remasanku kadang sangat kuat, kadang melemah. Sambil telunjuk dan ibu jari tangan kananku menggencet dan memelintir perlahan pentil toket kirinya, sementara tangan kiriku meremas kuat bukit toket kanannya dan bibirku menyedot kulit mulus pangkal lehernya yang bebau harum, kon tolku kugesek-gesekkan dan kutekan-tekankan ke perutnya. Ines pun menggelinjang ke kiri-kanan.

"Ah... om... ngilu... terus om... terus... ah... geli... geli...terus... hhh... enak... enaknya... enak...," Ines merintih-rintih sambil terus berusaha menggeliat ke kiri-kanan dengan berirama sejalan dengan permainan tanganku di toketnya. Akibatnya pinggulnya menggial ke kanan-kiri. Goyang gialan pinggul itu membuat kon tolku yang sedang menggesek-gesek dan menekan-nekan perutnya merasa semakin keenakan. "Ines... enak sekali Ines... sssh... luar biasa... enak sekali...," aku pun mendesis-desis keenakan.

"Om keenakan ya? Batang kon tol om terasa besar dan keras sekali menekan perut Ines. Wow... kon tol om terasa hangat di kulit perut Ines. tangan om nakal sekali ... ngilu,...," rintih Ines. "Jangan mainkan hanya pentilnya saja... geli... remas seluruhnya saja..." Ines semakin menggelinjang-gelinjang dalam dekapan eratku. Dia sudah makin liar saja desahannya, rupanya dia sangat menikmati gelutannya, lupa bahwa aku ini om dari suaminya. "om.. remasannya kuat sekali... Tangan om nakal sekali... Sssh... sssh... ngilu... ngilu...Ak... kon tol om ... besar sekali... kuat sekali..."

Ines menarik wajahku mendekat ke wajahnya. bibirnya melumat bibirku dengan ganasnya. Aku pun tidak mau kalah. Kulumat bibirnya dengan penuh nafsu yang menggelora, sementara tanganku mendekap tubuhnya dengan kuatnya. Kulit punggungnya yang teraih oleh telapak tanganku kuremas-remas dengan gemasnya. Kemudian aku menindihi tubuh Ines. kon tolku terjepit di antara pangkal pahanya dan perutku bagian bawah sendiri. Rasa hangat mengalir ke batang kon tolku yang tegang dan keras. Akhirnya aku tidak sabar lagi. Bibirku kini berpindah menciumi dagu dan lehernya, sementara tanganku membimbing kon tolku untuk mencari liang no noknya.

Kuputar-putarkan dulu kepala kon tolku di kelebatan jembut disekitar bibir no nok Ines. Ines meraih batang kon tolku yang sudah amat tegang. Pahanya yang mulus itu terbuka agak lebar. "Om kon tolnya besar dan keras sekali" katanya sambil mengarahkan kepala kon tolku ke lobang no noknya. kepala kon tolku menyentuh bibir no noknya yang sudah basah. dengan perlahan-lahan dan sambil kugetarkan, kon tol kutekankan masuk ke liang no nok. Kini seluruh kepala kon tolku pun terbenam di dalam no noknya. Aku menghentikan gerak masuk kon tolku.

"Om... teruskan masuk... Sssh... enak... jangan berhenti sampai situ saja...," Ines protes atas tindakanku. Namun aku tidak perduli. Kubiarkan kon tolku hanya masuk ke lobang no noknya hanya sebatas kepalanya saja, namun kon tolku kugetarkan dengan amplituda kecil. Sementara bibir dan hidungku dengan ganasnya menggeluti lehernya yang jenjang, lengan tangannya yang harum dan mulus, dan ketiaknya yang bersih dari bulu ketiak. Ines menggelinjang-gelinjang dengan tidak karuan. "Sssh... sssh... enak... enak... geli... geli, om. Geli... Terus masuk, om.." Bibirku mengulum kulit lengan tangannya dengan kuat-kuat. Sementara tenaga kukonsentrasikan pada pinggulku. Dan... satu... dua... tiga! kon tolku kutusukkan sedalam-dalamnya ke dalam no nok Ines dengan sangat cepat dan kuatnya. Plak! Pangkal pahaku beradu dengan pangkal pahanya yang sedang dalam posisi agak membuka dengan kerasnya.

Sementara kulit batang kon tolku bagaikan diplirid oleh bibir no noknya yang sudah basah dengan kuatnya sampai menimbulkan bunyi: srrrt! "Auwww!" pekik Ines. Aku diam sesaat, membiarkan kon tolku tertanam seluruhnya di dalam no nok Ines tanpa bergerak sedikit pun. "Sakit om... " kata Ines sambil tangannya meremas punggungku dengan kerasnya. Aku pun mulai menggerakkan kon tolku keluar-masuk no nok Ines. Aku tidak tahu, apakah kon tolku yang berukuran panjang dan besar ataukah lubang no nok Ines yang berukuran kecil. Yang saya tahu, seluruh bagian kon tolku yang masuk no noknya serasa dipijit-pijit dinding lobang no noknya dengan agak kuatnya.


"Bagaimana Nes, sakit?" tanyaku. "Sssh... enak sekali... enak sekali... kon tol om besar dan panjang sekali... sampai-sampai menyumpal penuh seluruh penjuru lobang no nok Ines..," jawabnya. Aku terus memompa no nok Ines dengan kon tolku perlahan-lahan. toketnya yang menempel di dadaku ikut terpilin-pilin oleh dadaku akibat gerakan memompa tadi. Kedua pentilnya yang sudah mengeras seakan-akan mengkilik-kilik dadaku. kon tolku serasa diremas-remas dengan berirama oleh otot-otot no noknya sejalan dengan genjotanku tersebut. Terasa hangat dan enak sekali. Sementara setiap kali menusuk masuk kepala kon tolku menyentuh suatu daging hangat di dalam no nok Ines. Sentuhan tersebut serasa menggelitiki kepala kon tol sehingga aku merasa sedikit kegelian. Geli-geli nikmat.

aku mengambil kedua kakinya dan mengangkatnya. Sambil menjaga agar kon tolku tidak tercabut dari lobang no noknya, aku mengambil posisi agak jongkok. Betis kanan Ines kutumpangkan di atas bahuku, sementara betis kirinya kudekatkan ke wajahku. Sambil terus mengocok no noknya perlahan dengan kon tolku, betis kirinya yang amat indah itu kuciumi dan kukecupi dengan gemasnya. Setelah puas dengan betis kiri, ganti betis kanannya yang kuciumi dan kugeluti, sementara betis kirinya kutumpangkan ke atas bahuku.

Begitu hal tersebut kulakukan beberapa kali secara bergantian, sambil mempertahankan gerakan kon tolku maju-mundur perlahan di no nok Ines. Setelah puas dengan cara tersebut, aku meletakkan kedua betisnya di bahuku, sementara kedua telapak tanganku meraup kedua belah toketnya. Masih dengan kocokan kon tol perlahan di no noknya, tanganku meremas-remas toket montok Ines. Kedua gumpalan daging kenyal itu kuremas kuat-kuat secara berirama. Kadang kedua pentilnya kugencet dan kupelintir-pelintir secara perlahan. pentil itu semakin mengeras, dan bukit toket itu semakin terasa kenyal di telapak tanganku. Ines pun merintih-rintih keenakan.

Matanya merem-melek, dan alisnya mengimbanginya dengan sedikit gerakan tarikan ke atas dan ke bawah. "Ah... om, geli... geli... ... Ngilu om, ngilu... Sssh... sssh... terus om, terus.... kon tol om membuat no nok Ines merasa enak sekali... Nanti jangan dingecretinkan di luar no nok, ya om. Ngecret di dalam saja... " Aku mulai mempercepat gerakan masuk-keluar kon tolku di no nok Ines. "Ah-ah-ah... bener, om. Bener... yang cepat... Terus om, terus... " Aku bagaikan diberi spirit oleh rintihan-rintihan Ines. Tenagaku menjadi berlipat ganda. Kutingkatkan kecepatan keluar-masuk kon tolku di no nok Ines. Terus dan terus. Seluruh bagian kon tolku serasa diremas-remas dengan cepatnya oleh no nok Ines. Mata Ines menjadi merem-melek. Begitu juga diriku, mataku pun merem-melek dan mendesis-desis karena merasa keenakan yang luar biasa.

"Sssh... sssh... Ines... enak sekali... enak sekali no nokmu... enak sekali no nokmu..." "Ya om, Ines juga merasa enak sekali... terusss... terus om, terusss..." Aku meningkatkan lagi kecepatan keluar-masuk kon tolku pada no noknya. "Omi... sssh... sssh... Terus... terus... Ines hampir nyampe...

sedikit lagi... sama-sama ya om...," Ines jadi mengoceh tanpa kendali. Aku mengayuh terus. Aku belum merasa mau ngecret. Namun aku harus membuatnya nyampe duluan. Sementara kon tolku merasakan no nok Ines bagaikan berdenyut dengan hebatnya. "Om... Ah-ah-ah-ah-ah... Mau keluar om... mau keluar..ah-ah-ah-ah-ah... sekarang ke-ke-ke..." Tiba-tiba kurasakan kon tolku dijepit oleh dinding no nok Ines dengan sangat kuatnya. Di dalam no nok, kon tolku merasa disemprot oleh cairan yang keluar dari no nok Ines dengan cukup derasnya. Dan telapak tangan Ines meremas lengan tanganku dengan sangat kuatnya. Ines pun berteriak tanpa kendali: "...keluarrr...!" Mata Ines membeliak-beliak. Sekejap tubuh Ines kurasakan mengejang.

Aku pun menghentikan genjotanku. kon tolku yang tegang luar biasa kubiarkan tertanam dalam no nok Ines. kon tolku merasa hangat luar biasa karena terkena semprotan cairan no nok Ines. Kulihat mata Ines memejam beberapa saat dalam menikmati puncaknya. Setelah sekitar satu menit berlangsung, remasan tangannya pada lenganku perlahan-lahan mengendur. Kelopak matanya pun membuka, memandangi wajahku. Sementara jepitan dinding no noknya pada kon tolku berangsur-angsur melemah, walaupun kon tolku masih tegang dan keras. Kedua kaki Ines lalu kuletakkan kembali di atas ranjang dengan posisi agak membuka. Aku kembali menindih tubuh telanjang Ines dengan mempertahankan agar kon tolku yang tertanam di dalam no noknya tidak tercabut.

"Om... luar biasa... rasanya seperti ke langit ke tujuh," kata Ines dengan mimik wajah penuh kepuasan. kon tolku masih tegang di dalam no noknya. kon tolku masih besar dan keras. Aku kembali mendekap tubuh Ines. kon tolku mulai bergerak keluar-masuk lagi di no nok Ines, namun masih dengan gerakan perlahan. Dinding no nok Ines secara berangsur-angsur terasa mulai meremas-remas kon tolku. Terasa hangat dan enak. Namun sekarang gerakan kon tolku lebih lancar dibandingkan dengan tadi. Pasti karena adanya cairan yang disemprotkan oleh no nok Ines beberapa saat yang lalu.

"Ahhh... om... langsung mulai lagi... Sekarang giliran om.. semprotkan peju om di no nok Ines.. Sssh...," Ines mulai mendesis-desis lagi. Bibirku mulai memagut bibir Ines dan melumat-lumatnya dengan gemasnya. Sementara tangan kiriku ikut menyangga berat badanku, tangan kananku meremas-remas toket Ines serta memijit-mijit pentilnya, sesuai dengan irama gerak maju-mundur kon tolku di no noknya. "Sssh... sssh... sssh... enak om, enak... Terus... teruss... terusss...," desis Ines. Sambil kembali melumat bibir Ines dengan kuatnya, aku mempercepat genjotan kon tolku di no noknya. Pengaruh adanya cairan di dalam no nok Ines, keluar-masuknya kon tol pun diiringi oleh suara, "srrt-srret srrrt-srrret srrt-srret..." Ines tidak henti-hentinya merintih kenikmatan, "Om... ah... "


kon tolku semakin tegang. Kulepaskan tangan kananku dari toketnya. Kedua tanganku kini dari ketiak Ines menyusup ke bawah dan memeluk punggungnya. Tangan Ines pun memeluk punggungku dan mengusap-usapnya. Aku pun memulai serangan dahsyatku. Keluar-masuknya kon tolku ke dalam no nok Ines sekarang berlangsung dengan cepat dan bertenaga. Setiap kali masuk, kon tol kuhunjamkan keras-keras agar menusuk no nok Ines sedalam-dalamnya. kon tolku bagai diremas dan dihentakkan kuat-kuat oleh dinding no nok Ines. Sampai di langkah terdalam, mata Ines membeliak sambil bibirnya mengeluarkan seruan tertahan, "Ak!" Sementara daging pangkal pahaku bagaikan menampar daging pangkal pahanya sampai berbunyi: plak! Di saat bergerak keluar no nok, kon tol kujaga agar kepalanya tetap tertanam di lobang no nok.

Remasan dinding no nok pada batang kon tolku pada gerak keluar ini sedikit lebih lemah dibanding dengan gerak masuknya. Bibir no nok yang mengulum batang kon tolku pun sedikit ikut tertarik keluar. Pada gerak keluar ini Ines mendesah, "Hhh..." Aku terus menggenjot no nok Ines dengan gerakan cepat dan menghentak-hentak. Tangan Ines meremas punggungku kuat-kuat di saat kon tolku kuhunjam masuk sejauh-jauhnya ke lobang no noknya. Beradunya daging pangkal paha menimbulkan suara: Plak! Plak! Plak! Plak! Pergeseran antara kon tolku dan no nok Ines menimbulkan bunyi srottt-srrrt... srottt-srrrt... srottt-srrrt... Kedua nada tersebut diperdahsyat oleh pekikan-pekikan kecil Ines:

"Ak! Hhh... Ak! Hhh... Ak! Hhh..." kon tolku terasa empot-empotan luar biasa. "Nes... Enak sekali Nes... no nokmu enak sekali... no nokmu hangat sekali... jepitan no nokmu enak sekali..."

"Om... terus om...," rintih Ines, "enak om... enaaak... Ak! Hhh..." Tiba-tiba rasa gatal menyelimuti segenap penjuru kon tolku. Gatal yang enak sekali. Aku pun mengocokkan kon tolku ke no noknya dengan semakin cepat dan kerasnya. Setiap masuk ke dalam, kon tolku berusaha menusuk lebih dalam lagi dan lebih cepat lagi dibandingkan langkah masuk sebelumnya. Rasa gatal dan rasa enak yang luar biasa di kon tol pun semakin menghebat. "Ines... aku... aku..." Karena menahan rasa nikmat dan gatal yang luar biasa aku tidak mampu menyelesaikan ucapanku yang memang sudah terbata-bata itu. "Om, Ines... mau nyamper lagi... Ak-ak-ak... aku nyam..."

Tiba-tiba kon tolku mengejang dan berdenyut dengan amat dahsyatnya. Aku tidak mampu lagi menahan rasa gatal yang sudah mencapai puncaknya. Namun pada saat itu juga tiba-tiba dinding no nok Ines mencekik kuat sekali. Dengan cekikan yang kuat dan enak sekali itu, aku tidak mampu lagi menahan jebolnya bendungan dalam alat kelaminku. Pruttt! Pruttt! Pruttt! Kepala kon tolku terasa disemprot cairan no nok Ines, bersamaan dengan pekikan Ines, "...nyampee...!" Tubuh Ines mengejang dengan mata membeliak-beliak. "Ines...!" aku melenguh keras-keras sambil merengkuh tubuh Ines sekuat-kuatnya. Wajahku kubenamkan kuat-kuat di lehernya yang jenjang. Pejuku pun tak terbendung lagi. Crottt! Crottt! Crottt! Pejuku bersemburan dengan derasnya, menyemprot dinding no nok Ines yang terdalam. kon tolku yang terbenam semua di dalam no nok Ines terasa berdenyut-denyut.

Beberapa saat lamanya aku dan Ines terdiam dalam keadaan berpelukan erat sekali. Aku menghabiskan sisa-sisa peju dalam kon tolku. Cret! Cret! Cret! kon tolku menyemprotkan lagi peju yang masih tersisa ke dalam no nok Ines. Kali ini semprotannya lebih lemah. Perlahan-lahan baik tubuh Ines maupun tubuhku tidak mengejang lagi. 

Aku menciumi leher mulus Ines dengan lembutnya, sementara tangan Ines mengusap-usap punggungku dan mengelus-elus rambut kepalaku. Aku merasa puas sekali berhasil ngen totin Ines.


Sex Panas Mirna Menantu Yang Mengoda

 Sex Panas Mirna Menantu Yang Mengoda

KASIR4D - Sex Panas Mirna Menantu Yang Mengoda 



Mirna Menantu Yang Mengoda Berdiri di depan pintu rumahku, menantu permpuanku, Mirna, mendekatkan kepalanya ke arahku dan berbisik,

“Kalau Ayah mau… aku nggak menolak.” Dia memberiku sebuah kecupan ringan di pipi, dan berbalik lalu

berjalan menyusul suami dan anaknya yang sudah lebih dulu menuju ke mobil. Yoyok menempatkan bayinya

pada dudukan bayi itu, dan seperti biasanya, dia terlalu jauh untuk mendengar apa yang dibisikkan

istrinya tercintanya terhadap Ayah kandungnya.


Mirna melenggang di jalan kecil depan rumah dengan riangnya bagai seorang gadis remaja yang menggoda.

Yoyok tak mengetahui ini juga, ini semua dilakukan istrinya hanya untukku…

Baca Juga >>> Kasir4D : Agen Togel, Bandar Togel , Casino Online terpercaya

Mungkin kalian semua mengira aku terlalu mengada-ada soal ini, tapi kenyataannya apa yang Mirna lakukan

ini tidak hanya sekali ini saja. Dan sejak aku tak terlalu terkejut lagi, aku merasa ada sesuatu yang

hilang jika dia tidak melakukannya saat berkunjung ke rumahku.Aku merasa ada getaran pada penisku, dan

sebagai seorang laki-lakii biasa yang masih normal, pikiran ‘andaikan… yang wajar menurutku selalu hadir

di benakku.

Mirna adalah seorang wanita yang bertubuh mungil, tapi meskipun begitu ukuran tubuhnya tersebut tak

mampu menutupi daya tarik seksualnya. Sosoknya terlihat tepat dalam ukurannya sendiri. Dia mempunyai

rambut hitam pekat yang dipotong sebahu, dia sering mengikatnya dengan bandana. Dia memiliki energi dan

keuletan yang sepengetahuanku tak dimiliki orang lain. Sebuah keindahan nan elok kalau ingin

mendiskripsikannya. Dia selalu sibuk, selalu terlihat seakan dikejar waktu tapi tetap selalu terlihat

manis. Dia masuk dalam kehidupan keluarga kami sejak dua tahun lalu, tapi dengan cepat sudah terlihat

sebagai anggota keluarga kami sekian lamanya.

Mirna Menantu Yang Mengoda Yoyok bertemu dengan mirna saat masih kuliah di tahun pertama. Mirna baru saja lulus SMU, mendaftar di

kampus yang sama dan ikut kegiatan orientasi mahasiswa baru. Kebetulan Yoyok yang bertugas sebagai

pengawas dalam kelompoknya Mirna. Seperti yang sering mereka bilang, cinta pada pandangan pertama.


Mereka menikah di usia yang terbilang sangat muda, Yoyok 23 tahun dan Mirna 19 tahun. Setahun kemudian

bayi pertama mereka lahir. Aku ingat waktu itu kebahagian terasa sangat menyelimuti keluarga kami.

Suasana saat itu semakin membuat kami dekat. Mirna mempunyai selera humor yang sangat bagus, selalu

tersenyum riang, dan juga menyukai bola. Dia sering terlihat bercanda dengan Yoyok, mereka benar-benar

pasangan serasi. Dia selalu memberi semangat pada Yoyok yang memang memerlukan hal itu.


Yoyok dan Mirna sering berkunjung kemari, membawa serta bayi meraka. Mereka telah mengontrak rumah

sendiri, meskipun tak terlalu besar. Aku pikir mereka merasa kalau aku membutuhkan seorang teman, karena

aku seorang lelaki tua yang akan merasa kesepian jika mereka tak sering berkunjung. Disamping itu, aku

memang sendirian di rumah tuaku yang besar, dan aku yakin mereka suka bila berada disini, dibandingkan

rumah kontrakannya yang sempit.


Cerita Sex Panas Mirna Menantu Yang Mengoda Ibunya Yoyok telah meninggal karena kanker sebelum Mirna masuk dalam kehidupan kami. Sebenarnya, tanpa

mereka, aku benar-benar akan jadi orang tua yang kesepian. Aku masih sangat merindukan isteriku, dan

bila aku terlalu meratapi itu, aku pikir, kesepian itu akan memakanku. Tapi pekerjaanku di perkebunan

serta kunjungan mereka, telah menyibukkanku. Terlalu sibuk untuk sekedar patah hati, dan terlalu sibuk

untuk mencari wanita untuk mengisi sisa hidupku lagi. Aku tak terlalu memusingkan kerinduanku pada sosok

wanita. Tak terlalu.

Kunjungi Kami Di 

Website : cuekasir4d.com
WHAT'SAPP : +62 821-3639-2252
TELEGRAM : +62 821-1785-1681

👇Klik link di bawah👇

Bayi mereka lahir, dan menjadi penerus keturunan keluarga kami. Kami sangat menyayanginya. Dan kehidupan

terus berjalan, Yoyok melanjutkan pendidikannya untuk gelar MBA, dan Mirna bekerja sebagai Teller di

sebuah Bank swasta.


Kunjungan mereka padaku tak berubah sedikitpun, cuma bedanya sekarang mereka sering membawa beberapa

bingkisan juga. Tentu saja, diasamping itu juga perlengkapan bayi, beberapa popok, mainan dan makanan

bayi.


Cerita Sex Panas Mirna Menantu Yang Mengoda Beberapa bulan lalu Mirna dan bayi mereka datang saat Yoyok masih di kelasnya. Dia duduk disana

menggendong bayinya di lengannya. Dia sedang berusaha untuk menidurkan bayinya. Aku tak tahu caranya,

tapi pemandangan itu entah bagaimana telah menggelitik kehidupan seksualku.


“Ngomong-omong… kapan Ayah akan segera menikah lagi?” dia bertanya dengan getaran pada suaranya.


“Aku tak tahu. Aku kelihatannya belum terlalu membutuhkan kehadiran seorang wanita

dalam hidupku.


Lagipula, aku telah memiliki kalian yang menemaniku.”


“Aku tidak bicara tentang teman. Aku sedang bicara soal seks.” matanya mengedip kearahku saat dia

bicara.

“Apa?”“Ayah tahu, seks.” dia hampir saja tertawa sekarang.

“Ketika seorang lelaki dan wanita sudah telanjang dan memainkan bagiannya masin-masing?”

“Ya, aku tahu seks,” aku membela diri.

“Lagipula kamu pikir darimana suamimu berasal?”

“Yah, aku hanya khawatir kalau Ayah sudah melupakannya. Maksudku, apa Ayah tak merindukan hal itu?”

“Terima kasih atas perhatianmu, tapi aku sudah terlalu tua untuk hal seperti itu.”

“Hei! Lelaki tak pernah bosan dengan hal itu. Setidaknya begitulah dengan putramu.”

“Anakku jauh lebih muda dariku, dan dia mempunyai seorang istri yang cantik.”

“Terima kasih, tapi aku masih tetap menganggap Ayah membutuhkannya,” dia menekankan suaranya pada kata

‘Ayah’.

“Terima kasih sudah ngobrol,” kataku, masih terdengar sengit.Cerita Sex Pembantu


Cerita Sex Panas Mirna Menantu Yang Mengoda Ada sedikit jeda pada perbincangan itu, saat dia masih menekan kehidupan seksualku. Aku pikir bukanlah

urusannya untuk mencampuri hal itu meskipun kadang aku membayangkannya juga.


Dia pandang bayinya, yang akhirnya tertidur, dan memberinya sebuah senyuman rahasia, sepertinya mereka

berdua akan berbagi sebuah rahasia besar.

Masih memandangnya, tapi dia berbicara padaku, “Kalau Ayah mau… aku nggak menolak.”


“Apa!!!?”

“Aku serius.” Mirna menatapku.

“Kalau Ayah menginginkan aku… Ayah adalah seorang lelaki yang tampan. Ayah membutuhkan seks. Disamping

itu, aku bersedia, kan?”



Aku pikir dia sedang bercanda. Tapi wanita yang menggoda ini tidak sedang main-main. Tapi tetap saja tak

mungkin aku melakukannya dengan istri dari anak kandungku sendiri.


“Terima kasih atas tawarannya, tapi kupikir aku akan menolak tawaranmu.” suaraku terdengar penuh dengan

keraguan saat mengucapkannya.


Mirna mencibirkan bibir bawahnya, aku tak bisa menduga apa yang sedang dirasakannya. Dia tetap terlihat

menawan, dan aku merasa Yoyok sangat beruntung.Dia bicara dengan pelan.


“Dengar, Yoyok tak akan tahu. Maksudku, aku tak akan mengatakannya kalau Ayah juga menjaga rahasia. Dan

bukan berarti aku menawarkan diriku pada setiap lelaki yang kutemui. Aku bukan wanita seperti itu dan

aku bisa mengatur agar sering berkunjung kemari. Dan aku tahu Ayah menganggapku cukup menarik kan, sebab

aku sering melihat Ayah memandangi pantatku.”


Aku tak mungkin menyangkalnya. Mirna mungkin tak terlalu tinggi, tapi dia memiliki bongkahan pantat yang

indah diatas kedua kakinya.


“Ya, kamu memang memiliki pantat yang indah. Tapi itu bukan berarti kalau aku ingin berselingkuh dengan

menantuku sendiri.”


Dia berhenti sejenak, tapi Mirna kelihatannya tak akan menyerah begitu saja.


“Yah, tapi jangan lupa.

“Kalau Ayah mau… aku nggak menolak.”


Dan itulah awal dari semua ini.


Seiring minggu yang berlalu, entah di sengaja atau tidak, dia seakan selalu berusaha untuk menggodaku,

membuat puting sususnya menyentuh dadaku saat dia menyerahkan bayinya padaku untuk ku gendong. Atau dia

masukkan jarinya di mulutnya saat Yoyok tak melihat, dan menghisapnya dengan pandangan penuh kenikmatan

ke arahku. Suatu waktu dia duduk di lantai dengan kaki menyilang dan sedang bermain dengan bayinya, dia

memandangku tepat di mata, tersenyum, dan menyentuh pangkal paha di balik celana jeansnya. Aku tak akan

melupakan hal itu.


Dan dia entah bagaimana selalu menemukan cara untuk berduaan denganku walaupun sesaat, dan dia memberiku

ciuman singkat yang penuh gairah, tepat di bibir. Itu semua dilakukannya berulang-ulang.


“Kalau Ayah mau… aku nggak menolak,” dia berbisik di belakang Yoyok saat suaminya itu sedang memasukkan

DVD pada player.

“Kalau Ayah mau… aku nggak menolak,” dia berbisik saat mendekat untuk menyodorkan minuman padaku.

“Kalau Ayah mau… aku nggak menolak,” dia membisikkannya setiap kali dia berpamitan.


Dan sekarang, aku bukanlah terbuat dari batu, dan aku tak akan bilang tingkah lakunya itu tidak

memberikan pengaruh terhadapku. Mirna sangat manis dan mungil, dan meskipun setelah melahirkan bayi

pertamanya tak membuat tubuhnya berubah seperti kebanyakan wanita. Dia tetap langsing, dan manis, dan

dia menawarkan dirinya untuk kumiliki. Tapi aku tak akan memulai langkah pertama untuk tidur dengan

menantuku sendiri, tak perduli semudah apapun itu.

Setidaknya itulah yang tetap kukatakan pada diriku sendiri.


Beberapa minggu yang lalu kami semua berkumpul di rumahku untuk melihat pertandingan bola. Aku mengambil

beberapa kaleng minuman dan sedang berada di dapur untuk menyiapkan beberapa makanan ringan saat Mirna

muncul dari balik pintu itu.


“Hai!” sapanya, membuka pintu dan masuk ke dapur.

“Ayah sudah siap untuk pertandingan nanti?”

“Hampir. Aku sedang membuat makanan untuk keluarga kecil kita, dan aku punya beberapa wortel untuk

cucuku. Aku pikir dia akan suka dan warnanya sama dengan kesebelasan yang akan bertanding nanti, kan?”


Mirna tertawa dan berkata. “Aku rasa dia tak akan perduli. Disamping itu bukankah ada hal lain yang

lebih baik yang bisa Ayah kerjakan untukku?”


“Jangan menggodaku. Aku seorang kakek dan aku akan lakukan apa yang menurutku akan disukai oleh cucuku.”

aku memandangnya.


Mirna berdiri di sana memakai bandana merah kesukaannya diatas rambutnya yang sebahu.


Dia memakai kaos yang sedikit ketat yang bahkan tak sampai ke pinggangnya, dan pusarnya mengedip padaku

dibalik kaosnya. Kancing jeansnya membuatnya kelihatan seperti anak-anak diera bunga tahun 60an, dan dia

memakai sandal dengan bagian bawah yang tebal yang menjadikannya lebih tinggi sepuluh centi. Kuku

kakinya dicat merah senada dengan lipstiknya, dan itu menjadi terlihat dengan sangat menarik dibalik

denimnya.


Dia selalu suka mengenakan perhiasan, dan dia memakainya pada leher, telinga, pergelangan tangan dan

bahkan di jari kakinya. Dia membuatku berandai-andai jika saja aku masih remaja, jadi aku dapat memacari

gadis sepertinya. Mungkin suatu waktu nanti aku harus pergi ke kampus dan mencari gadis-gadis.

Khayalanku terhenti saat menyadari kalau Yoyok dan bayinya tidak mengikutinya masuk.


“Mana anggota keluargamu yang lainnya?” aku bertanya ingin tahu.


“Mereka akan segera datang. Yoyok pergi ke toko perkakas untuk membeli peralatan mesin cuci yang rusak.

Dia ingin membawa serta anaknya. ‘Perjalanan ke toko perkakas yang pertama bersama Ayah’ kurasa yang

dikatakannya padaku.” dia tersenyum.

“Apa Ayah mempermasalahkan saat pertama kalinya mengajak Yoyok ke toko perkakas?”

“Aku tak ingat,” aku berkata dengan garing.


Mirna mendekat padaku, dan menaruh tangannya melingkari leherku.


“Ini kesempatan Ayah. Kalau Ayah mau… aku nggak menolak.”


Mirna memandangku tepat di mata dan mengangkat tubuhnya dan menciumku lama dan liar. Aku ingin

mendorongnya, tapi aku tak tahu dimana aku harus menaruh tanganku. Aku tak mau menyentuh pinggang

telanjang itu, dan jika aku menaruh tanganku di dadanya aku pasti akan menyentuh puting susunya. Saat

aku masih terkejut dan bingung, aku temukan diriku menikmati ciumannya. Ini sudah terlalu lama, dan aku

merasa telah lupa akan rasa lapar yang mulai tumbuh dalam diriku.


Akhirnya aku menghentikan ciuman itu dan mundur dan melepaskan tangannya dari leherku.


“Kita tak bisa melakukannya.” aku mencoba menyampaikannya dengan lembut, tapi aku takut itu kedengaran

seperti rajukan.

“Ya kita bisa.” Mirna kembali menaruh lengannya di leherku dan mendorong bibirku ke arahnya.


Ada gairah yang lebih lagi dalam ciuman kali ini, dan akhirnya penerimaanku. Kali ini saat kami

berhenti, ada sedikit kekurangan udara diantara kami berdua, dan aku semakin merasa sedikit bimbang.


Cerita Sex Panas Mirna Menantu Yang Mengoda Mirna memandangku dengan binar di matanya dan sebuah senyuman di bibirnya.


“Ayah menginginkanku. Aku bisa merasakannya. Ayah tak mendapatkan wanita setahun belakangan ini, dan

Ayah tak mempunyai tempat untuk melampiaskannya. Dan aku menginginkan Ayah. Jadi tunggu apa lagi…”Pada

sisi ini aku tak mampu berkomentar.


Aku menginginkannya. Tapi aku tak dapat meniduri menantuku, bisakah aku? Tapi aku menginginkan dia. Aku

merasa pertahananku melemah, dan saat Mirna menciumku lagi, aku jadi sedikit terkejut saat menyadari

diriku membalas ciumannya dengan rakus.


“Mmmmm. Itu lebih baik,” katanya saat kami berhenti untuk mengambil nafas.


Mirna menarik tangannya dari leherku dan mulai melepaskan kancing celanaku saat menciumku kembali lalu

dia mundur. Jadi dia bisa melihat saat dia melepaskan kancing jeansku, menurunkan resletingnya, dan

merogoh ke dalam untuk mengeluarkan barangku. Aku terkejut saat terlihat jadi tampak lebih besar di

genggaman tangannya yang kecil. Setahun sudah tak disentuh oleh wanita , dan bereaksi dengan cepat,

menjadi keras dan cairan pre-cumnya keluar saat dia mengocoknya dengan lembut.


Mirna mundur dan duduk. Saat kepalanya turun, dia menempatkan bibirnya di pangkal penisku yang basah.

“Aku rasa aku menyukai bentuknya,” bisiknya sambil menatap mataku.


Lalu kemudian dia membuka mulutnya dan dengan perlahan memasukkan penisku ke dalam mulutnya. Ke dalam

dan lebih dalam lagi penisku masuk dalam mulutnya yang lembut, hangat dan basah, dan aku merasa berada

di dalam vagina yang basah dan kenyal saat lidahnya menari di penisku. Akhirnya aku merasa telah berada

sedalam yang ku mampu, bibirnya menyentuh rambut kemaluanku dan kepala penisku berada entah di mana jauh

di tenggorokannya. Penisku tanpa terasa mengejang, dan pinggangku bergerak berlawanan arah dengannya,

dan bersiap untuk menyetubuhi wajahnya.


Tapi Mirna perlahan menjauhkan mulutnya dariku, menimbulkan suara seperti sedang mengemut permen. Saat

dia bangkit untuk menciumku lagi, aku mengarahkan tanganku diantara pahanya. Aku gosok jeansnya dan dia

menggeliat karenanya.


“Mmmm, itu pasti nikmat,” katanya.

“Tapi biar aku membuatnya jadi lebih mudah.”


Mirna melepaskan kancing celananya dan menurunkan resletingnya, memperlihatkan celana dalam katunnya

yang bergambar beruang kecil. Diturunkannya celananya dan melepaskannya dari tubuhnya. Kami melihat ke

bawah pada area gelap dibawah sana dimana kewanitaannya bersembunyi, dan kemudian aku sentuh perutnya

yang kencang dan terus menurunkan celana dalamnya.


Mirna mengerang dalam kenikmatan saat tanganku mencapai sasarannya dibalik celana dalamnya. Vaginanya

serasa selembut pantat bayi, dan aku sadar kalau dia pasti telah mencukurnya sebelum kemari. Terasa

basah dan licin oleh cairan kewanitaannya dan membuatku kagum karena itu tak menimbulkan bekas basah di

luar jeansnya. Saat tanganku menyelinap dibalik bibir vaginanya dan menyentuh klitorisnya yang mengeras,

dia memejamkan matanya dan menekan berlawanan arah dengan jariku.



Mirna menaruh salah satu tangannya di leherku dan mendorong kami untuk sebuah ciuman intensif berikutnya

sedangkan tangannya yang lain mengocok penisku dan tanganku terus bergerak dalam lubang basahnya. Saat

kami berhenti untuk bernafas, Mirna mundur dan mengatakan sesuatu yang mengejutkan,


“Yoyok datang.” Aku segera melepasnya dan menuju jendela. Ya, mobil Yoyok terlihat di jalan sedang

menuju kemari.


Mirna pasti melihatnya dari balik bahuku saat kami saling mencumbui leher. Tiba-tiba perasaan bersalah

datang menerkam karena hampir saja ketahuan. Aku tak percaya apa yang hampir saja kami lakukan. Dengan

tergesa-gesa aku kenakan kembali celanaku, tapi Mirna menghentikanku dan menangkap tanganku dan

melanjutkan kocokannya.


“Hei, tidak boleh. Tak semudah itu Ayah boleh mengakhirinya. Aku telah menunggu terlalu lama untuk ini.”

“Tapi Yoyok hampir datang! Dia akan melihat kita!”


Mirna mengeluarkan penisku dan berjalan ke arah meja dapur.


“Ini perjanjiannya,” katanya.

“Aku tak akan mengadu pada Yoyok tentang apa yang baru saja kita lakukan kalau Ayah dapat dapat

mengeluarkan seluruh sperma Ayah dalam vaginaku sebelum dia sampai kemari.” Sambil berkata begitu, dia

menurunkan celananya hingga lutut dan membungkuk di meja itu.“Dia segera datang!” hampir saja aku

teriak.“Tidak.”


Cerita Sex Panas Mirna Menantu Yang Mengoda Mirna membentangkan kakinya sejauh celananya memungkinkan untuk itu dan dia memandangku lewat bahunya.

“Dia harus menggendong bayi dan mengeluarkan semua barangnya. Biasanya dia memerlukan beberapa menit.

Sekarang kemarilah dan setubuhi aku.”


Mirna telah telanjang dari pinggang hingga kaki, dan dia memohon padaku agar segera memasukkan diriku

dalam tubuhnya. Aku menatap dua lubang yang mengundang itu. Pantatnya begitu kencang dan aku tak terusik

saat melihat lubang anusnya yang berkerut kemerahan, dan di bawahnya, bibir vaginanya yang merah,

terlihat mengkilap basah. Kakinya tak sejenjang model, tapi lebih kecil dan terasa pas, dan aku

membayangkan bercinta dengannya beberapa jam.


Tangannya bergerak kebelakang diantara pahanya dan menempatkan tangannya pada vaginanya. Dengan dua

jarinya dilebarkannya bibir vaginanya hingga terbuka, dan aku dapat melihat lubang merah mudanya

mengundang penisku agar segera masuk.


“Ayo,” katanya.

“Ambil aku.”




Aku tak tahu apa dia sedang bercanda saat mengatakannya. Yoyok atau bukan, rangsangan ini lebih dari

cukup untuk mereguk birahinya. Aku melangkah ke belakang menantuku dan menempatkan penisku di

kewanitaannya. photomemek.com Saat aku mendorong penisku melewati lubang surganya yang sempit, aku dapat merasakan jari

Mirna menahan bibir madunya agar tetap terbuka, dan dia melenguh saat aku memegang pinggangnya dan

memasukkan diriku padanya.


Mirna telah sangat basah hingga aku dengan mudah melewati vagina mudanya yang sempit. Aku mulai

mengayunkan barangku di dalamnya, sebagian didorong oleh nafsu akan tubuh menggairahkannya dan sebagian

oleh rasa takut jika Yoyok memergoki kami. Mirna mengerang, dan aku dapat merasakan jarinya menggosok

kelentit dan bibir vaginanya sendiri. Nafasnya mulai tersengal, dan setelah beberapa goyangan dariku,

dia segera orgasme. Suara rengekan pelan keluar dari bibirnya saat dia mencengkeram pinggiran meja

dengan kuat, dan letupan orgasmenya menggoncang kami berdua saat aku menghentaknya.


Itu cukup untuk menghantarku. Aku tak berhubungan dengan wanita dalam setahun ini, dan aku belum pernah

mendapatkan yang sepanas Mirna. Aku menahan nafas dan mendorong seluruh kelaki-lakianku ke dalam

dirinya. Kami mematung, dan kemudian spermaku menyemprot dengan hebat jauh di dalam surganya. Serasa aku

telah mengguyurnya dengan sperma yang panas dan berlebih. Dia mengerang dalam nikmat, menggetarkan

pantatnya di seputar penisku saat aku mengosongkan persediaan benihku. Dia melemah seiring dengan

habisnya spermaku, dan kami akhirnya berhenti bergerak, kecuali untuk mengambil nafas.

Takut Yoyok akan datang sebelum kami sempat melepaskan diri, aku keluarkan diriku dari tubuhnya dengan

bunyi plop yang basah, lalu mundur menjauh dan mengenakan celanaku. Mirna masih tetap berbaring

tertelungkup di atas meja merasakan kehangatan campuran cairan birahi kami, pantat telanjangnya masih

tetap memanggilku. Aku lihat spermaku dan cairannya mulai meleleh keluar dari bibir surganya.


Aku palingkan muka dan melihat Yoyok hampir sampai di pintu belakang, bayi di tangan yang satu dan

belanjaan di tangan lainnya.


Aku berbalik dan memohon pada Mirna.


” Ayolah!” kataku.

“Kamu telah dapatkan keinginanmu. Dia hampir sampai kemari.”


Mirna bangkit, tatapan matanya masih kelihatan linglung. Dia bergerak ke depanku, menjadikanku sebagai

penghalang dari pandangan suaminya saat dia dengan tergesa-gesa memakai celananya.


“Apa kalian sudah siap untuk pertandingannya?” tanya Yoyok sambil membuka pintu.

“Ya,” aku menjawab dari balik punggungku saat aku diam untuk menghalangi Mirna yang menaikkan

resletingnya.


Setelah dia selesai, aku segera berbalik untuk menyambut Yoyok.


“Ini,” katanya, menyodorkan bayinya padaku dan meletakkan belanjaannya diatas meja dapur.

“Urus ini, aku akan mengambil popok bayi.” Yoyok melangkah ke pintu yang masih terbuka, dan aku

menghampiri Mirna. Dia masih terlihat sedikit linglung.

“Hampir saja,” kataku.

“Sini, biar aku yang menggendongnya.”Aku berikan bayinya.


Cerita Sex Panas Mirna Menantu Yang Mengoda Mirna memberiku pemandangan seraut wajah dari seorang wanita yang puas sehabis bersetubuh, dan memberiku

ciuman hangat yang basah.


“Masih ada satu hal lagi yang harus kuketahui,”katanya.

“Apa itu?”Kalau aku ingin, bisakah aku mendapatkannya besok?” Dan dia melenggang begitu saja tanpa menunggu jawabanku yang hanya melongo bengong. Dia yakin kalau akan bersedia

Agen Togel, Bandar Togel, Casino Online, Agen Judi Online, Slot Online Terpercaya, Slot Gacor



Selasa, 07 Januari 2025

PERGANTIAN TAHUN YANG MENGESANKAN

 PERGANTIAN TAHUN YANG MENGESANKAN


KASIR4D - Pergantian Tahun Yang Mengesankan  


Perkenalkan nama ku andi tinggal dikota S berkelana kejakarta tinggal bersama tante gw disebuah apatermen yg tinggi tinggal dilantai 27.
Sudah tinggal hampir 1 bulan bersama tante gw untuk mencari pekerjaan tapi masih belum dapat juga.Tante gw cantik,sexy dengan ukuran dada kira2 36 dan pantat yg bulat membuat gw ingin menidurinya.
Malam pergantian tahun gw sendirian didalam apatermen tante gw.kesal rasanya tidak bisa berkumpul bersama teman2 dikampung.
Jam sudah menunjukan pukul 10 malam.menghilangkan kesal gw nonton tv sendirian.
Jam 11 tante gw pulang dengan sedikit sempoyongan,gw tanya sama tante .
Sudah pulang tante kok cepat tidak menghabiskan waktu malam tahun baru bersama teman2 tante.
Tante gw menjawab gak ,tante kasihan mikirin kamu sendirian disini makanya tante pulang mau menemani kamu tahun baruan.


Ya sudah tante mau mandi dulu abis itu tante mau istirahat sebentar dikamar.
Saya menjawab ooo ya sudah tante istirahat aja dikamar kelihatannya tante juga pusing .
Selagi saya ingin mengambil minuman dikulkas tanpa sengaja saya melihat tanteku yg sedang mandi dengan pintu sedikit tidak tertutup saya melihat tante gw sedang masturbasi sendiri dikamar mandi,terlihat semua keindahan tubuh tante gw,dada yg besar dan pantat yg bulat.
Melihat pemandangan seperti itu barang gw langsung bangun. Gw langsung kabur ambil air dikulkas dan duduk lagi di sofa sambil nonton acara tv.
Selesai mandi tante gw ngomong ke gw kalo dia mau tidur2an bentar,gw pikir ya pastinya tidur beneran lah tante gw.
Sambil nonton tv gw merem menghayal bisa ngentotin tante gw yg sexy,sambil ngeluarin kontol gw yg panjang kira2 16cm.
Tiba2 dari belakang gw ada suara tante gw lagi ngapain Di,kaya disamber petir gw kaget langsung benerin celana gw ngomong gak ngapa2in tante.


Tante gk jadi tidur kata gw,tante gw ngomong kan mau temenin lo tahun baruan.Malam itu tante gw pake baju daster putih yg tipis gk pake bh lagi jadi terlihat besarnya toket tante gw.
Tante gw duduk disebelah gw ikut nonton .
Tante gw ngomong ngapain Di tadi kok ngocok sendirian hayo kamu mikirin siapa.
Memberanikan diri gw jawab tadi gw mikirin tante yg sedang masturbasi dikamar mandi,muka tante gw sedikit memerah.
Tante gw ngomong lagi ya sudah Di sini tante bantuin kamu,tangan tante gw langsung megang celana gw untuk dibuka,gw belaga jangan tante,dengan cepat tangan tante gw udh ngebuka celana gw keluar lah kontol gw.


Dengan cepat pula tante gw ngisep kontol gw,nikmat rasanya dihisap tante gw.sampe gw bilang tante enak isepan tante terusss tante.
Tidak mau kalah tangan gw meremas2 toket tante gw yg gede.selesai isep kontol gw tante gw nomong Di jilatin memek tante dong.
Langsung gw buka celana dalem tante gw,gw jilatin memek tante gw sampe tante gw mendesah ohhh Di enakkkk bangett jilatan lo terus Diii tante udah mau keluarrrrr,crooootttt berasa asin2 dimulut gw
daster tante gw buka gw isep pentil tante gw sambil gw remes2 toketnya.
Terus tante gw ngomong Dii masukin dong kontol lo kememek tante.atur posisi gw gesek2 kontol gw ke memeknya tante gw dan blesssss masuk semua kontol gw ke memeknya ahhhhhhhDi mentokkk kontol lo Di.


Gw genjot kontol gw ke memek tante gw sampe mendesah2 tante gw oohhhhh yessss Diii enak bener kontol lo Di,gw juga bilang memek tante juga enakkk.
Gk puas gw bilang sma tante gw.
Tante ganti gaya yukk akhirnya gw ganti gaya dengan doggy.
Terlihat kemontokan pantat tante gw makin ngaceng aja gw.
Gw bilang sama tante,tante kita main dibalkon yuk.
Dengan gaya doggy gw maen dibalon,gw genjot lagi tante gw sambil gw tepok2 pantatnya,gw tarik tangannya kebelakang sambil meremas2 toketnya.
Gw bilang sama tante kalo gw udh mau keluarr,tante gw bilang tahannn bentarrrrr ya Dii tante juga udh mau keluar lagi nihhh.

Kunjungi Kami Di 

Website : cuekasir4d.com
WHAT'SAPP : +62 821-3639-2252
TELEGRAM : +62 821-1785-1681

👇Klik link di bawah👇

Ternyata di tv terdengar kalau sebentar lgi hitungan mundur pertanda pergantian tahun.
Gw gejot terus tante gw sampai terdengar suara di Tv 5–4–3–2–1 gw sama tante gw akhirnya croooottttttt berbarengan sambil melihat kembang api yg cantik bertanda pergantian tahun.
Gw mencium tante gw sambil ngomong Selamat Tahun Baru tante.



KERJA LAPANGAN PENUH NIKMAT

 KERJA LAPANGAN PENUH NIKMAT KASIR4D     KERJA LAPANGAN PENUH NIKMAT Cerita Dewasa Langsung aja ke ceritanya yang sesuai judul thread “Kerja...