Senin, 31 Maret 2025

MEMEK GADIS SMA TERASA GATAL SETELAH KUBERI OBAT PERANGSANG

 MEMEK GADIS SMA TERASA GATAL SETELAH KUBERI OBAT PERANGSANG


KASIR4D - Memek Gadis SMA Terasa Gatal Setelah Kuberi Obat Perangsang

Cerita Dewasa

Memek Gadis SMA Terasa Gatal Setelah Kuberi Obat Perangsang Cerita Seks Mantul. Selesai mandi aku ke ruang tamu nonton bola, beberapa orang tetanggaku datang ke rumahku seperti biasanya kalau ada pertandingan bola live rumahku rame layaknya bioskop. Di sela-sela nonton kami sering mengobrol mulai update politik, kabar tetangga sampai urusan wanita.

Pak Hendro adalah seorang tetanggaku yang tekenal suka bercanda tapi yang berbau porn*gr*fi, dia tiba-tiba nyeletuk katanya dia membeli sebuah obat per*ngs*ng wanita Cair yang harganya mahal, diapun mulai cerita panjang lebar tentang khasiat obat Per*ngs*ng Cair itu katanya bisa meningkatkan lib*do wanita dengan cepat,

Aku pun iseng-iseng minta ke dia obat per*ngs*ng wanita itu pengin buktikan, karena kami memang sudah cukup akrab diapun tanpa pikir panjang memberikan sebotol kecil obat per*ngs*ng wanita itu, tapi pesannya jangan dipakai semua, sisanya dia minta dikembalikan, percaya ga percaya akupun mengambilnya,

Meski dalam hati bertanya juga mau dicobain ke siapa ya, wanita di rumahku Cuma ada pembantuku sementara istriku sedang pulang ke rumah orang tuanya…. ah sudahlah sementara disimpan dulu… Pertandingan bola sudah berlangsung 45 menit, televisi sudah menghadirkan komentator dan diselingi iklan, di waktu jeda seperti itu bapak-bapak biasanya juga ikut komentar sambil ngobrol satu sama lain.

Akupun ke luar sebentar untuk menjernihkan mataku yang sedikit pedes, aku keluar di halaman rumah untuk beberapa saat. Kemudian muncul lah dua anak SMA masih dengan seragamnya menyapaku karena lewat depan rumahku, aku mengenali mereka berdua anak tetangga RT sebelah, namanya Lia dan Vini.

Setelah berjalan beberapa langkah melewati rumahku tiba-tiba mereka berhenti dan sepertinya saling berbisik kemudian kembali lagi mendekatiku, mereka menyodorkan sebuah Proposal untuk kegiatan Karang taruna, aku terima proposalnya dan aku suruh mereka kembali lagi nanti sore untuk ambil uangnya.


Akupun masuk ke rumah melanjutkan nonton TV pertandingan sepakbola, semakin seru dan sesekali bapak-bapak bersorak ketika tim kesayangannya berhasil menjebol gawang lawan. Beberapa menit kemudian pertandingan pun selesai dengan hasil imbang 2-2. Satu persatu mulai pamit pulang dan rumahku pun kembali sepi.

Pembantuku mulai membersihkan ruangan dan mencuci gelas-gelas kotor karena memang tadi tetanggaku banyak sekali yang datang. Perutku mulai terasa lapar dari tadi belum makan, akupun menuju ruang makan. Pembantuku membuatkan teh panas dan menaruhnya di dekatku,

Ide jahil muncul dalam pikiranku, aku ingin menguji keampuhan obat per*ngs*ng cair yang diberi Pak Hendro tadi, kuteteskan obat Per*ngs*ng cair ke dalam teh panas dan aku memanggil pembantuku, “Susan, ini tehnya buat kamu aja, aku dari tadi sudah terlalu banyak minum manis, aku air putih saja”.

Susan pun memberikan air putih kepadaku dan membawa teh panas itu ke dapur.
“Jangan dibuang lo San, sayang, kamu minum aja gapapa”, kataku.
Dan jebakanku pun berhasil, kuperhatikan dari ruang makan, Susan meminum teh panas yang sudah kucampur dengan obat per*ngs*ng wanita tadi.

Hampir setengah gelas ia teguk, dan ia melanjutkan mencuci gelas dan piring, beberapa saat kemudian ia meminum lagi teh itu dan menghabiskannya, mungkin karena gelasnya mau sekalian dicuci. Wah, jebakanku berhasil, Susan sudah meminum semua, aku tinggal menunggu reaksi obat per*ngs*ng wanita itu.

Beberapa menit kemudian Susan mengambil sapu untuk membersihkan ruang tamu, aku pura-pura cuek masuk ke kamar dan membaca koran, tapi pintu kamar kubiarkan terbuka untuk memperhatikan gerak-gerik Susan dari kejauhan, ternyata benar gelagat Susan mulai tampak aneh, dia menyapu tak selincah biasanya, tatapannya seperti melamun mirip orang yang sedang memikirkan sesuatu.

Susan meletakkan sapunya dan masuk ke dalam kamarnya. Aku keluar kamar pura-pura ke kamar mandi, sesampai di depan kamar Susan kuintip dia dari lubang yang di pintu. Wah….dugaanku benar, Susan mast*rbasi untuk memuaskan n*fsunya, ternyata khasiat obat per*ngs*ng wanita itu sudah terbukti,


Kulanjutkan mengintip Susan mencoba tak mengeluarkan suara, takut mengganggu konsentrasi Susan, lagipula aku menikmati pemandangan itu, ternyata tubuh Susan indah juga, wajahnya nampak cantik sewaktu melakukan mast*rbasi, dia membuka lebar-lebar pah*nya, sel*ngk*ng*nnya dir*ba-r*ba dengan tangannya sendiri dan satu lagi tangannya mer*mas-r*mas p*yud*ranya.

Matanya terpejam bib*rnya sedikit tergig*t seperti menahan nikmat yang begitu hebat. Kemudian jarinya ia masukkan ke dalam Vag*nanya yang lebat dengan rambut hitam di sekelilingnya. Dikoc*k-koc*knya m*m*k Susan jarinya keluar masuk semakin cepat kemudian melambat dan kemudian dipercepat lagi, dimainkannya it*l yang sedikit nampak berwarna merah, diputar-putar kemudian digesek-gesek.

Wajahnya mendongak ke atas dengan mata tetap terpejam Susan mempercepat jarinya keluar masuk ke dalam v*ginanya. Terus terang akupun mulai ter*ngs*ng, aku membuka perlahan retsletingku dan kukeluarkan k*nt*lku, dengan tangan kananku kuurut-urut p*nisku maju mundur, aku on*ni di depan pintu kamar Susan.

Sambil terus mengintip dari lubang pintu itu kubayangkan aku sedang men*duri Susan, aku berada di atas tubuh Susan dan memasukkan p*nisku ke dalam m*m*knya, bayangan itu semakin jelas dalam pikiranku yang semakin kotor, aku mengoc*k p*nisku terus menerus tapi berusaha tak mengeluarkan suara, takut Susan mengetahuinya,

Beberapa saat kemudian Susan sedikit mengerang tapi mencoba menahan suaranya, pinggulnya naik sedikit ke atas kepalanya merebah ke samping tangannya keluar masuk m*m*knya semakin cepat dan kemudian terhenti, Susan terkulai lemas sepertinya dia sudah mencapai puncaknya, Susan org*sme,

Sementara aku masih on*ni karena nanggung p*nisku sedang nikmat-nikmatnya dikoc*k, kuintip Susan masih terkulai lemas dengan pah*nya masih terbuka lebar, kukoc*k-koc*k kembali semakin cepat sambil kuperhatikan gundukan m*m*knya yang basah, oh mengg*ir*hkan sekali,

Tak lama kemudian aku pun mengeluarkan sp*rma di depan pintu Susan, cepat-cepat kubersihkan dengan keset di dekat pintu kamarnya dan kumasukkan kembali k*nt*lku, aku pun kembali ke kamarku berpura-pura tidak terjadi apa-apa.
Dari kamar kulihat Susan melanjutkan menyapu lantai ruang tamu, kuperhatikan Susan dan kuingat pemandangan tadi ternyata Susan cantik juga sewaktu tel*nj*ng.

Jam menunjukkan pukul 5 sore, aku keluar dari kamar untuk memberi makan ikan-ikanku di akuarium, Susan mendekatiku membawa sebuah tas kecil, dia tampak cantik sepertinya segar habis mandi dan berdandan dengan sedikit make up di wajahnya, dia pamit mau pulang karena di rumahnya ada hajatan mungkin besok sore baru bisa kembali lagi.

Aku memberi uang Rp.50.000 untuk naik angkot dan ojek. Susan pun berlalu dari pandanganku dan kuperhatikan dari belakang bok*ngnya yang tampak sint*l dan s*ksi, kubayangkan dia tel*nj*ng seperti tadi sore waktu dia aku intip sedang mast*rbasi. Susan memang cantik untuk ukuran seorang pembantu, sayang mungkin karena faktor ekonomi jadi orangtuanya tidak mampu membiayainya sekolah.

Beberapa saat kemudian pintu rumahku diketuk, sepertinya ada tamu. Ternyata Vini, anak SMA yang tadi memberiku proposal dan aku janji mau memberikan sumbangan sore ini, aku menyuruhnya masuk.
“Mana Lia?”,tanyaku.
“Lia ke rumah Pak RW ngambil sumbangan juga, kami bagi tugas”,jawab Vini.

Aku pun masuk ke dapur dan membuat Vini minuman, saat memasukkan gula ke dalam gelas, muncul niat jahilku, aku teringat dengan obat tetes yang tadi sukses mengerjai Susan pembantuku. Akupun mencoba untuk ngerjain Vini, kuteteskan beberapa tetes ke dalam teh yang aku buat untuk Vini dan kubawa ke ruang tamu.

Aku mempersilakannya minum dan kukatakan padanya bahwa pembantuku sedang ada perlu dan pulang ke rumahnya, jadi aku yang membuatkan minuman.
“Ah jadi ngrepotin om, makasih ya”, Vini meminum seteguk dan kami pun ngobrol,
kuperhatikan Vini menjelaskan panjang lebar tentang kegiatan yang akan dilaksanakan sambil kuperhatikan sesekali dia meneguk minuman yang kucampur obat tetes itu.

Aku menunggu reaksinya tapi berpura-pura memperhatikan apa yang dia omongkan. Beberapa menit kemudian Vini mulai tersedak, omongannya mulai sedikit gagap dan sebentar-bentar terhenti, aku tersenyum kecil dan dalam hati bersorak karena obat per*ngs*ng wanita itu mulai menunjukkan reaksinya,

Kaki Vini bergerak-gerak kecil seperti mengges*kkan pah*nya ke m*m*knya, tapi dia berusaha menyembunyikannya dariku, padahal aku tahu itu karena lib*donya mulai naik.
“Minumnya dihabiskan mumpung masih anget, apa aku tambah lagi?” kataku.

“ah u…udah ga usah ma…makasih”, jawabnya sambil sedikit terbata dan menghabiskan minumnya, Vini berdiri dan mau pamit. Dia mengulurkan tangannya untuk bersalaman, kupegang tangannya dan kurasakan sedikit bergetar.
“Nanti aja pulangnya, kita ngobrol dulu”, kudekati tubuhnya dan kupegang tangannya yang satu lagi.

kami pun berpegangan tangan dan berdiri berhadapan, Vini mulai salah tingkah, kutarik tubuh pelan-pelan dan sedikit menyentuh tubuhku, kurasakan d*danya berdegup kencang dia menundukkan pandangannya. Kuangkat dagunya dan dia menatapku, kami bertatapan dengan mesra kusentuh bib*rnya yang mungil, Vini diam saja dan kurasakan d*danya semakin berdegup kencang.

Kudekatkan tubuhku hingga tubuh kami bersentuhan kupegang pinggulnya, dan menariknya ke tubuhku pelan-pelan. Kudekatkan bib*rku ke wajahnya, kusentuh bib*rnya dengan bib*rku, Vini diam saja malah memejamkan matanya seolah mengijinkan aku menc*umnya,

Selanjutnya bib*r kami pun berp*gutan, kami berc*uman cukup mesra layaknya dua orang yang saling mencintai. Tanganku mulai bergerilya, kur*mas-r*mas bok*ngnya dengan tanganku, k*nt*lku mulai er*ksi karena bersentuhan dengan m*m*knya yang kenyal. Tubuh kami bergerak-gerak seperti sedang mencari ken*kmatan yang mulai terasa mengalir ke darah kami masing-masing.

Kudorong tubuhnya ke pintu kupeluk dia dan c*uman ku turunkan ke lehernya, kuc*umi lehernya yang putih dan itu membuat Vini semakin pasrah dalam ken*kmatan, kuturunkan lagi wajahku menc*umi d*danya, sambil perlahan tanganku mengangkat kaosnya ke atas, kur*mas d*danya dengan tanganku, Dia mengg*linjang kuc*umi kembali lehernya dan kubuka pengait **nya dari belakang.

Kini put*ng susunya nampak jelas di depanku, kumainkan dengan jariku dan kur*mas-r*mas kemudian kuh*sap-h*sap, Vini mengg*linjang dan mengg*yang-g*yangkan tubuhnya. Vini mulai kesetanan, aku semakin bern*fsu saja melihat Vini yang pasrah menyerahkan tubuhnya untuk kun*kmati.

Tanganku turun ke bawah menyelinap ke dalam celana Vini, kurasakan kehangatan m*m*k Vini yang masih mungil, kugesek-gesek dengan jariku dan kucoba memasukkan dengan lembut jariku ke dalam m*m*knya. Vini memegang tanganku seperti menahan dan menyuruhku memasukkan jariku dengan perlahan.

Akupun memasukkan jariku jauh lebih ke dalam, Vini mend*sah semakin n*kmat. Aku juga semakin bersemangat mengoc*k-ngoc*k jariku ke dalam v*ginanya. Tanganku ingin semakin bebas mer*ba-r*ba m*m*knya sehingga aku turunkan saja celana Vini sekaligus cel*na d*lamnya, Vini memelukku erat seperti tidak ingin kehilangan ken*kmatan itu.

Kubalas pelukannya dengan memeluknya juga semakin erat, kur*ba-r*ba m*m*knya dan kuj*lati put*ng sus*nya. Aku sangat men*kmati permainan itu. Kugendong tubuh Vini masuk ke dalam kamarku, kurebahkan dia di atas kasur, kutel*nj*ngi dia dan dia diam saja hanya sedikit menutup v*ginanya dengan tangannya mungkin malu.

Akupun melepaskan baju dan celanaku, sehingga kami berdua sama-sama tel*nj*ng bulat. Aku tidak menyangka bisa mendapatkan rejeki nomplok sehebat ini. Seorang cewek cantik SMA yang tentunya sedang n*kmat-n*kmatnya kini bertel*nj*ng bulat di depanku dan pasrah aku ent*t.

Oh ini berkat obat per*ngs*ng wanita **** dari Pak Hendro. Aku membuka pah*nya lebar-lebar dan men*durinya, kuc*umi bib*rnya sambil tanganku mer*mas-r*mas kedua belah d*danya, p*nisku seperti menemukan sarangnya, tangan Vini memegang p*nisku dan mengarahkan ke dalam l*bang sengg*manya,

Beberapa saat kemudian sleeppppp p*nisku masuk ke dalam v*gina Vini, dinding v*gina yang masih sempit memberikan sensasi ken*kmatan yang luar biasa bagiku. p*nisku seperti dised*t-sed*t oleh m*m*knya, sempit kenyal dan hangat,oh nikmat sekali.

Kukeluar masukkan P*nisku dengan lembut karena takut menyakiti Vini, kukoc*k-koc*k dengan perlahan kukeluarkan dan kumasukkan lebih ke dalam. Vini meng*rang ken*kmatan, bib*rnya digig*t dengan gig*nya, aku juga semakin n*kmat saja.

Kuangkat pah*nya ke atas, kutarik p*nisku dan kumasukkan dari arah atas m*m*knya, kumasukkan lagi perlahan dan sleepp… k*nt*lku masuk lagi ke lubang m*m*knya yang semakin hangat, kini p*nisku menancap semakin dalam di lubang v*gina Vini.

Kunjungi Kami Di 

WHAT'SAPP : +62 821-3639-2252

TELEGRAM : +62 821-1785-1681




Minggu, 30 Maret 2025

CICIPI MEKI ANAK PELAJAR

 CICIPI MEKI ANAK PELAJAR

KASIR4D - Cicipi meki anak pelajar

Cerita Dewasa

Suatu hari aku ke Jakarta, Ketika aku sampai ke rumah kakakku, aku melihat ada tamu, rupanya ia adalah teman kuliah kakakku waktu dulu. Aku dikenalkan kakakku kepadanya. Rupanya ia sangat ramah kepadaku.

Usianya 40 tahun dan sebut saja namanya Diky. Ia pun mengundangku untuk main ke rumahnya dan dikenalkan pada anak-istrinya. Istrinya, Aivi, 7 tahun lebih muda darinya, dan putrinya, Sinta, duduk di kelas 2 SMP.

Kalau aku ke Jakarta aku sering main ke rumahnya. Dan pada hari Senin, aku ditugaskan oleh Diky untuk menjaga putri dan rumahnya karena ia akan pergi ke Malang, ke rumah sakit untuk menjenguk saudara istrinya.

Menurutnya sakit demam berdarah dan dirawat selama 3 hari. oleh karena itu ia minta cuti di kantornya selama 1 minggu. Ia berangkat sama istrinya, sedangkan anaknya tidak ikut karena sekolah.

Setelah 3 hari di rumahnya, suatu kali aku pulang dari rumah kakakku, karena aku tidak ada kesibukan apapun dan aku pun menuju rumah Diky. Aku pun bersantai dan kemudian menyalakan VCD. Selesai satu film.

Saat melihat rak, di bagian bawahnya kulihat beberapa VCD porno. Karena memang sendirian, aku pun menontonnya. Sebelum habis satu film, tiba-tiba terdengar pintu depan dibuka. Aku pun tergopoh-gopoh mematikan televisi dan menaruh pembungkus VCD di bawah karpet.

Hallo, Oom Chandra..!” Sinta yang baru masuk tersenyum.
“Eh, tolong dong bayarin Bajaj.. uang Sinta sepuluh-ribuan, abangnya nggak ada kembalinya.”


Aku tersenyum mengangguk dan keluar membayarkan Bajaj yang cuma dua ribu rupiah.
Saat aku masuk kembali.., pucatlah wajahku! Sinta duduk di karpet di depan televisi, dan menyalakan kembali video porno yang sedang setengah jalan. Dia memandang kepadaku dan tertawa geli.

“Ih! Oom Chandra! Begitu, tho, caranya..? Sinta sering diceritain temen-temen di sekolah, tapi belom pernah liat.”
Gugup aku menjawab, “Sinta.. kamu nggak boleh nonton itu! Kamu belum cukup umur! Ayo, matiin.”
“Aahh, Oom Chandra. Jangan gitu, dong! Tu, liat.. cuma begitu aja! Gambar yang dibawa temen Sinta di sekolah lebih serem.”

Tak tahu lagi apa yang harus kukatakan, dan khawatir kalau kularang Sinta justru akan lapor pada orangtuanya, aku pun ke dapur membuat minum dan membiarkan Sinta terus menonton. Dari dapur aku duduk-duduk di beranda belakang membaca majalah.

Sekitar jam 7 malam, aku keluar dan membeli makanan. Sekembalinya, di dalam rumah kulihat Sinta sedang tengkurap di sofa mengerjakan PR, dan.. astaga! Ia mengenakan daster yang pendek dan tipis.

Tubuh mudanya yang sudah mulai matang terbayang jelas. Paha dan betisnya terlihat putih mulus, dan pantatnya membulat indah. Aku menelan ludah dan terus masuk menyiapkan makanan.
Setelah makanan siap, aku memanggil Sinta.

Dan.., sekali lagi astaga.. jelas ia tidak memakai BH, karena puting susunya yang menjulang membayang di dasternya. Aku semakin gelisah karena penisku yang tadi sudah mulai “bergerak”, sekarang benar-benar menegak dan mengganjal di celanaku.

Selesai makan, saat mencuci piring berdua di dapur, kami berdiri bersampingan, dan dari celah di dasternya, buah dadanya yang indah mengintip. Saat ia membungkuk, puting susunya yang merah muda kelihatan dari celah itu. Aku semakin gelisah. Selesai mencuci piring, kami berdua duduk di sofa di ruang keluarga.


“Oom, ayo tebak. Hitam, kecil, keringetan, apaan..!”
“Ah, gampang! Semut lagi push-up! Khan ada di tutup botol Fanta! Gantian.. putih-biru-putih, kecil, keringetan, apa..?”
Sinta mengernyit dan memberi beberapa tebakan yang semua kusalahkan.
“Yang bener.. Sinta pakai seragam sekolah, kepanasan di Bajaj..!”
“Aahh.. Oom Chandra ngeledek..!”
Sinta meloncat dari sofa dan berusaha mencubiti lenganku. Aku menghindar dan menangkis, tapi ia terus menyerang sambil tertawa, dan.. tersandung!

Ia jatuh ke dalam pelukanku, membelakangiku. Lenganku merangkul dadanya, dan ia duduk tepat di atas batang kelelakianku! Kami terengah-engah dalam posisi itu. Bau bedak bayi dari kulitnya dan bau shampo rambutnya membuatku makin terangsang.

Dan aku pun mulai menciumi lehernya. Sinta mendongakkan kepala sambil memejamkan mata, dan tanganku pun mulai meremas kedua buah dadanya.

Nafas Sinta makin terengah, dan tanganku pun masuk ke antara dua pahanya. Celana dalamnya sudah basah, dan jariku mengelus belahan yang membayang.
“Uuuhh.. mmhh..” Sinta menggelinjang.

Kesadaranku yang tinggal sedikit seolah memperingatkan bahwa yang sedang kucumbu adalah seorang gadis SMP, tapi gairahku sudah sampai ke ubun-ubun dan aku pun menarik lepas dasternya dari atas kepalanya.

Aahh..! Sinta menelentang di sofa dengan tubuh hampir polos!
Aku segera mengulum puting susunya yang merah muda, berganti-ganti kiri dan kanan hingga dadanya basah mengkilap oleh ludahku. Tangan Sinta yang mengelus belakang kepalaku dan erangannya yang tersendat membuatku makin tak sabar.

Aku menarik lepas celana dalamnya, dan.. nampaklah bukit kemaluannya yang baru ditumbuhi rambut jarang. Bulu yang sedikit itu sudah nampak mengkilap oleh cairan kemaluan Sinta. Aku pun segera membenamkan kepalaku ke tengah kedua pahanya.

“Ehh.. mmaahh..,” tangan Sinta meremas sofa dan pinggulnya menggeletar ketika bibir kemaluannya kucium.
Sesekali lidahku berpindah ke perutnya dan mengemut perlahan.
“Ooohh.. aduuhh..,” Sinta mengangkat punggungnya ketika lidahku menyelinap di antara belahan kemaluannya yang masih begitu rapat.

Lidahku bergerak dari atas ke bawah dan bibir kemaluannya mulai membuka. Sesekali lidahku akan membelai kelentitnya dan tubuh Sinta akan terlonjak dan nafas Sinta seakan tersedak. Tanganku naik ke dadanya dan meremas kedua bukit dadanya. Putingnya sedikit membesar dan mengeras.

Ketika aku berhenti menjilat dan mengulum, Sinta tergeletak terengah-engah, matanya terpejam. Tergesa aku membuka semua pakaianku, dan kemaluanku yang tegak teracung ke langit-langit, kubelai-belaikan di pipi Sinta.

“Mmmhh.. mmhh.. oohhmm..,” ketika Sinta membuka bibirnya, kujejalkan kepala kemaluanku.
Mungkin film tadi masih diingatnya, jadi ia pun mulai menyedot. Tanganku berganti-ganti meremas dadanya dan membelai kemaluannya.

Segera saja kemaluanku basah dan mengkilap. Tak tahan lagi, aku pun naik ke atas tubuh Sinta dan bibirku melumat bibirnya. Aroma kemaluanku ada di mulut Sinta dan aroma kemaluan Sinta di mulutku, bertukar saat lidah kami saling membelit.

Dengan tangan, kugesek-gesekkan kepala kemaluanku ke celah di selangkangan Sinta, dan sebentar kemudian kurasakan tangan Sinta menekan pantatku dari belakang.
“Ohhmm, mam.. msuk.. hh.. msukin.. Omm.. hh.. ehekmm..”

Perlahan kemaluanku mulai menempel di bibir liang kemaluannya, dan Sinta semakin mendesah-desah. Segera saja kepala kemaluanku kutekan, tetapi gagal saja karena tertahan sesuatu yang kenyal. Aku pun berpikir, apakah lubang sekecil ini akan dapat menampung kemaluanku yang besar ini.

Terus terang saja, ukuran kemaluanku adalah panjang 15 cm, lebarnya 4,5 cm sedangkan Sinta masih SMP dan ukuran lubang kemaluannya terlalu kecil.

Tetapi dengan dorongan nafsu yang besar, aku pun berusaha. Akhirnya usahaku pun berhasil. Dengan satu sentakan, tembuslah halangan itu. Sinta memekik kecil, dahinya mengernyit menahan sakit. Kuku-kuku tangannya mencengkeram kulit punggungku.

Aku menekan lagi, dan terasa ujung kemaluanku membentur dasar padahal baru 3/4 kemaluanku yang masuk. Lalu aku diam tidak bergerak, membiarkan otot-otot kemaluan Sinta terbiasa dengan benda yang ada di dalamnya.

Sebentar kemudian kernyit di dahi Sinta menghilang, dan aku pun mulai menarik dan menekankan pinggulku. Sinta mengernyit lagi, tapi lama kelamaan mulutnya menceracau.
“Aduhh.. sshh.. iya.. terusshh.. mmhh.. aduhh.. enak.. Oomm..”

Aku merangkulkan kedua lenganku ke punggung Sinta, lalu membalikkan kedua tubuh kami hingga Sinta sekarang duduk di atas pinggulku. Nampak 3/4 kemaluanku menancap di kemaluannya. Tanpa perlu diajarkan, Sinta segera menggerakkan pinggulnya, sementara jari-jariku berganti-ganti meremas dan menggosok dada, kelentit dan pinggulnya, dan kami pun berlomba mencapai puncak.

Lewat beberapa waktu, gerakan pinggul Sinta makin menggila dan ia pun membungkukkan tubuhnya dan bibir kami berlumatan. Tangannya menjambak rambutku, dan akhirnya pinggulnya menyentak berhenti. Terasa cairan hangat membalur seluruh batang kemaluanku.

Setelah tubuh Sinta melemas, aku mendorong ia telentang. Dan sambil menindihnya, aku mengejar puncakku sendiri. Ketika aku mencapai klimaks, Sinta tentu merasakan siraman air maniku di liangnya, dan ia pun mengeluh lemas dan merasakan orgasmenya yang ke dua.

Sekian lama kami diam terengah-engah, dan tubuh kami yang basah kuyup dengan keringat masih saling bergerak bergesekan, merasakan sisa-sisa kenikmatan orgasme.

“Aduh, Oom.. Sinta lemes. Tapi enak banget.”

Aku hanya tersenyum sambil membelai rambutnya yang halus. Satu tanganku lagi ada di pinggulnya dan meremas-remas. Kupikir tubuhku yang lelah sudah terpuaskan, tapi segera kurasakan kemaluanku yang telah melemas bangkit kembali dijepit liang vagina Sinta yang masih amat kencang.

Aku segera membawanya ke kamar mandi, membersihkan tubuh kami berdua dan.. kembali ke kamar melanjutkan babak berikutnya. Sepanjang malam aku mencapai tiga kali lagi orgasme, dan Sinta.. entah berapa kali.

Begitupun di saat bangun pagi, sekali lagi kami bergumul penuh kenikmatan sebelum akhirnya Sinta kupaksa memakai seragam, sarapan dan berangkat ke sekolah.

Kembali ke rumah Diky, aku masuk ke kamar tidur tamu dan segera pulas kelelahan. Di tengah tidurku aku bermimpi seolah Sinta pulang sekolah, masuk ke kamar dan membuka bajunya, lalu menarik lepas celanaku dan mengulum kemaluanku.

Kunjungi Kami Di 

WHAT'SAPP : +62 821-3639-2252

TELEGRAM : +62 821-1785-1681


Sabtu, 29 Maret 2025

GUA JILAT MEMEK LU SAMPAI ORGAME

 GUA JILAT MEMEK LU SAMPAI ORGAME

KASIR4D - Gua JilatMemek Lu Sampai Orgasme

Cerita Dewasa

Jilmek Istri Teman Sampai Orgasme Cerita Ngentot 2024 . Amar adalah sosok seorang teman yang aku kenal paling baik selama ini, dia sangat peduli dengan keadaan temannya yang lagi terkena musibah. Amar ini sudah mempunyai istri dan seorang anak perempuan. Istri Amar ini lebih muda dari Amar 5 tahun. Namanya Dina, orangnya cantik, putih bersih, badannya ideal dengan tinggi sekitar 167cm dan berat badan sekitar 60kg, terlihat tubuhnya begitu molek.

Ceritanya begini, namaku Burhan, aku berteman dengan Amar saat aku sekantor sama dia disuatu perusahaan swasta dikotaku tinggal. Awalnya aku berteman seperti biasa dengan Amar, sampai pada akhirnya aku merasa nyaman berteman dengannya sehingga aku sering maen kerumahnya, hampir setiap malam selepas pulang kerja sekitar jam 9 malam aku selalu berkunjung kerumahnya untuk sekedar ngopi dan ngobrol-ngobrol saja sampai larut malam. Saat aku mulai sering maen kerumah Amar saat itu juga aku juga akrab dengan istrinya, Dina. Kami sering ngobrol bertiga dengan candaan-candaan biasa. Biasanya sih banyak teman-teman juga yang maen kerumah Amar tapi semakin lama semakin berkurang, mungkin pada merasa bosan, tinggal aku saja yang masih sering maen kerumahnya hingga aku dan istrinya pun sudah semakin akrab saja.

Setelah beberapa bulan kita sebagai teman sekantor karena suatu masalah akhirnya kita berdua (aku dan Amar) keluar dari kantor tersebut. Tapi Amar langsung mendapatkan pekerjaan, sementara aku masih saja nganggur. Walaupun aku dan Amar sudah tidak sekantor lagi tapi setiap malam aku masih sering maen kerumahnya dan bisa dipastikan hampir setiap hari. Pertemanan kami pun berjalan dengan apa adanya, aku juga berteman bbm dengan Dina, ketika Amar kerja kita juga sering bbm’an tanpa sepengatahuan Amar hanya untuk menghibur Dina yang gak ada kegiatan dirumahnya.


2 bulan Amar bekerja, terjadi pengurangan pegawai secara besar-besaran dan ternyata Amar juga terkena pengurangan pegawai tersebut. Jadilah sekarang Amar menganggur. Mulai inilah aku setiap hari selalu berkumpul dengan Amar, istri dan anak perempuannya yang masih kecil, sekitar 6 tahunan. Makin lama aku memandang Dina makin seksi sekali, tubuhnya semakin semok. Mungkin karena dipompa sama Amar setiap malam. Aku beruasaha menolak gejolak perasaanku kepada Dina, aku selalu berusaha menahannya. Aku masih bersikap biasa saja, tapi aku selalu mencuri-curi pandang kepada Dina karena Dina sering memakai pakaian yang seksi kalau dirumah. Aku sering melihat Dina hanya menggunakan daster diatas lutut, kadang juga hanya memakai hotpant saja, sehingga terlihat jelas lekuk tubuhnya yang sangat erotis.

Payudaranya sih aku lihat gak besar dan bahkan bisa dibilang kecil, aku tafsir sekitar 32B saja, sekitar satu genggaman tangan laki-laki dewasa saja, tapi terlihat sangat ketat dan mungil menonjol dari kaos yang ia gunakan sehari-hari. Aku jujur makin hari aku melihat penampilan Dina aku menjadi nafsu sama dia, aku ingin sekali menyetubuhinya tapi semua itu aku anggap tidak mungkin karena dia adalah istri teman baikku sendiri. Hingga suatu hari terjadi juga yang aku pikirkan.

Waktu itu Amar yang telah berkeluarga tidak mungkin jika nganggur terus-terusan, maka ia berusaha melamar kerja disemua bidang. Akhirnya kurang lebih seminggu Amar mendapakan panggilan di Jakarta dan keterima kerja disana. Aku yang mengantarkan Amar untuk berangkat ke terminal beserta juga dengan istri dan anaknya. Saat aku mengantar Amar, aku dipesani Amar untuk membantu menjaga istrinya, aku diminta untuk mengawasi setiap gerakan istrinya, dan aku menyanggupinya. Amar berjanji pada anak dan istrinya setiap 2 minggu sekali dia akan pulang, dan aku juga diminta untuk selalu menjemputnya diterminal saat dia pulang, aku pun sebagai teman pasti menyanggupinya. Dan berangkatlah Amar menuju ke jakarta.


Dan sejak saat itu terjadilah kisahku dengan Dina istri Amar. Setiap hari aku selalu bbm’an dengan Dina yang berawal dari bercanda-candaan biasa. Sempat juga aku maen kerumahnya saat Dina mengantarkan anaknya ke sekolah, waktu itu anak Dina sudah TK. Selesai mengantar anaknya sekolah Dina pasti selalu pulang kerumahnya untuk sekedar membersihkannya. Sementara aku sendiri ini masih saja menganggur, jadi aku bisa kapan saja mengawasi kegiatan Dina.

2 bulan Amar pergi semuanya berjalan lancar-lancar saja, hingga menginjak bulan ketiga Amar menjadi jarang pulang, aku mengetahui itu dari cerita Dina. Hingga sekarang aku sering menemui Dina dirumahnya saat dia membersihkan rumahnya, hanya untuk menenangkan pikiran Dina yang sedih akibat perubahan sifat dari suaminya. Siang itu aku datang menemui Dina dirumahnya, lalu kamipun ngobrol seperti biasa, Dina bercerita dengan sedih. Aku menjadi bingung, sementara saat itu aku melihat Dina menggunakan pakaian yang seksi. Aku menjadi bingung antara Dina yang sedih dan juga aku yang sudah bernafsu.

Kemudian aku menenangkannya pikiran Dina, aku berniat mengajaknya tour club motor untuk sekedar mencari hiburan agar Dina sendiri tidak suntuk dirumah terus tanpa hiburan. Dan Dina pun menyetujuinya tapi Dina bingung harus beralasan apa kepada suaminya saat pergi tour, aku bilang gak usah bilang tinggal anak kamu titipkan saja dirumah ibu kamu lalu kamu alasan mau pergi dengan temanmu dan nginep, gitu aja kan beres, Dina lalu mengangguk tanda dia setuju.

Sabtu itu tiba, aku janjian sama Dina kalau aku akan menjemputnya disebuah supermarket kecil jam 3 sore, akhirnya persis jam 3 aku menjemputnya dan lalu bergegaslah aku untuk tour club motor tersebut. Sore itu Dina menggunakan pakaian yang sangat seksi, dia menggunakan jaket stripnya dan hanya menggunakan legging berwarna krem saja. Terlihat sangat besar bongkahan pantat Dina. Saat membonceng tak kusangka Dina terus berpegangan memelukku dari belakang dengan mesranya, aku pun diam saja karena aku juga menikmatinya. Saat di jalan aku hampir saja menabrak pengendara jalan lainnya, aku terpaksa ngrem mendadak. Dan terasa tangan Dina menyentuh penisku yang dalam sekejap langsung berdiri tegang. Tapi dalam hatiku masih deg deg’an karena mau nabrak tadi. Akhirnya setelah kami agak merasa tenang akupun melanjutkan perjalanan, dan dalam perjalanan aku mengobrol dengan Dina.

Maaf ya Din, tadi mau nabrak”
“Gak papa kok mas, yang penting kagak nabrak”
“Iya sih tapi aku gak enak sama kamu, karena kamu jadi kaget dan takut”
“Gak papa kok mas, sekarang udah gak deg deg’an lagi kok”
“Eeeehhh maaf ya mas tadi aku gak sengaja kepegang” ucap Dina
“Aaahhh gak papa kok Din, aku malah seneng kalau kamu pegang beneran” jawabku sambil ketawa
“Aaahh mas Burhan bisa aja, nanti bisa gawat kalau aku pegang senjata mas, hehe” ucap Dina sambil sedikit tertawa.
Waaah ada sedikit sinyal niiihh pikirku “Ya kalau gawat ya nanti aku temenin deh biar gak takut lagi” jawabku sambil ketawa lagi.
“Aaaaahhhhh mas Burhan deeeh” jawab Dina sambil mengaplek pundak aku.

Kami terus melakukan perjalanan, dan terasa malam pun tiba, tapi jaraknya masih lumayan jauh. Aku terus berkendara dan semakin kupercepat gasku biar cepet sampai acara tour itu. Jam menunjukan pukul 20.00, aku sudah sampai tempat tour, dan suasana disana sangat ramai sekali, tak terhitung mungkin bisa ribuan orang dang dari berbagai kota di Indonesia. Lalu akupun memarkirkan motor dan mengajak Dina untuk mencari makan, karena dari tadi perjalanan belum makan. Menujulah aku dan Dina kesebuah warung makan yang ada ditempat tour itu.

Sambil makan, kami juga menikmati music dangdut yang disajikan oleh panitia tour. Setelah selesai makan, aku mengajak jalan-jalan Dina untuk mencari klenik-klenik dari motor, tapi baru saja menginjak depo klenik Dina menepuk pundakku.

“Mas aku kebelet pipis, anterin aku yuuuk mas”
“Disini jauh dari pombensin Din, emang kamu mau pipis dikebon?” ucapku.
“Ya mau gimana lagi mas, aku sudah kebelet banget mas, ayo cepet mas, bawa aqua ya buat bersihin nanti” pinta Dina.
“Ya udah ayo kita cari tempat yang aman” ajakku sembari menggandeng tangan Dina.

Setelah aku muter-muter aku melihat ada rumah kosong tak jauh dari tempat acara tour “Naaahhh itu ada tempat kosong Din, yoook kesitu aja daripada lebih jauh lagi” ajakku. Lalu aku menggeret tangan Dina yang sudah dari tadi menahan kencing dan beberapa detik sampai juga, aku mengajak kebelakang rumah kosong itu.

“Udah sana buruan pipis, nanti keburu ngompol kamu Din” kataku
“Temenin mas, aku takut kalau sendirian, disitu kan gelap banget mas” ujar Dina
“Udah ni aku senterin pake HP dari sini, gak papa tenang aja gak usah takut ada aku disini”jawabku kayak pahlawan.

Kemudian aku mengambil HP ku dan menyalakan senternya.

“Mas jangan ngintip yaaa”.
“Iya tenang aja paling juga sedikit kok” jawabku bercanda.

Setelah itu Dina langsung melorotkan celana legging yang ia kenakan, terlihat sangat putih sekali pantat Dina dari kegelapan, aku menengak-nengok melihat suasana aman atau tidak, sekira aman aku akan berusaha mencumbu Dina malam itu juga “pikirku dalam sekejap”.

“Suuuuuuuuurrrrrrrrrrrr………” suara air kencing Dina terdengar sangat keras sekali. Aku melihat Dina mulai membuka aqua untuk mencuci vaginanya yang habis kencing tadi. Dan tak terasa ternyata penisku juga sekarang sudah mulai tegang. Setelah Dina selesai membersihkan vaginanya dan mau memakai celana leggingnya, aku langsung saja menyergapnya dari belakang dengan keadaan celana Dina masih terbuka dibawah lutut.

Mas apa-apaan ini, mas mau ngapain aku” ucap Dina
“Aku sudah horni sama kamu dari tadi saat melihat pantatmu Din, aku minta itu kamu ya Din” jawabku.

Tanpa menunggu jawaban dari Dina lagi aku langsung melumat bibir tipisnya, pertama Dina melakukan perlawanan. Sementara aku menciumi bibir Dina tanganku langsung memegang vaginanya yang sudah terbuka, langsung aku memegang klitoris Dina dan aku mainkan.


“Aaaaahhhhhhh…..Maaassss…Jaaaaa…Nggaaaaannn….Maaassss” ucap Dina.

Tapi aku dengan tidak peduli masih terus memainkan klitoris Dina dan sekarang aku mulai memasukkan jari tanganku kedalam memek Dina

“Aaaarrggghhh…..Maaassss…Sakiiiit Maaasss” desah Dina.

Karena aku sudah sangat bernafsu maka aku mengocok memek Dina dengan cepat sekali. Tanpa menunggu lama setelah aku mengobok-obok memek Dina, aku langsung membuka celanaku dan mengeluarkan penis besarku yang berukuran panjang sekitar 17cm dan berdiameter 4cm itu. Dengan sedikit memaksa aku langsung mengujamkan penisku kedalam memek Dina.

“Bleeeeeesssssss” penisku masuk semua ke dalam memek Dina.
“Oooooouuuuhhhhh,,,,Maaassss…Ooooouuuuhhhh….Pelaaaan…Maaassss” desah Dina ketika aku menyodokan penisku dari belakang. Semakin lama aku semakin mempercepat gerakanku.
“Sluuuuuppp….Sluuuuup….Sluuuupppp” bunyi benturan badan kita. aku sudah nafsu dari tadi tak kuasa menahannya terus memompa Dina semakin cepat, tak berapa lama tubuh Dina terasa bergetar dan “Ouuuuuhhhh….Maaaassss…..Akkkkk…..Akkkkkuuuuuuu….Keluaarrrr….Mas…..” rintih Dina.

Dan aku juga merasakan ada cairan yang nyemprot di penisku yang masih standby didalam memek Dina. Setelah Dina keluar, aku mencabut penisku dari memek Dina lalu aku arahkan ke muka Dina, aku memintanya untuk mengulum penisku. Dengan aku berdiri dan Dina jongkok, Dina langsung mengulum penisku. Karena tak sabar dengan kuluman Dina kemudian aku memegang kepala Dina dan kemudian aku memaju mundurkan penisku didalam mulut Dina, hingga Dina tersedak karena penisku masuk terlalu dalam. Aku mengambil jaketku dan aku dudukan Dina diatas jaketku, aku menidurkan Dina. Aku mulai lagi memasukkan penisku ke dalam memek Dina.

“Plooook…..Ploooookkkk….Ploooookkkkk…..” aku langsung dengan cepat memompa memek Dina hingga terdengar benturan tubuh kami.
“Oooooouuuhhh….Maaassss….Oooouuuuhhhh….Maaasssss” Dina terus mendesah kenikmatan, aku juga merasakan kenikmatan.

Memek Dina yang sudah beranak satu masih terasa sempit seperti para gadis-gadis. Aku semakin bernafsu. Setelah kurang lebih 15 menit aku memompa memek Dina, aku merasakan kalau aku akan orgasme dan aku langsung mencabut penisku dan aku arahkan kemulut Dina, dan aku kocok sebentar penisku dan akhirnya “Crooooot….Crooooot…Crooooot…Croooooottt….Croooottttt…” banyak sekali pejuh kentalku menyemprot muka Dina, bahkan ada sebagian pejuhku yang masuk kedalam mulut Dina.
Setelah pejuhku habis keluar, aku mengarahkan penisku kemulut Dina, aku ingin Dina membersihkan sisa pejuh yang masih nempel dipenisku dengan mulutnya. Dina pun mengulumnya hingga penisku bersih. Lalu aku mengambil tisu milik Dina yang ada didalam tas, dan aku membersihkan pejuhku yang kececeran di muka Dina. Aku menyuruh Dina untuk membersihkan mukanya dengan aqua yang masih tersisa tadi.

Setelah itu kami kembali ke acara seperti biasa, sempat aku mengucapkan “Din, aku minta maaf ya, tadi aku khilaf, aku sudah nafsu banget ngelihat kamu buka celana didepan aku tadi”. Tapi Dina diam saja tidak menjawabnya. Setelah acara selesai aku mengajak Dina untuk pulang tapi aku tidak pulang langsung karena waktu sudah larut bahkan dini hari, maka aku mengajak Dina untuk menginap disebuah motel sederhana. Kemudian kami masuk di motel tersebut dan akhirnya kembali aku mnyetubuhi Dina. Kali ini tempat, suasana yang nyaman maka kami lebih menikmati persetubuhan itu, hingga akhirnya aku dan Dina tidur pulas dengan bugil.

Sampai keesokan harinya sudah siang pukul 10, kami langsung mandi, dan tak lupa waktu mandi kami juga melakukan hubungan sex lagi sebagai perpisahan. Dan setelah semua selesai akhirnya kami pulang kerumah, dan setelah kejadian itu aku dan Dina menjadi tidak akrab seperti dulu. tapi aku masih bersikap biasa saja didepan Amar. Sungguh hubungan sex yang sangat istimewa dalam hidupku.

Kunjungi Kami Di 

WHAT'SAPP : +62 821-3639-2252

TELEGRAM : +62 821-1785-1681



Jumat, 28 Maret 2025

JANDA BOHAY MESUM

 JANDA BOHAY MESUM

KASIR4D - Janda Bohay Mesum

Cerita Dewasa

janda Bohay Yang Ditinggal Mati Suaminya. selamat membaca dan menikmati sajian khusus bacaan terbaru cerita sex bergambar yang hot dan di jamin seru meningkatkan nafsu birahi seks ngentot. 

Kejadian ini belum lama aku alami dan ini merupakan pengalaman pertama kalinya aku melakukan hubungan badan dengan seorang wanita janda. Tepatnya dengan seorang tante, panggil saja namanya tante Ida, dia seorang janda yang ditinggal mati suaminya sekitar 4 tahun yang lalu, umur tante Ida sekarang 30 tahun, mempunyai seorang anak yang masih kecil.

Dia sebenarnya sering sekali datang ke Jakarta dan memang mempunyai sebuah rumah jakarta, serta mempunyai seorang anak angkat yang juga merupakan anak dari kakaknya. Namanya Fandri, dia juga sedang kuliah dan tinggal di kos yang sama denganku, tapi dia lebih muda dariku dua tahun. Kami lumayan akrab, sehingga kami sering keluar atau pergi jalan bersama.

Perkenalanku dengan tante Ida, adalah ketika kunjungannya ke Jakarta, karena sebenarnya dia berasal dari Kalimantan. Pada waktu itu, aku diajak makan siang bersama oleh Fandri, dan katanya ada tantenya yang datang ke Jakarta bersama anaknya. Fandri berjanji untuk bertemu tantenya di sebuah mall yang cukup terkenal di Jakarta. Setelah menunggu selama hampir setengah jam, akhirnya kami bertemu dengan tantenya. Pertama kali melihat tantenya, pandanganku seperti tidak bisa ketempat lain lagi.

Aku begitu terpesona melihat penampilannya, begitu rapi, cantik dan seksi. Mukanya yang putih dan mulus, rambutnya yang panjang terurai, membuatnya terlihat begitu merangsang, serta tubuhnya yang langsing, pinggang yang ramping, dan ukuran tubuh yang tidak terlalu tinggi, mungkin sekitar 160cm. Dadanya yang montok, besar dan kencang, mungkin sekitar 36D, ditambah lagi pantatnya yang bohay dengan memakai kemeja putih ketat dengan kancing bagian atas yg dibuka, sampai buah dadanya yang besar itu terlihat begitu indah dan montok, tampak menyembul, seperti mau keluar dari pakaiannya.


Pantatnya yg bulat dan kecil itu, terlihat begitu padat bohay montok. Adik kecilku bahkan sempat menegang karena melihat keseksian, keindahan, kemontokan tubuhnya, bahkan cara jalannya yang terlihat seperti di catwalk. Dalam diriku tidak berhenti memuja tubuh yang sangat seksi itu, dan betapa nafsu laki-laki aku muncul, karena itu kali pertamanya aku melihat pemandangan yang begitu merangsang. Jujur saja, aku sangat pengen meremas-remas dada dan bokongnya itu, tangan ku sudah gatal rasanya. Tapi aku masi bisa menahannya. 

Setelah itu kami saling berkenalan, tangannya yang kecil itu begitu lembut. Dan dilanjutkan dengan makan siang bersama, kami berbincang-bincang dan menjadi dekat, karena tante Ida orangnya gaul, jadi semua pembicaraan kami terasa nyambung. Selesai makan, kami diantar pulang ke kos oleh tante Ida. Sayang sekali aku tidak menanyakan no hpnya.agen poker

Setalah hari itu, kami makin sering bertemu, karena tante ida sering mengajak kami pergi makan dan jalan-jalan. Dan aku menjadi semakin menginginkan untuk menikmati tubuhnya itu. Tante ida sering telpon-telponan denganku, kadang hanya untuk ngobrol saja, tapi tante Ida lebih sering menelponi aku daripada anak angkatnya. Bahkan sempat dia memintaku untuk menjadi anak angkatnya, tapi aku hanya menganggapnya basa-basi saja.


Tak terasa sudah berapa kali kami bertemu, dan akhirnya aku menjadi benar-benar akrab dengan tante Ida.. dan tante Ida mengajaku untuk menginap ditempatnya. Semula aku menolak, tapi tante Ida tetap memaksa seperti anak yang manja, akhirnya aku terima ajakannya. Aku hanya pura-pura menolak, tapi sebenarnya aku mau menginap ditempatnya.

Malam itu aku dan tante Ida duduk-duduk di lantai teras rumahnya di lantai paling atas. Angin malam yang menyejukkan, dan suasana yang tenang, membuat kami merasa lebi santai. Ketika itu anak-anaknya sudah tidur.
Karena aku dan tante Ida sudah akrab, maka aku memberanikan diri bertanya-tanya sesuatu yang “nakal”.

“tante ngga ngerasa kesepian, kalau malem-malem ga ada yang temenin tidur.. hehe..”, candaku pada tante Ida..
sebelumnya tante Ida tampak terdiam tidak mau menjawab, hanya tertawa kecil, tapi akhirnya, “Nakal juga kamu ya..”
“emang sih kesepian.. tapi mau gimana.. ga ada yang menghibur.. “, lanjutnya dengan sedikit mengeluh.
“hahaha.. kalau tante bole.. aku mau menghibur tante..”, candaku lagi.
“haha.. emangnya kamu bisa apa.. belum ada pengalaman, trus ntar malah tante yang kecewa..”, tanyanya, sambil memancingku.
“iya.. tapi setidaknya aku pernah liat dan tau cara-cara ama
posisi-posisi nya..”, candaku dengan sedikit menantang.
“yuk masuk aja.. tambah dingin aja nih di sini..”, ajaknya dan mengubah topik. Dan kami pun masuk kedalam.

Tante Ida memintaku mengunci pintu, setelah selesai menguncinya, ternyata tante Ida masih berdiri di sana. Kami saling bertatapan, cukup lama, tapi tidak berbicara satu katapun. Pikiran ku mulai kacau, dan berpikir yang tidak-tidak. Benar saja, tiba-tiba tante Ida memegang kedua tanganku, dan dengan senyuman nakal menarikku ke sebuah kamar, kamar yang disediakannya buatku selama aku menginap di tempatnya.

Aku didorong ke ranjang, dan terduduk diatas ranjang yang lebar itu.

Tante Ida langsung saja mendatangiku, meloncat dan duduk diatas pahaku, kedua tangannya memegang erat rambut belakangku. Dan dengan tiba-tiba tatapan matanya berubah menjadi tatapan nafsu yang sangat besar. 

“Tunjukin ke tante kalau kamu emang tau cara-caranya..”, setelah itu langsung saja dia mencium bibirku dengan buasnya, tangannya yang memegang kepalaku bergerak-gerak memegangi dan menjambaki dengan kuat seluruh rambutku. Tubuh kami bergerak maju mundur mengikuti gerakan kepala kami. Lidahnya bergerak-gerak dengan cepat di dalam mulutku, aku membalasnya dengan menggerak-gerakan lidahku juga.

Ternyata saat itu aku baru sadar bahwa nafsu seks tante Ida ternyata besar sekali, dapat kulihat dari caranya, bagaimana tante Ida ingin melumat lidahku. Ketika lidahku masuk dan meraba-raba rongga mulutnya, giginya mengigit-gigit dan mengisap-isap lidahku seperti mau menelannya bulat-bulat, kami seperti sedang bermain pedang-pedangan dengan lidah didalam mulut kami.

Aku sudah tidak berpikir apa-apa lagi, kecuali malam ini aku harus menikmati tubuh tante Ida sampai puas, akan kulampiaskan semua nafsuku yang tertahan selama ini pada tante Ida.

“emmm.. emmmm.. ssshhh..aaahh.. ssshh.. aaahh..”, suaranya mendesah.

Ketika sekali-sekali tante ida mengigit bibir bawahku, aku gigit pula bibir atasnya. Begitu juga ketika tante Ida mengigit bibir atasku, maka aku menggigi bibir bawahnya.

Kupegang kedua pahanya, kuleus-elus bagian dalam serta luarnya, sampai akhirnya aku menaikan kedua tanganku dan mencengkram sekuat-kuatnya kedua pantatnya yang bulat itu.

“ahhh….”, teriakannya kecil.

Tangan kananku memeluk erat-erat pada pinggangnya yang ramping itu, sampai buah dadanya itu terjepit diantara tubuh kami. Karena aku ingin merasakan kedua buah dadanya menempel didadaku, Begitu besar, begitu empuk, dan betapa dapat kurasakan kedua putingnya mengeras di dadaku.

Tangan kiriku tetap memegang kedua pantatnya itu, kumasukkan tanganku kedalam celana karetnya, berulang kali aku meremas-remas pantatnya itu dengan kuat-kuat, lalu kuelus-elus dan kuraba-raba, “aaahh..”, suara itu yang

sangat ingin aku dengar dari mulutnya.

Akhirnya kumasukkan jari-jariku kedalam belahan kedua pantatnya. Dengan jari-jariku dapat kurasakan hangat disekitar lubang pantatnya itu. Aku bermain-main dengan jari-jariku dan aku gelitik-gelitik luang duburnya itu, dan terasa tubuhnya berkejut-kejut kegelian, tangan kanannya memegang kuat-kuat pergelangan tangan kiriku untuk menahan rasa geli jari-jariku di duburnya.

Jariku dapat merasaka bagaimana duburnya mengejang kegelian.
Setelah cukup lama kami berciuman, tante Ida melepaskan bibirku, lalu dia berdiri dan membuka baju, celana dan CDnya. Dan kulihat pemandangan yang begitu menakjubkan ketika tante Ida mengangkat kedua tangannya, dadanya yang besar itu ikut terangkat, lalu turun dan begoyang-goyang, ahh… betapa beruntungnya aku dapat melihatnya dengan begitu dekat.

Aku tidak malu-malu lagi, maka kulepas juga semua pakaianku, sampai kami benar-benar telanjang bulat. Aku tak sempat melihat semua bagian tubuhnya, tapi yang pasti bulu-bulu di sekitar mem*k tante Ida itu telah dicukur habis, membuat mem*knya terlihat lebih bersih dan lebih segar. Adikku sudah mencapai 80%.

“dicukur tante..?”, tanyaku, tante Ida hanya membalas dengan senyuman dan tidak berkata apa-apa.

Setelah itu kami lanjutkan lagi ciuman kami, semakin lama mulut kami semakin penuh dengan ludah kami yang telah bercampur, begitu kental, begitu nikmat, dan begitu banyak sampai menetes keluar dari sela-sela mulut kami, dan sampai aku merasa seperti sedang meminum segelas air ludah kenikmatan bersama-sama tante Ida. Tiba-tiba tante Ida menyedot semua ludah-ludah itu kemulutnya dan melepas mulutku.

Dengan tatapan mata dan senyuman yang nakal, tante Ida mengeluarkan air ludah itu, membiarkannya mengalir seperti air terjun, dari mulutnya ke dagunya, lehernya, membasahi dadaku dan dadanya, dan akhirnya turun sampai ke pangkal paha kami, membuat gesekan tubuh kami terasa menjadi lebih licin. Melihat itu, mulai kuarahkan kepalaku untuk menjilati air ludah, tapi tidak kutelan, mulai dari sudut-sudut bibirnya, lalu dagunya, lehernya, betapa air ludah itu terasa lebih nikmat, karena telah bercampur dengan keringat tante Ida.

Kubungkukkan badanku sedikit, sehingga mendorong tubuh tante Ida sedikit kebelakang, dan akhirnya mukaku sampai tepat didepan dadanya,
“besar banget tante..”, kataku spontan, aku tidak melihat matanya, tapi aku tahu kalau dia tertawa gembira.

Kubaringkan badanya ke ranjang, tante Ida dibawah dan aku diatas menindihnya. Lalu kuciumi, kusedot-sedot dan kugigit-gigit kecil puting susunya, tanganku meremas dadanya yang lain, jariku secara refleks mulai memutar-mutar dan mencubit-cubit kecil puting susunya.

“aaahh..”, desahnya.. Kubuka mulutku selebar-lebarnya dan dengan sedikit memaksa aku mencoba “memakan” dadanya sebanyak mungkin. Aku ingin “menelan” semua dadanya. Kuremas, Kugigit, kujilat dan kusedot, semua itu kulakukan berulang-ulang kali sampai aku puas.

“ssshhh..aahhh..aah..aah..”, desahannya semakin membuat nafsuku menggebu-gebu.

Setelah puas dengan dadanya, aku mulai turun menciumi perutnya, menjilat-jilat pusarnya, kedua tanganku tetap memegangi dadanya, tangan tante Ida tetap memegang kepalaku, mengikuti kemana kepalaku bergerak.
Akhirnya aku sampai di depan mem*knya, yang ternyata sudah basah, aku mencium bau harum dan lembut dari mem*k dan disekitar pangkal pahanya.


Aku sudah tidak tahan lagi, langsung saja kujilat dan kugigit-gigit kecil klit nya, aku memainkan lidahku dengan cepat di duburnya, naik-turun dari pantat ke klitnya, berulang-ulang sampai daerah itu basah oleh ludahku.

“aaaaaaaaahhhh………..”, suara desahannya yang rendah, dan semakin kuat tante Ida menjambak rambutku.

Kujilati mem*k nya seperti sedang menjilat es krim, es krim yang tidak akan pernah habis. Setelah itu aku belutut di ranjang dan mengangkat pantatnya tinggi-tinggi, sehingga kedua lututnya berada di dekat dengan kepalanya, selama dalam posisi kepala dan kaki dibawah tapi pantatnya terangkat seperti itu, kedua tangannya hanya bisa memegang pantatnya, menarik kekanan dan kekiri, sehingga lubang vagina dan lubang pantatnya dapat kulihat dengan jelas.

Tangan kiriku memegang perutnya, dengan badan kutahan punggungnya supaya posisinya tidak berubah. Dan dengan jari tengah serta telunjuk tangan kanan, kumasukkan kedalam vaginanya, kedua jariku bermain-main, berputar kiri-kanan, dan keluar masuk di lobang vaginanya.

“aaaahh… aaaahh..aaaahhh.. eennaaaakkk…”, kata tante Ida sambil memejamkan mata, membuatku semakin bersemangat memainkan vaginanya.
“jangan berhentii…. trussss…. aaaahh…”

Setelah cukup lama aku bermain-main dengan mem*knya, akhirnya tubuh tante Ida seperti kejang-kejang, dan bergerak-gerak dengan cepat serta kuat, sampai aku sedikit kewalahan menahan posisinya.

“aaaah.. aaaa..aaaaaaaaaaaaahh..”, kata tante Ida, sembari tubuhnya mengejang-ngejang, lalu keluar cairan putih kental yang cukup banyak dari dalam vaginanya, membasahi tanganku dan daguku, dan menyebar ke dadaku dan perutnya, aku tidak tahu cairan apa itu, baunya pun tidak begitu sedap.

“haah.. hah.. hah..hah..”, suaranya kecapekan, disertai keringat yang bercucuran dan tubuhnya mulai melemas.

Tangannya pun jatuh terkulai keranjang, tante Ida terlihat seperti orang yang sudah KO.

“Jilatin franss… jilatin yaa.. sampe bersih…”, kata tante Ida dengan manja.. Semula aku tidak mau, tapi setelah mendengar permintaan manja tante Ida, akhirnya kulakukan juga. Padahal penisku saja belum kumasukan kedalam vaginanya, tapi tante Ida sudah kecapekan.

Tapi aku juga sebenernya sudah kecapekan berada di posisi seperti itu, tanganku sudah pegal-pegal, tapi nafsu dan semangatku masih besar, karena aku belom puas, jadi tidak boleh putus di tengah jalan.

“hahh.. franss.. jari kamu bener-bener nakal..”, katanya
terengah-engah.
“sini frans..”, panggilnya sambil menarik kepalaku mendekat ke mukanya.

Dengan begitu aku menindih badannya, dadanya yang besar itu mengganjal tubuhku, dan kubiarkan juga penisku terjepit diantara tubuh kami. Aku dapat merasakan detak jantungnnya, desahan nafasnya yang telah kecapekan. Kedua tangannya melingkar memeluk leherku, kakinya juga melingkat dan melipat di punggungku.

Tanganku memegang pinggangnya, meraba-raba dari atas ke bawah, dan satunya lagi mengelu-elus rambutnya yang panjang dan terurai itu. Tubuhnya benar-benar dibasahi oleh keringat. Aku sengaja menggerakkan tubuhku maju-mundur, sengaja membuat penisku yang masih tegang itu mengosok-gosok mem*knya, sengaja kuraba-raba pinggiran dadanya yang ikut berbergerak maju mundur, kulakukan supaya dapat membuatnya bernafsu lagi.

“frans, tante suka banget cara lu ngobokin vagina tante..”, kata tante Ida memjuaku.
“jadi gimana.. tante puas ga..”, tanyaku. filmbokepjepang.com
“puas banget.. baru begitu aja tante uda kecapekan..”, katanya sambil memegang pipiku dan menatap mataku dalam-dalam.
“tapi tenang aja.. tante masi kuat kok..”, lanjutnya menggoda.

Tanpa banyak bicara lagi, langsung saja aku mencium bibirnya.. Petandan mulainya ronde kedua.

“hhmmppp… hmmppp.. hemmmpp…”, desahannya menjukkan bahwa tante Ida masih bernafsu. Perlahan-lahan aku mulai merasakan putingnya mengeras kembali didadaku, tangan dan kakinya memeluk tubuhku dengan lebih erat.

Tampaknya memang benar, nasfu dan stamina tante Ida sudah kembali.

Cukup berapa menit saja, dan air ludah mulai memenuhi mulut kami.

Tante Ida mendorong tubuhku kesamping, dan kamipun berganti posisi, aku dibawah dan tante Ida diatas.

Disedotnya kembali semua air ludah itu, perlahan-lahan tante Ida menegakkan badannya. Tante Ida pun melakukan hal tadi, mengeluarkan air ludah itu sedikit demi sedikit ke dadaku, perutku, lalu akhirnya membanjiri tubuhnya sendiri, air ludah itu terus turun dengan cepat sampai membasahi penisku yang berada terjepit diantara bagian dalam pangkal pahanya dan tubuhku.

Dengan senyuman dan tatapan mata nakal, tante Ida memundurkan tubuhnya, lalu membungkuk, sambil memegang penisku, tante Ida menumpahkan sisa air ludah itu ke penisku.

“wow.. lumayan juga punya kamu yaa…”, katanya dengan bernafsu, sambil memegang erat penisku.
“tadi sudah giliran kamu.. sekarang giliran tante buat kamu

kecapekan..”, setelah itu, tante Ida mulai mengecup kepala penisku.

Tangan yang satunya memegang, memainkan dan menekan-nekan, bahkan kadang digenggamnya dengan kuat buah pelirku.

“Aaah…”, kataku karena rasa nyeri di buah pelirku.

Dengan posisi kakiku yang terbuka lebar, tanpa banyak bicara lagi, tante Ida dengan tatapan nakalnya mulai menjilati dari pangkal batang sampai keujung penisku. Tanganku memegangi rambutnya, karena aku ingin melihat pemandangan yang tak ingin aku lewati, bagaimana tante Ida menjilati penisku dengan nafsunya. Digititnya kecil ujung penisku, rasanya geli sekali. Dikulum-kulumnya penisku, dijilatnya seperti sedang menjilat batang eskrim kenikmatan yang tidak akan pernah habis.

Sekarang giliran buah pelirku ikut di”makan”nya, dimasukkan kedalam mulutnya bersama dengan bulu-buluku. Lidahnya bermain dengan cepat didalam mulutnya, sesekali pelirku seperti sedang dikunyah oleh tante Ida. “aaahh..”, teriakku kecil, menahan sakit.

Penisku sudah basah sekali oleh air ludah tante Ida, nafsunya seperti sudah tidak tertahan lagi. Penisku teraa panas gara-gara bergesekan dengan mulut dan tangannya. Kepalanya naik turun dengan cepat diikuti dengan tangannya. Sesekali kepala penisku ditarik dengan kuat oleh giginya. Geli sekali.

Cukup lama tante Ida bermain-main dengan penisku, kira-kira hampir setengah jam, akhirnya aku sudah tidak tahan lagi.

“aaaaa.. tanteeeee…”, teriakku panjang.

Mendengar seperti itu, tante Ida makin mempercepat gerakan mulut dan tangannya. Otot kakiku sudah mengejang menahannya, akhirnya.. crrttt.. crrttt.. keluar juga spermaku. Tante Ida tidak mengeluarkan penisku dari mulutnya, dengan nafsu tante Ida menjilati semua spermaku, tidak dibiarkannya setetespun mengalir keluar.

Semuanya ditelan tanpa sisa, bahkan penisku masi disedot-sedotnya. Begitu bernafsunya sampai tante Ida terlihat seperti wanita yang benar-benar kehausan akan spermaku.

“aaahh.. punya kamu hangat sekali rasanya.. nikmat banget..”, kata tante Ida.
“ha ha.. sekarang kita satu sama..”, lanjutnya dengan gembira, sambil menindih badanku.

Kami berpelukan diranjang, saling meraba-raba tubuh. Kuelus pahanya yang mulus, sedangkan tante Ida mengelus-elus perut dan dadaku. Kami saling bertatapan dan saling memuji.

“enak sekali tante.. tante jago banget..”, kataku, menikmati bagaimana enaknya pengalaman dioral oleh seorang wanita cantik.
“kamu juga hebat.. tante suka de sama kamu.. bisa tahan selama itu…”, balasnya nakal.

Aku begitu lelah, rasanya sudah tidak ada tenaga lagi. Aku melihat tante Ida, tampaknya ia juga dalam keadaan yang sama denganku.

Tak banyak bicara, tante Ida mengecup dahiku.

“kita bobo dulu aja ya sekarang.. tante pengen lanjut tapi lemes banget rasanya..”, katanya.
“iya tante.. aku juga capek banget.. tante emang top..”, balasku. 

Tampak tante Ida tersipu malu dan tertawa kecil. Sebenernya nafsuku masih besar, tapi keadaan tubuhku tidak memungkinkan. Aku juga tidak mau memaksa tante Ida yang sudah sangat kecapekan.

Begitu lemas, akhirnya kami tidur berpelukan, saling menghangatkan. Kupeluk erat-erat tubuh tante Ida seperti sedang memeluk bantal, aku masih ingin merasakan dadanya yang besar itu. Dengan pahanya tante Ida mengelus-elus pahaku.

Aku merasa senang sekali mesikpun aku tidak puas malam itu.

Mulai dari keesokan harinya, aku merasa tante Ida menjadi semakin sayang padaku. Ia memenuhi semua kebutuhan dan keperluanku. Dalam 2 bulan terakhir ini, kami telah melakukan hubungan sex lagi sekitar 10 kali dan kami lakukan setiap ada kesempatan. Pernah kami lakukan ketika didalam mobil, dikamar mandi, dikamar anaknya bahkan sempat diatas ranjangnya, ranjang tempat dimana tante Ida dan almarhum suaminya tidur.

Kunjungi Kami Di 

WHAT'SAPP : +62 821-3639-2252

TELEGRAM : +62 821-1785-1681



Kamis, 27 Maret 2025

KISAH BERCINTA DENGAN ABANG BECAK

 KISAH BERCINTA DENGAN ABANG BECAK

KASIR4D - Kisah Bercinta dengan Abang Becak

Cerita Dewasa

Pada suatu hari aku dapat tugas mendadak keluar kota yaitu ke kota Genteng Banyuwangi, dengan catatan besok sudah harus ada dikota tersebut, entah bagaimana caranya untuk bisa sampai kesana. Maka dengan berat hati dan penuh dengan keterpaksaan, setelah pulang kerja sekitar pukul 18.00 aku pulang dari tempat kerjaku menuju ketempat kostku yang jaraknya hanya beberapa ratus meter saja dengan tubuh lunglai, lemas, males yang semuanya bercampur aduk, apalagi aku harus berangkat seorang diri tanpa ada rekan yang menyertaiku.

Setelah sampai ditempat kost, aku mandi dan segera ganti baju untuk siap berangkat dan sebelumnya aku berkemas dengan membawa beberapa potong pakaian untuk berjaga-jaga kalau tugasku disana tidak dapat selesai dalam waktu sehari. Setelah semuanya beres, maka segera kukunci kamar tempat kostku dan segera kulangkahkan kakiku menuju jalan raya untuk menyetop angkot yang akan membawaku ke terminal bus Arjosari-Malang, setelah sampai diterminal bus antar kota sekitar pukul 19.00 malam, aku segera memilih bus jurusan Probolinggo, dan sebelumnya dalam hati aku juga penginnya berniat untuk naik bus secara estafet yaitu dari Malang ke Probolinggo, Probolinggo ke Jember dan Jember baru ke Genteng.

Setelah kupilih bus dengan tujuan yang kuinginkan, maka segera aku naik bus Akas dengan tujuan Probolinggo, aku memang sengaja tidak memilih bus Patas karena perjalanan malam hari tidak seberapa pengap disamping itu tidak seramai kalau perjalanan siang hari. Setelah aku menikmati perjalanan kurang lebih dua jam sekitar pukul 21.00, sampailah aku diterminal bus Banyuangga-Probolinggo, aku pindah kebus yang ada di depannya bus yang baru kutumpangi agar tidak antri terlalu lama, kebetulan bus yang ada di depan bus yang baru kutumpangi adalah bus Tjipto dengan jurusan Jember, dalam perjalanan kali ini aku dapat tempat duduk paling depan sendiri sebelah kiri dekat pintu depan sehingga tempat di depanku agak luang sehingga aku dapat meluruskan kakiku. Dan aku segera terlelap dalam perjalanan kali ini setelah terlebih dulu aku membayar ongkos tiket ke Jember. Perjalanan berlalu selama kurang lebih dua jam pula, sekitar pukul 23.00 sampailah aku di terminal Tawangalun-Jember dan akupun segera ikut menunggu dengan beberapa orang yang juga ingin melanjutkan perjalanan ke arah Banyuwangi.


Tidak berapa lama kemudian datanglah bus Akas dengan tujuan Denpasar lewat Banyuwangi, aku segera naik bus tersebut dengan perasaan yang sudah ngantuk, lelah akan tetapi aku ingin rasanya segera sampai ditempat tujuan. Dalam perjalanan ini cukup banyak juga penumpangnya dan rata-rata tujuan mereka adalah Denpasar atau Banyuwangi, setelah menikmati perjalanan yang tidak begitu menyenangkan sekitar dua jam, maka sampailah kekota tujuanku yaitu Genteng, maka aku segera bersiap-siap untuk turun diterminal Genteng, karena hari sudah menjelang pagi maka bus tidak masuk ke dalam terminal akan tetapi hanya berhenti ditepi jalan depan terminal.

Pada saat itu yang turun disana hanya beberapa orang saja termasuk diriku, setelah kakiku menginjakkan tanah maka beberapa abang becak datang menyerbu untuk saling berebut penumpang yang baru turun dari bus, mungkin ada sekitar lima atau enam orang abang becak yang mengerubuti aku, akan tetapi aku hanya menggelengkan kepala yang berarti bagi mereka aku tidak berniat untuk naik becak mereka, akan tetapi ada satu abang becak yang dengan gigihnya mengikuti aku walaupun aku sudah melangkahkan kakiku beberapa langkah dari kerumunan abang becak tersebut. Kulihat sepintas abang becak yang mengejarku tadi, masih muda, berbadan kekar dan lumayan ganteng untuk ukuran abang becak, maka aku mengiyakan saja ketika dia menawarkan diri untuk mengantarkan aku mencari tempat menginap.

Dalam perjalanan menuju hotel yang menjadi tempat tujuanku, maka terjadi percakapan yang biasa-biasa saja sebagai basi-basi, hingga sampailah di depan hotel yang menjadi tempat tujuanku, segera kubayar ongkosnya, dan pada saat itulah aku baru menyadari kalau tampilan abang becak yang satu ini begitu seksi dengan celana jeans belelnya yang lutut kiri dan kanan sengaja disobek dan yang terlebih membuatku dag dig dug adalah disebelah bawah kantong kirinya juga sobek yang lumayan lebar sehingga aku bisa melihat pangkal pahanya yang kekar itu dan hal ini makin membuatku jadi salah tingkah dan segera ada perasaan yang berdesir dalam hatiku untuk mencari berbagai cara dan alasan untuk bisa menggaetnya malam itu. Maka aku bertanya kepadanya.


“Abis ini mau kemana?” tanyaku sekenanya.
“Yah, mau balik di depan terminal lagi sambil nunggu penumpang”
“Kalau aku mau pakai kamu lagi gimana? Sebabnya tadi aku belum makan”
“Yah, nggak apa-apa saya tunggu saja”
“Gini aja aku pesan kamar dulu ke dalam, kamu tunggu dulu di depan yaa”
“Hmm,” gumannya tidak jelas.

Setelah aku menemui resepsionis dan sudah mendapatkan kamar yang kuinginkan maka aku kembali keluar untuk menemui abang becak tadi dan dia kuajak masuk dengan alasan aku mau mandi dulu. Dengan rada segan-segan akhirnya dia mau juga masuk ke dalam kamarku setelah sebelumnya dia memarkir becaknya dihalaman hotel dan kepada room boy yang mengantarkan aku kekamar kubilang kalau aku mau keluar lagi untuk cari makan dengan menggunakan jasa becaknya sehingga aku dengan leluasa mengajaknya masuk ke dalam kamar.

Setelah sampai di kamar, kusuruh dia untuk mandi, akan tetapi dia menolak dengan alasan sudah malam dan dingin airnya, maka segera kubuka keran air hangat dan kusuruh dia untuk merasakan hangatnya air dan dengan sedikit rayuan gombal kalau air hangat dapat menyegarkan tubuh yang sedang capek, kemudian dia mau. Dengan segera dia memasuki kamar mandi dan aku segera membereskan barang bawaanku setelah sekitar lima menit dia didalam kamar mandi, aku mengetoknya dari luar dengan alasan biar cepet selesai kalau mandinya bersamaan dan ternyata dia tidak keberatan dengan segera dibukanya slot kamar mandi dan aku segera masuk.

Kudapati dia sudah telanjang bulat sambil menggosok badannya dengan sabun yang tersedia disana. Karena pada waktu itu dia menghadap ketembok maka aku tidak bisa melihat penisnya yang ingin segera kulihat karena dengan panampilannya yang seksi itu membuatku merangsang, maka aku segera melangkahkan kaki menuju bak mandi yang berarti aku membelakanginya setelah kuguyur badanku dengan beberapa gayung air hangat, kubalikan tubuhku menghadapnya untuk meminta sabun dari darinya dan barulah pada saat itu aku bisa melihat penisnya yang lumayan panjang dalam keadaan biasa, sehingga tanpa terasa penisku langsung tegak lurus dan diapun juga melihatnya dan komentarnya penuh dengan arti.

“Lho, koq ngaceng penis sampeyan?” katanya.
“Iyoo, ndelok penismu sing dowo itu opo,” jawabku juga sekenanya.
“Hehehehe”
“Koq iso dowo koyok ngene iki diapakno sih,” tanyaku lagi.
“nDisik sering dikom karo teh anget,” jawabnya lagi.

Dengan penuh ketidak sabaran segera kuraih penisnya yang panjang menggantung itu dan dia diam saja, sambil kukocok perlahan-lahan dan mulai terlihat reaksinya dengan sedikit mengeras dan makin mengeras dan terlihat makin panjang lagi sampai diatas pusarnya beberapa mili.

“Ah, wong podo lanange koq dulinan penis,” katanya lagi.
“Enggak opo-opo, aku seneng nek ndelok penis sih dowo ngene,” jawabku.
“Nek gelem emuten pisan opoo,” katanya lagi.

Tanpa dikomando dua kali maka segera jongkok di depan selakangannya dan kuselomot tuh penis yang sudah tegang mengacung itu sambil sesekali kusiran dengan air hangat dari bak kamar mandi. Dan dia hanya berdiri sambil diam mematung sambil sesekali mendesis keenakan dan mengelus-elus kepalaku Setelah permaian berjalan sekitar seperempat jam didalam kamar mandi dan itu baru pemanasan saja, karena belum ada tanda-tanda dia akan mencapai puncak kenikmatannya. Maka kamipun meraih handuk yang tersedia didalam kamar mandi dan segera mengeringkan badan kami masing-masing dan menuju ketempat tidur dengan ukuran yang cukup besar untuk dipakai berguling-guling dua orang.

Setelah kutelentangkan dia ditempat tidur dan dia menurut saja tanpa ada perlawanan dan penolakan, maka segera kucumbui dia mulai dari cuping telinganya, ke arah pipinya kemudian bibirnya, mula-mula dia diam saja akan tetapi lama kelamaan dia mulai merespon semua kegiatanku untuk mencumbuinya, kemudian kuturunkan lagi kelehernya, dan terus menjulur kebawah lagi ke arah ketiaknya dan kucium aroma yang membuatku makin terangsang, yaitu aroma laki-laki jantan dengan baunya yang sangat khas sekali. Mungkin kalau dalam keadaan biasa aku akan merasa jijik untuk menjilati ketiak yang berbulu dan berbau, akan tetapi pada pagi hari itu hilang sudah perasaan jijik dan lain sebagainya yang ada hanya rangsangan demi rangsangan yang makin membuatku mabuk kepayang.

Terus cumbuanku kuteruskan ke arah putingnya yang berwarna hitam kecoklatan dan ditumbuhi beberapa bulu yang cukup panjang-panjang, kemudian kuteruskan lagi ke arah pusarnya dengan cara memasukan lidahku ke dalam lubang pusarnya dan dia mengelinjang-ngelinjang kegelian sambil mendesah penuh dengan kenikmatan. Kemudian kuarahkan cumbuan bibirku ke arah pinggangnya dan terus turun kebawah lagi ke arah jembutnya yang tumbuh dengan kasar dan kaku itu terus kukulum ujung penisnya yang hitam tegar itu dan menjulang tegak sepanjang sejengkal tanganku yang kukira-kira panjangnya sekitar 20 cm.

Kuemut dengan memasuk-keluarkan dengan mulutku terus dan kudengar rintihan makin keras dan mendesis-desis seperti ular yang sedang mencari mangsa. Setelah cukup lama aku menyelomoti penisnya, segera kuambil lotion yang sudah kupersiapkan disebelah tempat tidur, kemudian kuolesi lubang anusku dengan lotion dan segera aku merangkak ke atasnya dan mulai berusaha untuk memasukan penisnya yang panjang itu ke dalam lubang kenikmatanku, setelah semua penisnya masuk sampai pangkalnya aku segera menaik turunkan bokongku dan dia rupanya masih menikmati permainan sex yang sebelumnya belum pernah dia dapatkan, setelah cukup lama aku naik turun diatas penisnya yang tegak mengacung itu, akhirnya dia memintaku untuk melepaskannya dan menyuruhku untuk telentang dan sambil mengangkat kedua belah kakiku ke atas pundaknya kemudian dia mulai menunduk dan memasukkan penisnya yang masih tegang mengacung itu ke dalam lubang kenimatanku sambil terus mengenjotnya dan kurasakan batang penisnya yang panjang itu sampai ke dalam perutku yang menyodok-nyodok dengan liarnya sambil melenguh-lenguh diantara desisan kenikmatan yang dia rasakan.

“Aaahh, aauucchh”
“Ayoo teruss ggooyaanngg”
“Yaahh”
“Uuuhhaahh”
“AAaauucchh”

Dan gerakan maju mundurnya makin lama makin cepat sampai akhirnya dia tersungkur diatas dadaku sambil merasakan puncak kenikmatannya dengan mengeluarkan pejuh yang sangat banyak dalam lubangku yang sampai kurasakan meleleh keluar dari antara lubang anusku dan penisnya yang masih tertancap dalam lubangku, cukup lama dia memeluk aku dan sambil tersenyum dia berkata,

“Enak ee,” katanya.

Kemudian dia bangkit dari pelukanku dan kemudian dia menuju kekamar mandi untuk membersihkan diri dan mandi lagi dengan air hangat, kalau sebelumnya dia masuk ke dalam kamar mandi dengan mengunci pintunya maka untuk kali ini pintu kamar mandi dibiarkannya dalam keadaan terbuka dan kulihat dia sedang mencuci penisnya dengan air hangat dan kuawasi dia dari tempat tidur, sedangkan aku pada saat itu masih belum mendapatkan kepuasan dengan mengecrotkan pejuhku.

Aku maklum akan hal itu karena yang kuhadapi sekarang itu bukanlah seorang gay akan tetapi seorang lekong asli yang sama sekali tidak mengenal hubungan sesama jenis, sehingga mungkin dia tidak mengerti kalau dalam hubungan seperti harus take and give atau harus saling memuaskan lawan mainnya. Kemudian akupun bangkit dari tempat tidurku dengan penisku masih ngaceng penuh karena belum keluar pejuhku, kususul dia kekmar mandi untuk mengguyur tubuhku dengan air hangat pula dan kulihat dia sudah selesai mandi dan sudah mengeringkan badannya dan mulai memakai celdalnya atau Cd-nya dan celana pendek kolor warna abu-abu, kemudian dia rebahan diatas tempat tidur sambil telentang. Setelah selesai dari kamar mandi aku menyusulnya rebahan diatas tempat tidur namun aku masih dalam keadaan telanjang bulat dan penisku sudah mulai surut dari ngacengnya.

Kamipun mengobrol sambil menanyakan identitas kami masing-masing. Dari obrolan itu baru kuketahui kalau namanya adalah Giman, dia adalah orang asli kota itu dan dia sudah beristri dan mempunyai seorang anak yang baru berumur sekitar tiga tahun dan dia memulai pengalaman sexnya dengan seorang wanita sejak kelas dua SMU yaitu sekitar umur 16-17 tahun, dan kadang-kadang dia juga suka jajan dengan perempuan jalanan kalau dia mempunyai kelebihan uang dari hasil narik becaknya. Dan ketika kutanya tentang bagiamna rasanya pengalaman sek yang baru dia rasakan tadi lalu katanya,

“Luwih enak,” katanya.
“Enak apane,” tanyaku penasaran.
“Luwih seret, luwih keset dibandingno main karo wong wedok,” katanya polos.
“Nek ngono gelem maneh yoo?” pancingku.
“Hmm,” gumamnya.

Dia tidak mengatakan sesuatu akan tetapi pandangan matanya mempunyai arti tersendiri bagiku, maka segera kuraih kembali penisnya yang sudah lemas dibalik celana pendeknya yang cukup ketat itu dan kuelus-elus lagi dengan perlahan-lahan, sambil kugesek-gesek dan mulai tampak reaksinya dengan makin bertambah panjang dan mengerasnya kembali penisnya, kemudian kulorot celana pendeknya dan ketika itu penisku kembali tegang mengacung kembali kemudian kuraih tangannya untuk memegang penisku.

Mulanya dia canggung dan segan akan tetapi akhirnya dia mau juga mengocok penisku akan tetapi tidak seprofesional sparing partnerku yang benar-benar gay, terus kulorot kembali CD-nya dan kulihat penisnya yang panjang menjulang sudah mengacung kembali, kuemot kembali dengan posisi 69, walaupun begitu aku tidak memintanya untuk menghisap penisku karena aku tahu dia pasti akan menolaknya karena belum biasa, akan hal itu tidak menjadi masalah bagiku, dengan kocokan yang tidak teratur pada penisku hal itu sudah cukup untuk membuat rangsangan pada diriku makin meningkat, setelah cukup lama aku mengemotnya maka segera kuminta dia untuk bangkit dari tidurnya dan segera menindih tubuhku dan kubimbing penisnya yang panjang tegak mengacung itu memasuki lubang anusku.

“Aaahh”
“Aaayyoo teeruss genjot,” pintaku.
“Hmm”

Makin lama gerakannya makin cepat dan menggila kekanan kekiri sehingga kurasakan desakan penisnya menusuk kekanan dan kekiri didalam anusku sampai akhirnya kembali kudengar lenguhannya diiringi dengan muncratnya pejuhnya.

“AAaaoocchh enaakk,” katanya.
“Ssseeddaapp”
“Aaahh nniikkmmaatt”

Sebelum dia melepaskan penisnya dari lubangku dan masih kurasakan kehangatan dan denyutan penisnya, maka segera aku mengocok penisku makin lama makin cepat sambil diawasinya sampai aku akhirnya melenguh.

“Aaauucchh”

Jrot.. Jrot.. Jrott

Pejuhku muncrat diatas dadaku, kemudian kudekap dia, sampai cukup lama sambil penisnya yang sudah mulai melemas tertancap dilubangku, dua ronde sudah permainan yang dilakukannya pada diriku, setelah dia bangkit dari dekapanku kulihat pejuhku yang tadinya muncrat didadaku, terlihat pula lelerannya didadanya karena dekapanku tadi kemudian segera dia menuju ke kamar mandi lagi dan kudengar siraman air mengguyur tubuhnya.

Sejenak kemudian aku menyusulnya ke dalam kamar mandi dan kami mandi bersama saling menggosok, saling menyabun dan sekali-kali tangan nakalku memegang penisnya yang sudah tidak tegang lagi akan tetapi masih cukup panjang, setelah selesai berpakaian kami ngobrol sebentar, waktu sudah menunjukkan pukul 04.00 pagi lebih, dan diapun mohon pamit sambil kuberikan tips tambahan dan kubisikkan.

“Aku pengin main ngene maneh,” kataku.
“Kapan?” tanyanya.
“Nek, aku nang kene maneh,” jawabku.
“Iyoo, tak enteni yoo,” sambungnya lagi.

Dia segera keluar dari kamarku dan aku segera mengunci kamarku dari dalam dan merebahkan badanku dengan rasa yang sangat puas dan segera tertidur dengan pulasnya sambil tersenyum dan sekitar pukul 07.00 pagi aku segera bangun, mandi dan bersiap-siap untuk menuju tempat tugasku.

Ketika sebulan berikutnya aku ke Genteng lagi dengan jam yang sama dan aku berharap dapat bertemu kembali dengannya, akan tetapi tidak kutemukan dia, walaupun aku berdiri ditepi jalan di depan terminal cukup lama.
Dimanakah kamu Gimanku?
Apakah kamu sudah lupa dengan janjimu atau mungkin kamu tak ingin menemuiku lagi karena memang kamu bukan gay?

Kunjungi Kami Di 

WHAT'SAPP : +62 821-3639-2252

TELEGRAM : +62 821-1785-1681







MEMEKKU DIPACU HANSIP DAN TUKANG BECAK

     MEMEKKU DIPACU HANSIP DAN TUKANG BECAK KASIR4D  -  Memuaskan tante Vera di atas ranjang Cerita Dewasa Bacaan seks, bacaan dewasa, bacaa...